161
Atmosfer
Berdasarkan ketinggiannya, awan dapat dibedakan sebagai berikut. a.
Awan rendah ketinggian kurang dari 2 km. Contoh: nimbostratus, stratus, dan stratocumulus.
b. Awan menengah, mempunyai ketinggian dasar awan antara 2–6 km.
Contoh: altostratus dan altocumulus. c.
Awan tinggi ketinggian di atas 6 km. Contoh: cirrostratus, cirrocumulus, dan cirrus.
d. Awan menjulang vertikal ketinggian 0,5–18 km. Contoh: cumulonimbus dan cumulus.
Bentuk awan bermacam-macam. Ada yang bertumpuk-tumpuk, halus memanjang, dan berlapis-lapis. Berdasarkan bentuknya, awan
dibedakan sebagai berikut. a. Awan Cumulus atau Awan Bertumpuk
Awan ini bertumpuk-tumpuk dengan puncak yang membulat dan alas horizontal. Warna awan putih berkilauan, gerakannya selalu
vertikal membentuk gumpalan yang semakin gelap dan meluas. Awan ini terbentuk ketika udara sangat panas dan bertambah
dengan cepat sebelum terjadi hujan.
b. Awan Cirrus atau Awan Bulu
Awan ini berbentuk seperti serabut atau bulu ayam yang halus memanjang di langit. Awan Cirrus mempunyai ketinggian antara
7–13 km. Suhu awan Cirrus sangat rendah, bisa beberapa derajat di bawah 0°C. Awan Cirrus terdiri atas kristal-kristal es yang sangat
kecil dan berwarna putih bersih.
c. Awan Stratus atau Awan Merata
Awan Stratus berlapis-lapis, meluas, dan tampak seperti kabut. Ketinggian awan ini rendah tetapi tidak sampai
di permukaan Bumi. Munculnya awan ini pertanda cuaca akan baik jika terlihat saat Matahari terbit atau
saat Matahari terbenam.
d. Awan Nimbus atau Awan Hujan
Awan ini menyebabkan terjadinya hujan. Awan ini tebal dan bentuknya tidak menentu. Warnanya hitam,
kadang-kadang kelihatan merata seperti Stratus. Jika awan Cumulus bersatu dengan awan Nimbus maka di-
sebut Cumulonimbus. Awan Cumulonimbus adalah awan yang sangat tebal, sering mendatangkan badai
topan, petir, angin ribut, dan hujan deras.
Amatilah langit di sekitarmu Apakah jenis awan yang
dapat kamu amati? Bagai- mana ciri-cirinya?
Sumber: Interactive Geography 3, halaman 30
Gambar 7.29
Awan Cumulus
Sumber: Interactive Geography 3, halaman 30
Gambar 7.30 Awan Cirrus
Sumber: Interactive Geography 3, halaman 30
Gambar 7.31 Awan Stratus
Sumber: Interactive Geography 3, halaman 30
Gambar 7.32 Awan Nimbus
Di unduh dari : Bukupaket.com
162
GEOGRAFI Kelas X
Misteri Awan Gempa
Lima hari sebelum gempa bumi mengguncang Pangandaran dan tsunami menerjang pantai selatan Jawa, pada hari Rabu, tanggal 12 Juli
2006 masyarakat Yogyakarta melihat awan putih panjang di angkasa. Awan ini berbentuk seperti pita putih yang halus, rata, memanjang, dan
melengkung mirip asap bekas jejak pesawat jet dengan arah barat daya– timur laut. Hingga kini belum ada yang memastikan awan khusus ini bisa
menjadi tanda akan terjadinya gempa bumi. Namun, fenomena awan putih memanjang sudah terekam beberapa kali oleh satelit sebelum suatu gempa
terjadi.
Awan khusus ini dinamakan awan gempa. Awan gempa berbeda dengan awan yang terbentuk melalui proses kondensasi uap air di atmosfer.
Umumnya proses kondensasi di atmosfer membentuk awan sirus, stratus, dan cumulus. Menurut Dr. Samoko Saroso, peneliti geomagnetik dari
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Lapan, awan gempa terbentuk karena ada gesekan di sumber gempa atau episentrum. Gesekan
itu membuat retakan di dalam Bumi dan menimbulkan panas yang menyebabkan air tanah menguap. Karena temperatur dan tekanan sangat
tinggi, uap air keluar melalui celah-celah retakan ke angkasa. Pada ketinggian tertentu uap air itu bertemu dengan udara dingin sehingga
membentuk awan khusus. Ciri awan gempa adalah muncul secara tiba- tiba. Awan seolah-olah keluar dari suatu titik tertentu yang posisinya tetap.
Dari titik munculnya, awan ini membesar, memanjang ke samping, memanjang ke atas seperti asap roket, bergelombang, berlipat-lipat seperti
lipatan lampion, atau tampak seperti cahaya.
Menurut Samoko, sebenarnya sudah lama dipikirkan tentang hubungan antara awan gempa dengan gempa Bumi. Cina bahkan sudah
membicarakan tanda alam itu tahun 1622. Pada 25 Oktober 1622, terjadi gempa bumi besar dengan kekuatan 7 skala Richter di Guyuan, Provinsi
Ningxia, Cina Barat. Masyarakat Cina Barat saat itu melihat awan aneh sebelum terjadi gempa bumi. Tahun 1978, sehari sebelum gempa Kyoto di
Sumber: www.gisdevelopment.net
Awan gempa
Di unduh dari : Bukupaket.com
163
Atmosfer
Jepang, wali kota Kyoto Kagida melihat awan aneh. Ia mengaitkan gempa dengan awan tersebut. Fenomena itu lalu disebut
Kagida Cloud atau Awan Kagida.
Samoko berpendapat, awan-awan khusus itu muncul sebelum gempa Bumi di atas 5,5 skala ritcher. Awan gempa biasanya hanya sehari lalu
menghilang sampai ada gempa Bumi. Jarak antara munculnya awan dan gempa adalah 1–100 hari. Proses hilangnya awan kini diteliti. Menurut
Samoko, pembentukan awan gempa mirip dengan anomali perubahan medan magnet. Sebelum gempa Bumi Aceh dan Nias, magnetometer
mencatat anomali medan magnet Bumi.
Sumber: www.kompas.com dengan penyuntingan
Sumber: Dokumen Penulis
Sumber: Dokumen Penulis
Awan
a. Tujuan: Memperagakan proses terjadinya awan.