Pemahaman yang akurat tersebut merupakan salah satu kemampuan dalam area pertama kecerdasan emosi, yaitu mempersepsi emosi.
Mempersepsi emosi merupakan representasi yang paling dasar dari kecerdasan emosi karena mempersepsi emosilah yang memungkinkan
terjadinya pemrosesan informasi yang terkait emosi Salovey and Grewal, 2005. Jika kompleksitas dalam interaksi tatap muka tidak terdapat dalam
interaksi melalui SJS, kecerdasan emosi pun terhambat perkembangannya karena interaksi melalui SJS tidak mampu memfasilitasi representasi
paling dasar dari kecerdasan emosi. Dengan kata lain, interaksi melalui SJS tidak dapat memfasilitasi remaja untuk belajar tentang kontrol emosi,
serta memperkaya kemampuan dan informasi emosi yang dimilikinya. Berdasarkan penjabaran tersebut, peneliti melihat adanya hubungan
negatif antara intensitas penggunaan SJS dan kecerdasan emosi. Peneliti menduga bahwa semakin sering remaja mengakses SJS, semakin rendah
tingkat kecerdasan emosi yang dimiliki oleh remaja dan juga sebaliknya.
G. KERANGKA DINAMIKA VARIABEL
Remaja Intensitas
Penggunaan SJS
Kecerdasan Emosi
Semakin sering
Semakin tidak sering
- Kurangnya atau
ketiadaan indikator- indikator emosi
meliputi gesture tubuh, intonasi
suara, ekspresi wajah
- Adanya atau kaya
akan indikator- indikator emosi
meliputi gesture tubuh, intonasi
suara, ekspresi wajah
Kecerdasan Emosi semakin rendah : Selalu atau jarang melibatkan emosi dalam pemecahan
masalah Melebih-lebihkan ekspresi emosi yang dirasakan
Kurang mampu melihat alternatif lain dalam melihat suatu hal atau pemecahan masalah
Kurang sensitif pada diri sendiri danatau lingkungan sekitar Kurang mampu membedakan emosi-emosi yang dirasakan
Sering lepas kendali ketika sedang mengalami emosi tertentu Kurang mampu mengenali dan mendeskripsikan perubahan-
perubahan emosi
Kecerdasan Emosi semakin tinggi : Tahu kapan harus atau tidak melibatkan emosi dalam
pemecahan masalah Mengekspresikan emosi yang dirasakan secara tepat
Mampu melihat alternatif lain dalam melihat suatu hal atau pemecahan masalah
Sensitif dengan diri sendiri danatau lingkungan sekitar Mampu membedakan emosi-emosi yang dirasakan
Dapat mengontrol emosi dalam semua situasi dan kondisi Mampu mengenali dan mendeskripsikan perubahan-
perubahan emosi
H. HIPOTESIS
Berdasarkan uraian yang telah peneliti jabarkan sebelumnya, maka peneliti mengajukan sebuah hipotesis, yaitu terdapat hubungan yang negatif
antara intensitas penggunaan SJS dan kecerdasan emosi. Ketika remaja semakin sering mengakses SJS, maka tingkat kecerdasan emosi yang dimiliki
remaja tersebut semakin rendah atau sebaliknya. Semakin remaja jarang mengakses SJS, maka tingkat kecerdasan emosi remaja tersebut semakin
tinggi atau sebaliknya.
62
BAB III METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Paradigma penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah paradigma penelitian kuantitatif. Tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan Sugiyono, 2013, menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan dan pengaruh serta perbandingan
antar variabel, dan memberikan deskripsi statistik Siregar, 2013. Proses penelitian kuantitatif bersifat deduktif, yaitu untuk menjawab rumusan
masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut kemudian diuji melalui pengumpulan data lapangan
menggunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif atau inferensial sehingga
dapat disimbulkan bilamana hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak Sugiyono, 2013.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel X : Intensitas Penggunaan SJS
2. Variabel Y : Kecerdasan Emosi
C. DEFINISI OPERASIOANAL
1. Intesitas Penggunaan SJS
Intensitas penggunaan SJS adalah keadaan tingkatan atau ukuran kekuatan atau efek dalam menggunakan SJS. Keadaan tingkatan dapat
dilihat dari waktu yang dihabiskan remaja untuk mengakses dan menggunakan SJS durasi dan jumlah ulangan yang dilakukan remaja
dalam mengakses dan menggunakan SJS frekuensi dalam waktu satu hari. SJS yang dimaksud dalam penelitian ini adalah komunitas virtual
yang memiliki tiga karakteristik utama, yaitu adanya profil, teman, dan daftar teman lintas pengguna.
Intensitas penggunaan SJS oleh remaja dapat dilihat dari penjumlahan durasi dalam setiap kali penggunaan SJS selama satu hari.
Semakin besar jumlahnya, semakin tinggi juga intensitas penggunaan SJS remaja tersebut. Sebaliknya, semakin kecil jumlahnya, semakin rendah
juga intensitas penggunaan SJS remaja tersebut.
2. Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi adalah kemampuan remaja untuk memahami, menggunakan dan meregulasi emosi secara efektif untuk meningkatkan
pikiran dan mencapai suatu tujuan. Dalam penelitian ini, kecerdasan emosi diukur dengan Skala Kecerdasan Emosi yang dibuat oleh peneliti. Skala
kecerdasan emosi ini peneliti buat berdasarkan empat aspek kecerdasan
emosi, yaitu 1 Mempersepsi emosi, 2 Menggunakan emosi, 3 Memahami dan Menganalisa emosi, 4 Mengatur atau meregulasi emosi.
Setiap aspek kecerdasan emosi dibagi lagi menjadi empat indikator, yaitu
1 Mempersepsi emosi a Kemampuan untuk mengidentifikasi emosi pada keadaan fisik,
perasaan dan pikiran diri sendiri, b Kemampuan untuk mengidentifikasi emosi pada orang lain, desain,
karya seni lewat bahasa, suara, penampilan dan perilaku, c Kemampuan untuk mengekspresikan emosi secara akurat dan
mengekspresikan kebutuhan yang berkaitan dengan perasaan- perasaan tersebut,
d Kemampuan untuk membedakan ekspresi perasaan yang akurat dan tidak akurat atau yang jujur dan tidak jujur.
2 Menggunakan emosi a Emosi menentukan prioritas pikiran dengan mengarahkan
perhatian pada informasi yang penting, b Kemampuan untuk menggunakan emosi sebagai bantuan untuk
menilai dan ingatan terkait perasaan, c Mood swing mengubah persepektif individu dari optimis menjadi
pesimis, mendorong adanya pertimbangan dari beberapa sudut pandang,