overtraining. sebaliknya jika latihan tidak memicu adanya kecenderungan overtraining adalah latihan beban yang dilakukan melebihi batas
kemampuannya atau tidak berlebihan. Dapat disimpulkan bahwa semakin negatif citra tubuh yang dimiliki
pria dewasa awal maka semakin besar keinginan seseorang untuk melakukan latihan sehingga memicu adanya kecenderungan overtraining. Begitu juga
sebaliknya, jika pria dewasa awal memiliki citra tubuh yang positif maka semakin rendah keinginan untuk melakukan latihan yang berlebihan sehingga
rendahnya kecenderungan overtraining.
Secara lebih jelas hubungan citra tubuh dengan kecenderungan overtraining pada pria dewasa awal dapat dilihat dalam skema berikut ini :
Skema hubungan citra tubuh dengan kecenderungan overtraining.
Kriteria tubuh ideal
: •
Tubuh yang Ramping dan Berotot
P
ositif
Konsep
Diri yang Rendah
Konsep
Diri yang Tinggi
N
egatif
Ciri Pria Dewasa Awal :
• Mengalami perkembangan
fisik, mencapai puncak dan penurunan fisik.
Minat Pribadi Pria Dewasa Awal
: •
Aktif berolahraga untuk mempertahankan tubuh dan
memiliki tubuh ideal
Rendahnya
Penerimaan Diri
Penerimaan
Terhadap Diri Baik
Kecenderungan
Overtaining Tinggi •
Melakukan Latihan Beban yang Berlebihan
dan Pemulihan yang Tidak Baik
• Ditandai dengan Kondisi Mood
Cenderung Jelek
Kecenderungan
Overtaining Rendah •
Melakukan Latihan
Beban Secara Normal dan pemulihan
yang Baik •
Kondisi Mood Cenderung Baik
Keinginan untuk
Mengubah Fisik Tinggi
Keinginan untuk
Mengubah Fisik Rendah
Citra Tubuh Pria Dewasa Awal
D. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan negatif antara citra tubuh dengan kecenderungan overtraining pada pria dewasa awal. Semakin rendah citra tubuh yang dimiliki
individu maka akan semakin tinggi kecenderungan overtraining, sebaliknya semakin tinggi citra tubuh akan semakin rendah kecenderungan overtraining
ketika melakukan latihan.
37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah jenis penelitian yang berbentuk hubungan antara dua
variabel. Tujuan penelitian korelasional adalah mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau
lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi Suryabrata, 2011. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini,
peneliti ingin menyelidiki hubungan antara citra tubuh dengan kecenderungan overtraining di fitness center pada pria dewasa awal.
B. Identifikasi Variabel
1. Variabel Tergantung
: Kecenderungan Overtraining 2.
Variabel Bebas : Citra Tubuh
C. Definisi Operasional
1. Kecenderungan Overtraining adalah persepsi subjek terhadap latihan dan
pemulihan yang berupa latihan dengan intensitas tinggi, durasi yang lama, ketidakseimbangan latihan dengan pemulihan, tidak memadainya
pemulihan, istirahat yang kurang, pola makan yang tidak seimbang dan disertai dengan mood yang cenderung jelek. Kecenderungan overtraining
diukur dengan mengunakan skala kecenderungan overtraining yang terdiri dari 2 subskala yaitu skala latihan berlebihan dan pemulihan dan skala
mood. Data pada kedua subskala tersebut dikombinasikan untuk melihat kecenderungan overtraining. Skala ini berupa laporan diri tentang gambaran
latihan, pemulihan dan status mood. Semakin tinggi nilai skor pada skala kecenderungan overtraining yang diperoleh subjek maka, semakin tinggi
kecenderungan overtraining yang dilakukan oleh subjek. Demikian sebaliknya, semakin rendah skor pada skala, maka semakin rendah adanya
kecenderungan overtraining. 2.
Citra tubuh adalah penilaian individu terhadap dirinya sendiri mengenai kepuasaan dan ketidakpuasan terhadap penampilan fisik yang didasarkan
pada aspek- aspek sebagai berikut : a
Afeksi adalah perasaan individu terhadap tubuh yang dimilikinya, meliputi kepuasaan dan ketidakpuasan
b Kognisi adalah pikiran dan keyakinan individu tentang bentuk tubuh dan
penampilan fisiknya. c
Perilaku atau konatif adalah perilaku atau kecenderungan berperilaku yang merupakan respon atau reaksi individu yang muncul dikarenakan
adanya pikiran, keyakinan kepercayaan dan perasaan. Semakin tinggi skor pada skala citra tubuh yang diperoleh subjek,
maka semakin positif penilaian subjek terhadap penampilan fisiknya. Demikian sebaliknya, jika skor skala citra tubuh yang diperoleh subjek
rendah, maka subjek memiliki penilaian yang negatif terhadap penampilan fisiknya.