Kerusakan Karena Proses Kimiawi Air Hujan Kerusakan Karena Proses Mekanis Air Hujan Kerusakan Karena Tanah Longsor

132 GEOGRAFI Kelas X

f. Kerusakan Karena Proses Kimiawi Air Hujan

Air hujan merupakan faktor utama terjadinya kerusakan tanah melalui proses perubahan kimiawi dan sebagian lagi karena proses mekanis. Proses kimiawi ini menyebabkan tanah menjadi tidak subur.

g. Kerusakan Karena Proses Mekanis Air Hujan

Air hujan yang turun sangat deras dapat mengikis dan menggores permukaan tanah sehingga terbentuk selokan. Pada daerah yang tidak bervegetasi, hujan lebat dapat menghanyutkan tanah berkubik-kubik. Air hujan dapat pula menghanyutkan lumpur sehingga terjadi banjir lumpur.

h. Kerusakan Karena Tanah Longsor

Tanah longsor adalah turunnya atau ambruknya tanah dan batuan ke bagian bawah akibat pengaruh daya gravitasi. Hujan mempercepat longsornya tanah karena tanah menjadi longsor dan berat. Pelongsoran hanya terjadi pada lapisan luar yang terlepas dari permukaan tanah. Berbagai Faktor Penyebab Banjir di Jember dan Longsor di Banjarnegara Awal bulan Januari 2006, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh berita banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang dua desa di Kecamatan Panti, Jember, Jawa Timur. Banjir bandang yang diduga terjadi karena maraknya penebangan hutan ilegal illegal logging ini, menyebabkan kurang lebih 57 orang tewas dan ratusan rumah rusak, serta puluhan hektare sawah terendam air. Belum lagi selesai proses evakuasi korban akibat banjir bandang di Jember ini, musibah longsor terjadi di Kampung Gunungrejo, di Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara, Jawa Tengah pada tanggal 5 Januari 2006. Longsor yang menimbun empat rukun tetangga RT di kampung yang berpenduduk 655 orang ini, menewaskan 75 orang. Masih ditambah dengan jumlah orang hilang yang hampir mencapai ratusan. Bencana yang terjadi di Jember dan Banjarnegara tersebut merupakan bencana alam yang terjadi akibat ulah manusia. Banjir bandang di Jember, terjadi akibat adanya penggundulan hutan di sekitar Kabupaten Jember. Pusat Studi Bencana Alam PSBA Universitas Gadjah Mada UGM, menyatakan bahwa banjir bandang di Jember disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor hidrometeorologi, kondisi morfometri DAS Kaliputih, serta penutup lahan. Ketiga faktor tersebut menyebabkan meningkatnya aliran permukaan yang bercampur kikisan tanah akibat perubahan penutupan lahan. Secara fisik kondisi hutan cukup rapat dengan jenis tanaman rasamala, yang semula merupakan hutan produksi terbatas HPT dan sejak tahun 2002 dialihfungsikan menjadi hutan lindung. Lereng pegunungan vulkanik yang mengalami longsor memiliki kemiringan lebih dari 60° dan di bagian pegunungan yang mengalami pengelupasan tanah memiliki kemiringan lereng 45°. Beda horizontal dari titik longsor ke desa sekitar 2 km. Sudut yang curam merupakan faktor yang memperbesar daya luncur massa tanah. Beda tinggi antara dasar sungai dan permukiman sekitar 3 m. ”Perbedaan inilah yang menjadikan penduduk merasa aman dari bahaya longsor. Sebenarnya di wilayah lereng atas yang longsor pertama kali, massa tanah tertahan bukit di sebelah baratnya. Setelah volume air semakin membesar, maka Di unduh dari : Bukupaket.com 133 Litosfer dan Pedosfer massa tanah yang tertahan tersebut menjadi lebih berat dan meluncur membentur bukit, sehingga terjadi pengelupasan. Akibat akumulasi massa lumpur dan dengan gaya gravitasi, maka terjadilah longsoran besar hingga massa tanah terlempar dan menimbun Desa Sijeruk tersebut. Semua kejadian itu dipacu oleh hujan yang sangat lebat dengan curah hujan rata-rata 44,4 mmhari,” tutur Dr. Sunarto, MS. Ketua Pusat Studi Bencana Alam PSBA Universitas Gadjah Mada UGM. Beliau juga menyebut, ternyata berbagai bencana yang terjadi di musim penghujan ini sebagian besar terjadi di daerah gunung api, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Menyikapi perilaku masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, mau tidak mau, orang harus beradaptasi dengan lingkungannya dan responsif terhadap gejala-gejala alam. Beberapa rekayasa sosial untuk dapat mengarahkan masyarakat agar paham dan tanggap terhadap bencana longsor, dilakukan dengan sosialisasi mitigasi bencana berbasis masyarakat, sambil memperkenalkan teknologi sederhana untuk mendeteksi gejala-gejala longsor. Beberapa kegiatan mitigasi bencana longsor yang dapat disosialisasikan kepada masyarakat antara lain adalah pola perilaku hujan lokal melalui BMG setempat, perlu dibangunnya penampungan sementara ketika terjadi bencana, membangun kesadaran masyarakat agar tanggap terhadap bencana dan peka terhadap tanda-tanda alam, serta penerapan pola budi daya lahan dengan pengaturan regenerasi tanaman. Langkah penting yang dibutuhkan oleh korban banjir bandang tersebut antara lain: a. Membangun tempat pengungsian sementara untuk 6–9 bulan dengan dukungan logistik medisparamedis dan spiritual–psikologis. b. Sebagai antisipasi ke depan perlu dibentuk ”masyarakat sadar bencana” terutama masyarakat yang bertempat tinggal di daerah rawan bencana. Sumber: www.geografiana.com Setelah membaca artikel tersebut, jawablah pertanyaan di bawah ini a. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan bencana di Jember dan Banjarnegara b. Bagaimana menangani sumber ancaman bencana dan menangani masyarakat dalam manajemen bencana?

i. Kerusakan Karena Terkumpulnya Garam di Daerah Perakaran