Penguatan Pendidikan Karakter Kurikulum SD 2013

Berdasarkan elemen perubahan di atas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum SD 2013 menata ulang Standar Nasional Pendidikan SNP yang telah berlaku sehingga menjadi penyempurnaan bagi pendidikan nasional.

2.1.1.2 Penguatan Pendidikan Karakter

Kurikulum SD 2013 mengharuskan guru menyusun RPP yang berorientasi pada Pendidikan Karakter dan mengimplementasikannya pada praktik pembelajaran sehari- hari di kelas melalui RPPTH yang telah dibuat. Sa’dun 2013: 127 berpendapat bahwa pendidikan karakter pada dasarnya adalah upaya menjadikan peserta didik berkarakter baik. Pendidikan karakter Mulyasa, 2013: 7 dalam Kurikulum SD 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi Kurikulum SD 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari, hal ini dapat dilihat pada kegiatan inti di pembelajaran 1 pada produk halaman 9. Dalam implementasi Kurikulum SD 2013, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari- hari. Sedangkan Daryanto 2014: 39 mengemukakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Jadi, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham kognitif tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan afektif nilai yang baik dan biasa melakukannya psikomotor. Upaya untuk mengimplementasikan pendidikan karakter perlu dilakukan dengan pendekatan holistis, yaitu mengintegrasikan perkembangan karakter ke dalam setiap aspek kehidupan sekolah. Zubaedi 2012: 195 menjelaskan, pendekatan holistis dalam pendidikan karakter memiliki integrasi sebagai berikut: 1. Segala kegiatan di sekolah diatur berdasarkan sinergitas-kolaborasi hubungan antara peserta didik, guru, dan masyarakat. 2. Sekolah merupakan masyarakat peserta didik yang peduli dimana ada ikatan yang jelas yang menghubungkan peserta didik, guru, dan sekolah. 3. Pembelajaran emosional dan sosial setara dengan pembelajaran akademik. 4. Kerjasama dan kolaborasi di antara peserta didik menjadi hal yang lebih utama dibandingkan persaingan. 5. Nilai-nilai seperti keadilan, rasa hormat, dan kejujuran menjadi bagian pembelajaran sehari-hari baik di dalam maupun di luar kelas. 6. Peserta didik-diswa diberikan banyak kesempatan untuk mempraktikkan perilaku moralnya melalui kegiatan-kegiatan seperti pembelajaran memberikan pelayanan. 7. Disiplin dan pengelolaan kelas menjadi fokus dalam memecahkan masalah dibandingkan hadiah dan hukuman . 8. Model pembelajaran yang berpusat pada guru harus ditinggalkan dan beralih ke kelas demokrasi di mana guru dan peserta didik berkumpul untuk membangun kesatuan, norma, dan memecahkan masalah. Revitalisasi dan penekanan karakter dalam pengembangan Kurikulum SD 2013 diharapkan mampu menyiapkan SDM yang berkualitas, sehingga masyarakat dan bangsa Indonesia bisa menjawab berbagai masalah dan tantangan yang semakin rumit dan kompleks. Jadi, Pendidikan karakter adalah upaya untuk membuat peserta didik berkarakter baik dengan tujuan membentuk budi pekerti dan akhlak mulia dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan.

2.1.1.3 Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi.