53
“Kami guru-guru memahami K-13 melalui pelatihan yang sudah kami dapatkan selama 3 hari di Atambua. K-13 ini sebenranya
hanya pengembangan dari KTSP, untuk menghadapi perubahan jaman yang semakin meningkat. Memang sangat perlu siswa
disiapkan untuk menghadapi perubahan jaman ini, tetapi ada hal yang perlu diperhatikan adalah ada guru yang sama sekali tidak
mengerti tentang komputer sampai saat ini sehingga perlu adanya usaha atau tuntutan dari pemerintah untuk mewajibkan guru-guru
tahu mengoperasi komputer”. Lambertus Suri, Guru di SMAN 1 Tasifeto Timur.
“Saya awalnya belum memahami, tetapi setelah diberikan pelatihan dan mulai diterapkan saya perlahan mulai mengerti. Ketiadaan
buku pedoman saat itu membuat saya mencari jalan sendiri untuk
memahaminya lewat pencarian di internet”. Marsela C. Luan, S.Pd, Guru SMAK Bina Karya Atambua
Dari hasil wawancara yang dilakukan di atas, dapat dilihat bahwa guru sudah memahami K-13, baik melalui pelatihan yang diberikan,
maupun secara autodidak belajar sendiri, hanya memang harus diakui bahwa belum semua pihak memahami karena keterbelakangan
pengetahuan akan teknologi yang menjadi basis dari pengembangan K-13. Hal yang harus dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah perlu
adanya upaya dan tuntutan dari pemerintah bagi setiap guru untuk bisa mengoperasikan komputer dan alat peraga lainnya agar tidak lagi terjadi
hambatan dalam implementasi K-13 ke depannya. Selain itu, perlu adanya pelatihan yang terus menerus di setiap gugus untuk meningkatkan
pemahaman guru tentang implementasi K-13.
c. Pemahaman Siswa tentang K-13
Data mengenai pemahaman siswa tentang K-13 juga diperoleh melalui wawancara yang dilakukan peneliti terhadap para responden
54
siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di Kabupaten Belu, diperoleh hasil yang beragam mengenai
pemahaman siswa tentang K-13. “Awalnya kami tidak menegerti K-13, karena tidak ada
pemberitahuan sebelumnya dari kepala sekolah dan guru guru untuk melaksanakan K-13 di semester yang baru. Setelah
memasuki semester yang baru, kami mulai dengan K-13, ada hal baru yang kami alami yaitu gaya pembelajaran yang berbeda dari
sebelumnya. Akhirnya guru memberitahu bahwa ada kurikulum baru yang digunakan dalam semester ini. Setelah mengikuti hamper
sebulan akhirnya kami mengetahui tentang cara kerja dari kurikulum ini, yaitu kami siswa lebih aktif dan guru lebih pasif
dalam pros
es pembelajaran”. Gratiana Mau, Siswa SMA Stella Maris Atambua.
“Saya sangat memahami K-13 ini, saya yakin begitu juga dengan teman-teman saya. Kami bisa melakukan perintah yang diberikan
oleh guru
dengan baik,
misalnya mengerjakan
tugas, mempresentasikan tugas di hadapan teman-teman dan kegiatan-
kegiatan lainnya”. Naldo Andrew Pitu, Siswa SMAN I Atambua.
“Saya tidak mengerti dengan K-13 dan hanya secara terpaksa melaksanakannya karena kami dipaksa dari sekolah untuk
mengikuti surat yang sudah dikeluarkan”.
Cerlia De Jesus Henrique, Siawa SMA Stella Gratia Atambua. “Saya hanya tahu bahwa bahwa K-13 itu lebih fokus pada siswa
dan siswa lebih aktif dari guru, sedangkan hal-hal lain menyangkut K-13 belum saya tahu dan pahami karena belum ada
pemberitahuan dari guru dan saat itu waktu masuk liburan kami
langsung diberitahu untuk melaksanakan kurikulum baru ini”. Karolus Bere, Siswa SMAK Mgr. Gabriel Manek Lahurus.
Hal utama yang tergambar dari wawancara di atas adalah bahwa para siswa SMA di Kabupaten Belu umumnya sudah memahami cara kerja
dan implementasi K-13, meskipun ada yang pemahamannnya terlambat karena tidak ada sosialisasi dan pemberitahuan dari pihak sekolah terlebih
55
dahulu. Ada pula yang terlambat memahami karena secara terpaksa melaksanakannya karena adanya surat edaran dari Menteri untuk
implementasi K-13 sekolah diwajibkan untuk melaksanakan K-13. Ketika diminta konfirmasi mengenai dampak keputusan dari pemerintah
mengenai implementasi 2013, kepala sekolah SMA Stella Gratia mengatakan :
“Tentu saja setiap keputusan yang dibuat oleh pusat menimbulkan dampak bagi kami warga sekolah karena kita berada dalam satu
system dengan pemerintahan pusat. Kita tidak mugkin tidak melaksanakan apa yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah pusat
karena kita berpikir keputusan itu adalah keputusan yang terbaik dalam rangka mempersiapkan masa depan anak-
anak kita” Godefridus Nahak, SE.MM, Kepala Sekolah SMA Stella Gratia
Atambua.
K-13 yang lebih mengedepankan dan menuntut siswa peserta didik untuk lebih berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan
kecakapan yang dimiliki dengan mengeksplorasi semua sumber belajar yang ada, tampaknya memang hendak menjadikan siswa bukan lagi
sebagai gelas kosong yang harus diisi, namun menjadi gelas yang sudah terisi dan siap untuk dikreasikan dalam pembelajaran yang dilaksanakan.
Tugas paling utama guru tidak lagi menjadi sumber belajar utama bagi peserta didik siswa, namun tugas guru kini lebih pada motivator bagi
peserta didik agar menemukan kembali semangat dan rasa ingin tahu yang dimilikinya sehingga peserta didik akan mengeksplorasi semua sumber
belajar yang ada di sekitarnya. Untuk mendukung hal di atas, siswa dituntut dan diberi pengetahuan untuk memahami peran dan fungsi mereka
dalam kurikulum itu Alawiyah, 2013. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Hal positif yang bisa diperoleh dari implementasi K-13 di Kabupaten Belu secara khusus pada tingkat SMA adalah banyak siswa
yang lebih senang dan menerima keberadaan dan penerapan K-13. Pekerjaan yang masih tersisa dari hal positif ini adalah pemahaman siswa
tentang penerapan K-13. Mengingat bahwa siswa merupakan salah satu elemen penting
dalam pendidikan dan merupakan sasaran utama dalam peningkatan kualitas pendidikan yang akan berkontribusi terhadap upaya peningkatan
kualitas hidup suatu bangsa, maka siswa perlu dikelola, diatur, ditata, dikelola dan dikembangkan agar menjadi produk pendidikan yang
bermutu, maka hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran perlu dicarikan solusinya. Solusi yang ditawarkan dari
persoalan pemahaman siswa terhadap pemahaman K-13
yaitu kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran penting dalam
memfasilitasi para guru dan tenaga pendidikan lainnya untuk dapat mengatur sedemikian rupa sehingga siswa anak didik bisa memahami
substansi dari K-13 dan implementasi K-13. Kepala sekolah harus bisa memanfaatkan fungsinya sebagai manajer untuk mengatur semuanya.
Kepala sekolah harus bisa mengakomodir para guru di setiap sekolah untuk memberikan minimal sosialisasi kepada para siswa tentang peran
dan keberadaan siswa dalam kurikulum baru. Sedangkan hal maksimal yang bisa dilakukan kepala sekolah adalah mendatangkan penyuluh dari
57
propinsi atau orang yang mengerti dan memahami kurikulum 20913 untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada para siswa mengenai K-13.
d. Keterlibatan Orang Tua Komite Sekolah Dalam Pengembangan