Uji Asumsi a. Uji Hipotesis

Asumsi yang melatarbelakangi penelitian ini yaitu individu yang memiliki citra diri yang rendah atau memiliki ketidakpuasan terhadap tubuh memiliki kecenderungan untuk melatih ototnya Grogan.1999. Ketidakpuasan terhadap tubuh membuat individu memiliki konsep diri yang rendah sehingga menyebabkan penerimaan terhadap diri juga rendah. Hal ini menimbulkan keinginan yang tinggi untuk mengubah fisik sehingga melakukan latihan yang berlebihan untuk segera mendapatkan tubuh yang ideal dan menyebabkan adanya kecenderungan overtraining. Akan tetapi, dari hasil penelitian hipotesis tidak terbukti atau tidak ada korelasi yang signifikan antara citra tubuh dengan kecenderungan overtraining. Tidak adanya hubungan antara citra tubuh dengan kecenderungan overtraining kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal. Pertama adalah pertimbangan mengenai aspek efikasi diri yang berperan sebagai jembatan yang merealisasikan keinginan menjadi sebuah perilaku, dalam penelitian ini kecenderungan perilaku overtraining. Fortman 2006 mengatakan bahwa efikasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur dan menjalankan rangkaian tindakan untuk mengelola situasi. Jika individu memiliki efikasi diri yang tinggi ia akan merasa mampu untuk mengatur dan menjalankan tindakan seperti melakukan latihan beban untuk mengubah fisik, dengan keinginan yang tinggi untuk mengubah fisik dan efikasi diri yang tinggi dapat membuat individu melakukan latihan tinggi dan bahkan berlebihan yang dapat menyebabkan ada kecenderungan overtraining. Akan tetapi, individu yang memiliki efikasi diri yang rendah, merasa tidak mampu untuk menjalankan dan mengatur serangkaian tindakan untuk mengubah fisiknya, walaupun individu tersebut memiliki keinginan yang tinggi. Dengan demikian, citra tubuh belum tentu berkorelasi dengan kecenderungan overtraining karena dimoderasi oleh efikasi diri. Selain efikasi diri, pengukuran secara subjektif, berupa laporan diri, juga menjadi kendala tersendiri, khususnya pada skala kecenderungan overtraining. Pengukuran secara subjektif memiliki kelemahan yaitu, subjek cenderung untuk menjawab pernyataan yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya atau yang biasanya disebut dengan faking. Begitu pula dengan skala pada citra tubuh, khususnya pada aspek perilaku subjek memiliki kecenderungan untuk faking. Hal ini terjadi diduga subjek memiliki kecenderungan untuk tidak mengatakan keadaan sebenarnya terhadap perilaku- perilaku tertentu seperti “memamerkan”, “mempertontonkan” atau “membusungkan dada”. Beberapa kata-kata ini biasanya berkonotasi negatif. Konotasi negatif sendiri menggambarkan nilai moral yang cenderung rendah. Oleh karena itu, kemungkinan kata-kata tersebut berpengaruh terhadap pilihan jawaban subjek dalam aspek perilaku konatif yang tidak searah dengan aspek kognitif maupun afektif. Hal tersebut juga didukung oleh data try out yakni nilai dari korelasi item total skala citra tubuh. Aitem-aitem pada aspek perilaku memiliki daya beda item yang relatif lebih rendah dibandingkan aspek afeksi dan kognisi yaitu berkisar antara 0,217 sampai 0,29, sedangkan aspek afeksi dan kongisi berkisar antara 0,327 sampai 0,782.