Strategi Terapi Hipertensi 1. Definisi

Algoritme dari penatalaksanaan hipertensi berdasarkan JNC VII: Hipertensi tingkat 1 umumnya menggunakan Diuretik jenis Thiazid dapat dianjurkan ACE inhibitor, ARB, beta-bloker,CCB, atau kombinasi Obat antihipertensi sesuai dengan indikasi penyakit penyulit. Obat antihipertensi lain ACE inhibitor, ARA, beta- bloker, atau kombinasi Terapi farmakologi Hipertensi dengan penyakit tambahan Hipertensi tingkat 2 kombinasi dua jenis obat antihipertensi diuretik jenis tiazid dan ACE inhibitor atau ARB, beta-bloker, CCB Hipertensi tanpa penyakit tambahan Target tekanan darah tidak tercapai Lakukan peningkatan dosis atau tambahan obat antihipertensi hingga target tekanan darah tercapai, konsultasikan dengan ahli hipertensi Tidak mencapai sasaran terapi tekanan darah 14090 mmHg atau 130 80 mmHg untuk pasien dengan penyakit diabetes dan ginjal Modifikasi gaya hidup Gambar 1. Algoritma Terapi Antihipertensi berdasarkan JNC VII Chobanian, et al., 2003.

B. Obat Antihipertensi

Terapi antihipertensi pada pasien hipertensi usia lanjut dapat mengurangi kematian akibat kardiovaskuler dan komplikasi dengan penyakit lain pada pasien lanjut usia dengan hipertensi sistolik secara bermakna Saseen dan Carter, 2005.

1. Diuretik

Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer Benowitz, 2001. Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah Saseen dan Carter, 2005. Obat-obat diuretik yang digunakan dalam terapi hipertensi yaitu : a. diuretik golongan tiazid Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure JNC VII merekomendasikan diuretik tiazid sebagai antihipertensi pilihan pertama dalam terapi hipertensi tanpa penyakit penyerta. Tiazid merupakan diuretik yang bekerja dengan cara menghambat reabsorpsi natrium pada tubulus distal. Diuretik tiazid mulai bekerja 1-2 jam setelah pemberian secara oral dengan durasi selama 12-24 jam. Sebagai contoh bendrofluazid, klortalidon, klorotiazid, klopamid, indapamid Anonim, 2000. b. diuretik kuat Dalam terapi hipertensi, diuretik kuat merupakan antihipertensi yang lebih kuat dibanding dengan diuretik tiazid. Diuretik kuat bekerja menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada ascending loop henle dan di tubulus distal ginjal. Sebagai contoh yaitu frusemid, bumetanid, torasemid Anonim, 2000. c. diuretik hemat kalium Diuretik hemat kalium merupakan antagonis aldosteron. Mekanisme kerjanya dengan cara berkompetisi dengan aldosteron pada bagian reseptor di tubulus distal, sehingga dapat menghambat efek aldosteron pada otot halus arteriola dengan baik, meningkatkan eksresi garam dan air, mencegah kehilangan kalium dan ion hidrogen Lacy dkk, 2003. Jenis diuretik ini merupakan diuretik lemah. Obat-obat yang termasuk dalam golongan diuretik ini adalah amilorid, spironolakton, dan triamteren. Penggunaannya terutama dalam kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah atau mengurangi efek hipokalemia dari diuretik lain Setiawati dan Bustami, 1995. Diuretik hemat kalium berguna untuk menghindari terjadinya deplesi kalium yang berlebihan Benowitz, 2001.

2. Penghambat Adrenergik beta-bloker

Mekanisme kerja beta-bloker sebagai antihipertensi masih belum jelas. Diperkirakan ada beberapa cara pengurangan denyut jantung dan kontraktilis miokard menyebabkan curah jantung berkurang. Selain itu adrenoreseptor β juga terletak pada permukaan membran dari sel juxtaglomerular dan penyekat adrenoreseptor β menghambat pelepasan renin. Penghentian penggunaan penghambat β secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah secara tiba-tiba dengan nilai tekanan darah diatas nilai sebelum terapi. Untuk menghindari hal ini, maka dosis pemberian penghambat β ditingkatkan bertahap selama selama 1 sampai 2 minggu sebelum akhirnya melanjutkan pemakaian obat ini Saseen dan Carter, 2005. Obat-obat beta-bloker yang sering digunakan adalah yang sering digunakan adalah atenolol, betaksolol, labetolol

3. Vasodilator

Obat antihipertensi golongan ini menurunkan tekanan darah dengan merelaksasi otot polos vaskuler sehingga menurunkan tahanan vaskuler sistemik yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Penurunan tahanan arteri menimbulkan respon kompensasi oleh baroreseptor dan sistem saraf simpatis. Termasuk dalam kelas terapi ini adalah hidralazin dan minoxidil Benowitz, 2001. Kompensasi yang terjadi akibat aktifitas baroreseptor seperti peningkatan aliran keluar sistem saraf simpatis yang menyebabkan peningkatan denyut jantung, peningkatan curah jantung, dan pelepasan renin. Selain itu juga terjadi retensi air dan garam yang mana hal–hal tersebut diatas melawan efek hipotensi dari vasodilator. Oleh karena itu, pemberian vasodilator harus diberikan bersama dengan diuretik dan penghambat β untuk mengatasi adanya kompensasi dari baroreseptor Saseen dan Carter, 2005.

4. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin ACE inhibitor

Penghambat enzim pengkonversi angiotensin dianggap sebagai terapi kedua setelah diuretik pada kebanyakan pasien hipertensi Chobanian, et al., 2003. Penghambat enzim konversi angiotensin bekerja dengan cara menghambat pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Selain itu juga menghambat degradasi vasodilator poten yaitu bradikinin Williams, 2000. Penghambat enzim pengkonversi angiotensin juga merangsang sintesis dari beberapa substansi vasodilator termasuk prostaglandin E 2 dan protasiklin. Peningkatan bradikinin akan meningkatkan efek hipotensi dari penghambat ACE sehingga menyebabkan batuk kering Saseen dan Carter, 2005. Enzim pengkonversi angiotensin ACE memfasilitasi terbentuknya angiotensin II yang mempunyai peran penting dalam pengaturan tekanan darah arteri. Enzim pengkonversi angiotensin ACE terdistribusi dalam banyak jaringan dan terdapat dalam beberapa tipe sel yang berbeda, tetapi secara umum ACE terletak pada sel endotelial. Oleh karena itu, produksi utama angiotensin II terletak di pembuluh darah bukan di ginjal Saseen dan Carter, 2005. Obat-obat golongan ini diindikasikan untuk hipertensi pada diabetes dengan nefropati. Pada beberapa pasien, obat golongan ini menyebabkan penurunan tekanan darah yang sangat cepat. Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini adalah kaptopril, benazepril, enalapril maleat Anonim, 2000.

5. Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium bekerja dengan menghambat gerakan ion kalsium yaitu mengurangi masuknya ion kalsium melalui kanal kalsium lambat ke dalam sel otot polos, otot jantung dan saraf. Dengan berkurangnya kadar kalsium bebas dalam sel-sel tersebut menyebabkan berkurangnya kontraksi otot polos pembuluh darah, kontraksi otot jantung. Penurunan kontraktilitas otot jantung akan mengakibatkan penurunan curah jantung Anonim, 2000. Contoh obat golongan ini adalah nifedipin, diltiazem, amlodipin, nimodipin, verapamil dan felodipin. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Juni 2016.

0 12 56

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul.

0 1 50

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari Juni 2016

0 0 54

Evaluasi drug related problems pada pengobatan pasien stroke di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005.

0 5 127

Profil peresepan obat antihipertensi pada pasien pre-eklampsia di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005.

0 1 110

Kajian interaksi obat pada pasien penyakit jantung koroner di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005.

1 20 96

Kajian interaksi obat pada pasien penyakit jantung koroner di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005 - USD Repository

0 0 94

POLA PERESEPAN OBAT PENYAKIT ASMA BRONKIAL PADA PASIEN PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2006

0 0 106

PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

0 0 108

PROFIL PERESEPAN DAN EVALUASI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

0 0 127