Penilaian Otentik Kurikulum SD 2013

b. Penilaian diri: merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. c. Penilaian antar peserta didik teman: merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik. d. Jurnal catatan guru: merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

2.1.1.6 Penilaian Otentik

Kurikulum SD 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Penilaian atau asesmen yang dilakukan dimaksudkan untuk mengukur kompetensi atau kemampuan tertentu terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan penilaian untuk mengetahui sikap digunakan teknik nontes Hosnan, 2014: 387. Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah otentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Muslich dalam Hosnan, 2014: 387 berpendapat bahwa Asesmen otentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar peserta didik. Pendapat ini serupa dengan arti penilaian otentik yang dikemukakan Majid 2014: 238, yaitu penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik yang digunakan oleh guru untuk dapat memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar. Dalam mengumpulkan data tentang ketercapaian suatu tujuan belajar adalah mustahil dilakukan hanya dengan menggunakan satu model asesmen saja, karena selama ini ternyata pelaksanaan penilaian hanya menggunakan asesmen tradisional. Hal ini sependapat dengan Santrock dalam Majid 2014: 236 yang berpendapat mengenai alasan pengembangan penilaian otentik, yaitu karena penilaian tradisional yang selama ini digunakan mengabaikan konteks dunia nyata dan kurang menggambarkan kemampuan peserta didik secara holistik. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah asesmen alternatif untuk melengkapi penilaian tradisional yang selama ini dilakukan. Asesmen alternatif juga dikenal dengan nama asesmen otentik yang digunakan untuk menilai belajar peserta didik pada situasi dunia nyata atau konteks di mana peserta didik berhadapan dengan masalah-masalah yang memerlukan beberapa macam cara pemecahan. Karena satu asesmen belum tentu dapat menunjukkan seluruh ranah kecerdasan peserta didik. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk melengkapi asesmen tradisional, perlu adanya asesmen alternatif yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin diukur. Hosnan 2014: 387 mengatakan bahwa Asesmen otentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. American Library Association dalam Hosnan, 2014: 388 mendefinisikan asesmen otentik sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran. Asesmen otentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum SD 2013, karena penilaian asesmen semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Hal tersebut sesuai dengan definisi dari Pusat Kurikulum dalam Majid, 2014: 236 yang berbunyi, “Penilaian otentik authentic assessment adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik”. Karena cenderung fokus pada tugas- tugas yang kompleks atau kontekstual, asesmen otentik memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi secara lebih otentik. Sehingga asesmen ini sangat trelevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembelajaran khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Dengan demikian asesmen otentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua peserta didik dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Selanjutnya data asesmen otentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen otentik dapat diolah dianalisis dengan metode kualitatif maupun kuantitatif. Hasil penilaian otentik digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan remedial, pengayaan enrichment, atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan Majid, 2014: 240. Penilaian otentik menurut Kunandar 2014: 38 memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengukur aspek kinerja dan produk atau hasil yang dikerjakan oleh peserta didik, namun harus dipastikan bahwa kinerja dan produk tersebut merupakan cerminan kompetensi dari peserta didik tersebut secara nyata dan objektif. 2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik, guru dituntut untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan atau kompetensi proses selama kegiatan pembelajaran dan kemampuan kompetensi peserta didik setelah melakukan kegiatan pembelajaran. 3. Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya melakukan penilaian terhadap peserta didik harus menggunakan berbagai teknik penilaian dan menggunakan berbagai sumber atau data yang bisa digunakan sebagai informasi yang menggambarkan penguasaan kompetensi peserta didik. 4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian. Artinya, dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi tertentu harus secara komperehensif dan tidak hanya mengandalkan hasil tes semata. Informasi-informasi lain yang mendukung pencapaian kompetensi peserta didik dapat dijadikan bahan dalam melakukan penilaian. 5. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari. 6. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan keluasannya kuantitas. Artinya dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi harus mengukur kedalaman terhadap penguasaan kompetensi tertentu. Kunandar 2014: 38 memberikan karakteristik Penilaian otentik sebagai berikut: 1. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif. Artinya penilaian otentik dapat dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi terhadap satu atau beberapa kompetensi dasar formatif maupun pencapaian kompetensi terhadap standar kompetensi atau kompetensi inti dalam satu semester sumatif. 2. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. Artinya penilaian otentik itu ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi yang menekankan aspek keterampilan skill dan kinerja performance, bukan hanya mengukur kompetensi yang sifatnya mengingat fakta hafalan dan ingatan. 3. Berkesinambungandan terintegrasi. Artinya, dalam melakukan penilaian otentik harus secara berkesinambungan terintegrasi dan merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap. Pencapaian kompetensi peserta didik. 4. Dapat digunakan sebagai feed back. Artinya, penilaian otentik yang dilakukan oleh guru dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap pencapaian kompetensi peserta didik secara komperehensif. Kesimpulan yang dipaparkan oleh Kunandar 2014: 42 mengenai penilaian otentik adalah bahwa dalam pelaksanaannya, ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh guru, yakni: 1. Otentik dari instrumen yang digunakan. Artinya dalam melakukan penilaian otentik guru perlu menggunakan instrumen yang bervariasi tidak hanya satu instrumen yang disesuaikan dengan karakteristik atau tuntutan kompetensi yang ada di kurikulum. 2. Otentik dari aspek yang diukur. Artinya, dalam melakukan penilaian otentik otentik guru perlu menilai aspek-aspek hasil belajar secara komperehensif yang meliputi kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. 3. Otentik dari aspek kondisi peserta didik. Artinya dalam melakukan penilaian otentikguru perlu menialai input kondisi awal peserta didik, proses kinerja dan aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar, dan output hasil pencapaian kompetensi, baik sikap, pengetahuan, maupun keterampilan yang dikuasai atau ditampilkan peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

2.1.2 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran