58
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian dan Pengembangan atau sering disebut RD Research and
Development. RD adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut Sugiyono, 2012: 297. Senada dengan pendapat tersebut, Trianto 2011: 206
mendefinisikan RD sebagai suatu rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu prodek baru atau menyempurnakan produk yang
telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan. Proses atau langkah pengembangan yang digunakan peneliti adalah langkah-langkah pengembangan Borg dan Gall.
Model pengembangan ini memiliki 10 langkah pengembangan Sugiyono, 2012: 298-311 yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Potensi dan Masalah
Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik. Data tersebut tidak harus dicari sendiri,
tetapi dapat diperoleh dari laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to
date.
2. Pengumpulan Data
Setelah potensi dan masalah diperoleh secara faktual dan up to date, maka diperlukan pengumpulan berbagai informasi yang akan digunakaan
sebagai bahan untuk tahap selanjutnya yaitu desain produk. Pada tahap ini, diperlukan metode tersendiri dalam mengumpulkan data. Metode tersebut
tergantung pada permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin dicapai. 3.
Desain Produk RD menghasilkan produk yang bermacam-macam tergantung pada
kebutuhan penelitian, namun secara lengkap disertai spesifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Validasi Desain
Pada tahap ini, dilakukan penilaian rancangan desain produk dengan melibatkan beberapa pakarahli yang sudah berpengalaman di untuk
menilai produk yang dibuat. 5.
Revisi Desain Desain produk yang sudah divalidasi akan dapat diketahui kesalahan atau
kelemahannya, sehingga pada tahap ini perlu adanya perbaikanrevisi. 6.
Uji Coba Produk Setelah revisiperbaikan selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah
pelaksanaan uji coba produk yang telah diperbaiki pada sampel terbatas. 7.
Revisi Produk Ketika pelaksanaan uji coba produk dirasa mengalami hambatan atau
masalah, maka produk tersebut harus diperbaikidirevisi kembali.
8. Uji Coba Pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan ada revisi yang tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk yang berupa sistem kerja baru
tersebut diterapkan dalam kondisi nyata untuk lingkup luas. Pada tahap ini pun masih perlu dilakukan penilaian untuk menemukan dan meminimalisir
kekuranganhambatan agar dapat dilakukan perbaikan di tahap selanjutnya.
9. Revisi Produk
Tahap ini dilakukan jika pada langkah uji coba pemakaian terdapat kekurangan atau kelemahan. Revisi ini bertujuan untuk menyempurnakan
dan sebagai standar kelayakan untuk pembuatan produk yang baru. 10.
Pembuatan Produk Masal Pembuatan produk secara masal dapat dilakukan apabila produk yang
sudah diujicobakan sudah dapat dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi secara masal.
Dari 10 prosedur pengembangan tersebut, peneliti hanya melakukan penelitian sampai tahap yang ke 5 saja yaitu 1 potensi dan masalah, 2
pengumpulan data, 3 desain produk, 4 validasi desain, 5 revisi produk. Hal tersebut diperbolehkan dengan dilandasi pendapat Borg and Gall 1983: 792 yang
menyampaikan bahwa “Another way to scale down the project is to limit
development to just a few steps of the RD cycle. ” Langkah-langkah dalam Borg
dan Gall dapat digunakan beberapa langkah saja untuk membatasi penelitian dalam skala kecil seperti yang dilakukan peneliti. Jadi, peneliti hanya melakukan
penelitian sampai tahap ke-lima saja karena produk yang dikembangkan hanya ditujukan untuk guru SD kelas 1 saja. Hal tersebut didasari hasil wawancara
analisis kebutuhan yang dilakukan oleh peneliti kepada guru, sehingga penelitian ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan guru akan pengadaan perangkat
pembelajaran yang lengkap. Selain itu, hal yang menjadi alasan lain adalah keterbatasan waktu untuk pelaksanaan penelitian, kesulitan mencari pakar
kurikulum sebagai validator, keterbatasan sumberreferensi yang relevan, serta adanya keterbatasan waktu dan biaya.
3.2 Prosedur Pengembangan