Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan berisi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional dari istilah-istilah pokok yang digunakan.

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Rentang usia pada masa remaja berlangsung antara usia 13 tahun sampai 22 tahun. Masa transisi yang berlangsung pada masa remaja terdiri dari masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal merupakan masa yang berlangsung antara usia 13 tahun sampai 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir berlangsung pada usia 18 tahun sampai 22 tahun. Masa remaja awal ditandai dengan tingkah laku yang ingin menyendiri, rendahnya keinginan untuk bekerja, kurangnya koordinasi fungsi-fungsi tubuh, kejemuan, kegelisahan, pertentangan sosial, pertentangan terhadap orang dewasa, kepekaan perasaan, rendahnya kepercayaan diri, timbulnya minat pada lawan jenis, dan kesukaan untuk berkhayal, sedangkan masa remaja akhir, aspek fisik dan psikis yang dimiliki mulai stabil, pandangan hidup mulai realistis, kematangan dalam mengatasi masalah, dan ketenangan dalam mengelola perasaan. Usia remaja awal merupakan usia yang kebanyakan dialami oleh siswa yang sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama SMP. Semua siswa, termasuk siswa SMP memiliki tanggung jawab untuk belajar. Aktivitas yang berlangsung pada kegiatan belajar selalu melibatkan aspek kognitif, afeksi, konasi, dan motorik yang dimiliki oleh siswa. Keseluruhan aspek yang dimiliki oleh siswa akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Gestal Rohmah, 2012: 195-199 belajar adalah aktivitas yang melibatkan aspek kognitif berupa persepsi; mengingat; dan berpikir, aspek afeksi berupa minat; motivasi, dan aspek psikomotor berupa menulis dan membaca. Keseluruhan aspek yang dimiliki oleh siswa akan menghasilkan perubahan perilaku melalui pengalaman yang telah dialami sebelumnya. Perubahan perilaku pada proses belajar akan berlangsung terus-menerus dan cenderung menetap. Aktivitas belajar akan berlangsung terus-menerus dan kapan saja. Salah satu lembaga formal yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan belajar adalah sekolah. Aktivitas belajar yang berlangsung di sekolah tidak selamanya berjalan dengan baik. Penyebabnya ada faktor dari dalam diri internal siswa maupun dari luar diri siswa eksternal yang kurang mendukung kegiatan belajar. Faktor internal dan eksternal yang kurang mendukung kegiatan belajar akan mempengaruhi prestasi yang didapatkan oleh siswa. Siswa-siswi yang berprestasi rendah bukanlah siswa yang tidak pintar. Mereka mengalami kesulitan belajar yang berakibat pada ketidakberhasilan dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Kesulitan belajar yang terjadi pada siswa disebabkan adanya hambatan yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Menurut Rohmah 2012: 292-293 kesulitan belajar merupakan keadaan yang disebabkan karena adanya hambatan atau gangguan dari dalam diri maupun dari luar diri siswa sehingga berdampak pada prestasi belajar. Hambatan-hambatan ini dipengaruhi oleh aspek-aspek yang mempengaruhi proses belajar-mengajar. Menurut Winkel 2007: 150-152 ada lima aspek yang mempengaruhi proses belajar-mengajar yaitu pribadi siswa, pribadi guru, struktur jaringan hubungan di sekolah, sekolah sebagai institusi pendidikan, dan faktor-faktor situasional. Keseluruhan aspek yang mempengaruhi proses belajar-m engajar disebut “Keadaan awal”. “Keadaan awal” merupakan keseluruhan kenyataan kepribadian, sosial, institusional, dan situasional yang dalam kaitannya dengan tujuan instruksional dapat berpengaruh terhadap kelangsungan proses belajar-mengajar di dalam kelas. Keseluruhan aspek- aspek yang mempengaruhi proses belajar akan menjadi aspek dari faktor-faktor kesulitan belajar, jika aspek-aspek tersebut menghambat ketercapaian dari tujuan belajar. Kesulitan belajar dapat terjadi pada semua tingkatan pendidikan, termasuk pada tingkatan pendidikan Sekolah Menengah Pertama SMP. Penelitian yang dilakukan oleh Atanus 2013 pada Sekolah Menengah Pertama menjelaskan bahwa remaja mengalami kesulitan belajar dalam hal memahami materi pelajaran; lemahnya kemampuan menangkap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru; mempelajari pelajaran eksakta matematika, fisika, dan non eksakta IPS, bahasa asing; mengingat materi pelajaran; menerima sikap guru yang pilih kasih, memanfaatkan fasilitas- fasiltas yang disediakan oleh sekolah, menyesuaikan diri dengan letak sekolah yang berdekatan dengan keramaian. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tersebut disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri siswa; pribadi guru; sekolah sebagai institusi pendidikan; situasional. Penelitian analisis faktor-faktor kesulitan belajar dilakukan pada SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta. Dasar peneliti melakukan penelitian di SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta adalah penelitian yang dilakukan oleh Ricky 2014 di SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta yang menyimpulkan bahwa ada 16 siswa dari 26 siswa yang mengalami kesulitan saat mengerjakan soal- soal aplikasi segiempat. Selanjutnya dari hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru Bimbingan dan Konseling serta teman yang telah berpraktik memberikan gambaran bahwa ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan pada mata pelajaran bahasa inggris dan IPS; sulitnya berkonsentrasi ketika belajar; serta mengingat materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa di atas menjadi dasar bagi peneliti untuk menganalisis faktor-faktor kesulitan belajar apa saja yang intens mengganggu siswa SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta dan menentukan topik-topik bimbingan yang sesuai untuk mengatasi kesulitan belajar.

B. Rumusan Masalah