Faktor-faktor Kecerdasan Emosi Aspek-aspek Kecerdasan Emosi
mood senang dapat menstimulasi pikiran yang kreatif dan inovatif.
Dengan demikian, individu yang cerdas secara emosi dapat menguasai seutuhnya perubahan mood-nya agar sesuai dengan tugas atau
pekerjaan yang mereka miliki Salovey Grewal, 2005. 3. Memahami dan menganalisa emosi
Kemampuan memahami dan menggunakan pengetahuan terkait emosi, serta mengerti relasi di antara emosi yang kompleks.
Kemampuan ini meliputi kemampuan untuk sensitif dengan berbagai macam emosi yang berbeda tipis, seperti merasa senang happy dan
sangat senang ecstatic Salovey Grewal, 2005. Selain itu, aspek ini juga mencakup kemampuan untuk mengenali
dan mendeskripsikan bagaimana emosi berkembang seiring waktu, seperti bagaimana terkejut dapat berubah menjadi duka Salovey dan
Grewal, 2005. Kemampuan ini berkembang, segera setelah anak mampu mengenali emosi, anak akan melabel dan memahami relasi di
antara label-label yang ada. Kemudian, anak mulai belajar persamaan dan perbedaan antar emosi, seperti menyukai dan mencintai, kesal dan
marah, dst. Anak juga akan belajar secara otomatis makna relasi dari setiap perasaan, seperti kesedihan dan kehilangan. Individu yang
tumbuh dan berkembang juga akan mulai mengenali adanya emosi yang kompleks dan kontradiktif yang mungkin muncul pada situasi
dan kondisi tertentu. Misalnya, individu akan belajar bahwa mungkin
untuk mempersepsi cinta dan benci terhadap orang yang sama Mayer Salovey, 1997.
Pada tahap perkembangan ini, individu juga akan belajar tentang campuran atau kombinasi emosi. Misalnya, takjub terkadang dilihat
sebagai kombinasi dari takut dan terkejut, harapan dianggap sebagai kombinasi kepercayaan dan optimisme Mayer Salovey, 1997.
Selain itu, emosi cenderung terjadi dalam rangkaian yang berpola, misalnya amarah yang semakin intens meningkat, lalu
diekspresikan, dan kemudian berubah menjadi rasa puas atau rasa bersalah, tergantung pada situasi dan kondisinya. Penalaran terhadap
urutan emosi pun terjadi, misalnya individu yang merasa tidak dicintai akan menolak perhatian dari orang lain karena ia merasa takut dengan
penolakan di masa mendatang. Penalaran tentang perkembangan emosi dalam relasi interpersonal inilah yang merupakan pusat dari
kecerdasan emosi Mayer dan Salovey, 1997. 4. Mengatur atau meregulasi emosi
Kemampuan ini adalah kemampuan dalam area yang paling tinggi dalam kecerdasan emosi. Kemampuan ini terkait kemampuan
meregulasi emosi secara sadar, baik dalam diri sendiri ataupun dalam orang lain untuk meningkatkan perkembangan emosi dan kecerdasan
individu. Reaksi emosi harus ditoleransi, bahkan diterima ketika terjadi, terlepas dari apabila reaksi tersebut menyenangkan atau tidak.
Hanya orang yang mau memperhatikan perasaan yang ada yang dapat
belajar tentang suatu hal terkait perasaan mereka. Oleh karena itu, area ini dimulai dengan kemampuan untuk terbuka terhadap perasaan
Mayer Salovey, 1997. Dalam perkembangannya, anak akan belajar emosi-emosi yang
pantas dan tidak pantas untuk diekspresikan pada publik. Oleh karena itu, anak belajar bahwa emosi dapat dipisahkan dari perilaku.
Misalnya, tetap tersenyum saat berhadapan di publik meski mungkin individu sedang merasa sedih atau marah, atau menyendiri terlebih
dahulu atau masuk ke dalam kamar jika sedang merasa marah. Sebagai konsekuensi, anak pun belajar untuk mengikuti atau tidak mengikuti
emosi pada waktu-waktu yang tepat. Merasa marah pada seseorang atau karena ketidakadilan dapat berguna bagi penalaran terkait situasi
yang ada, tetapi akan lebih berkurang daya gunanya ketika rasa marah mencapai titik klimaks. Individu yang matang secara emosi akan tahu
bahwa ia harus menahan dirinya dan mendiskusikan permasalahan yang ada dengan orang kepercayaan yang lebih tenang cool-headed.
Selanjutnya, insight-insight emosi dan energi yang didapatkan dari pengalaman tersebut dapat digunakan untuk proses penalaran, yaitu
untuk memotivasi dan memfasilitasi, misalnya memicu kemarahan seseorang untuk melawan ketidakadilan Mayer Salovey, 1997.
Dengan demikian, individu yang cerdas secara emosi mampu memanfaatkan emosi, termasuk yang negatif, dan mengelolanya untuk
mencapai tujuan tertentu Salovey Grewal, 2005.
Seiring dengan kematangan individu, akan muncul juga meta- experience
mood dan emosi. Meta-experience Mayer Salovey, 1997 ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a Meta-evalution, yaitu seberapa besar perhatian individu terhadap mood
nya, dan seberapa jelas, tipikal, dapat diterima, dan pengaruhnya mood individu tersebut.
b Meta-regulation, yaitu
ketika individu
mencoba untuk
memperbaiki mood yang buruk, meredakan mood yang baik, atau meninggalkan moodnya.
Meta-experience ini berkaitan dengan fenomena-fenomena penting,
seperti seberapa lama seseorang tinggal dalam pengalaman- pengalaman traumatis Mayer Salovey, 1997. Individu yang sedang
dalam mood sedih akan lebih mudah berpikir tentang hal-hal yang semakin meningkatkan intensitas mood sedih yang ia rasakan. Hal
yang sama juga terjadi pada individu yang depresi, pikiran-pikiran terkait mood sedih akhirnya membuat indivdu kesulitan untuk
menekan mood sedih Goleman, 1995. Salah satu cara untuk dapat membuat emosi menjadi lebih positif
adalah dengan melakukan reframing cognitive. Reframing cognitive terjadi ketika individu mulai memunculkan pikiran-pikiran lain yang
kontradiktif atau berpikir dengan melihat alternatif lain terkait situasi yang sedang dialaminya Goleman, 1995. Misalnya, ketika remaja
baru saja mengakhiri hubungan romantis dengan pasangannya, ia
mungkin berpikir bahwa “setelah ini, aku akan terus sendiri.” Namun, ketika remaja mencoba melihat kejadian tersebut dengan cara berpikir
yang berbeda, seperti hubungannya selama ini jarang membuatnya bahagia, ia lebih sering bertengkar daripada akur dengan pasangannya
akan membuat mood sedih berkurang. Dengan kata lain, melihat kehilangan secara berbeda, yaitu dengan sudut pandang yang lebih
positif merupakan penawar rasa sedih. Dengan demikian, meta- experience
ini juga memungkinkan individu memahami emosi tanpa harus membesar-besarkan atau mengecilkan kepentingan emosi
tersebut.
Skema 1 Kemampuan-kemampuan dalam area-area kecerdasan emosi
Kecerdasan Emosi Mengatur dan
Meregulasi Emosi
Kemampuan untuk terbuka
terhadap perasaan, baik
yang menyenangkan
maupun tidak menyenangkan.
Kemampuan untuk terlibat atau tidak
melibatkan diri dalam emosi
berdasarkan penilaian informasi
atau kegunaannya
Memonitor secara reflektif
emosi dalam relasi dengan diri
sendiri dan orang lain.
Kemampuan mengatur emosi dalam diri orang
lain dengan menjembatani emosi
negatif meningkatkan emosi yang
menyenangkan, tanpa menekan atau melebih-
lebihkan informasi yang dikandungnya.
Memahami dan
Menganalisa Emosi
Melabel emosi dan mengenali relasi
antara kata dan emosi , sep-erti
hubingan antara menyukai dan
mencintai. Menginterpretasi
makna bahwa emosi berubah
tergantung relasi, seperti kesedihan
sering muncul bersamaan dengan
kehilangan. Mengerti perasaan
yang kompleks, misalnya perasaa
cinta dan benci yang muncul
bersamaan. Mengenali transisi
di antara emosi, seperti perubahan
marah menuju puas atau marah
menuju rasa malu.
Menggunakan Emosi
Emosi menentukan
prioritas pikiran dan
mengarahkan perhatian pada
informasi yang penting.
Digunakan sebagai bantuan
untuk menilai dan sebagai
ingatan terkait perasaan.
Mood swing dapat mengubah
perspektif individu, mendorong adanya
pertimbangan dari beberapa sudur
pandang.
Menguasai perubahan-
perubahan mood yang terjadi
dalam diri.
Mempersepsi Emosi
Mengidentifikasi emosi pada
keadaan fisik, perasaan dan
pikiran diri sendiri.
Mengidentifikasi emosi pada
orang lain, desain, karya seni
lewat bahasa, suara,
penampilan dan perilaku.
Mengekspresikan emosi secara
akurat dan kebutuhan yang
berkaitan dengan perasaan.
Membedakan akurat atau tidak
akurat atau jujur atau tidak jujur
suatu ekspresi perasaan
.