Buku Pedoman Guru dan Siswa

61 peluangnya untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan sekolah tidak semata-mata bermanfaat bagi pencapaian tujuan belajar anak didik, melainkan juga bermanfaat untuk memupuk dan menyuburkan nilai kebersamaan dan tanggung jawab bersma bagi kemajuan bangsa melalui peningkatan kualitas pendidikansekolah.

2. Evaluasi Masukan Input

Menurut Widoyoko 2009, evaluasi input masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

a. Buku Pedoman Guru dan Siswa

Pada K-13 buku guru merupakan kunci guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, buku guru memuat materi pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran yang digunakan guru sebagai pedoman proses belajar mengajar di kelas. Data mengenai buku pedoman guru dan siswa diperoleh melalui wawancara yang dilakukan terhadap responden yang terdiri dari: kepala sekolah, siswa, dan guru. Hal ini terjadi karena data aspek ketersediaan buku pedoman guru dan siswa yang sedianya akan diperoleh melalui pembagian kuesioner tidak terealisasi karena belum tersedianya buku pedoman guru dan siswa di sekolah yang dijadikan lokasi penelitian. Hasil 62 yang diperoleh dari wawancara di lapangan terkait pengadaan buku adalah sebagai berikut: “Kami dari pihak sekolah mewajibkan para guru mata pelajaran untuk membeli buku-buku berbasis K-13, karena mau diadakan oleh sekolah tetapi dana BOS belum cair dan kami tidak memiliki kas sekolah. Begitu juga dengan buku pedoman siswa juga kami terlambat adakan karena alasan yang sama yaitu menunggu pencairan dana BOS” Alfonsius Asa Nahak, A.Md, Kepala sekolah SMA Bina Karya. “Saya berkoordinasi dengan bendahara untuk mengadakan buku pedoman guru dengan menggunakan uang kas yang ada dan akhirnya buku itu ada untuk memberi pemahaman kepada guru dan gambaran sepintas kepada siswa mengenai penerapan K-13 ”. Yohanes Bau Mali, S.Pd, Kepala Sekolah SMA Weluli. “Saya dan teman-teman mengalami kesulitan ketika harus memulai sesuatu yang baru tanpa buku pedoman. Hal ini membuat saya berinisiatif untuk membeli buku menggunakan uang pribadi, meskipun harganya lebih mahal”. Lambertus Ikun, Guru SMAK Surya Atambua. “Buku pedoman siswa, ada guru yang memaksa kami untuk membeli buku sendiri di toko buku, sedangkan ada juga yang menyuruh kami untuk foto copy dari yang sudah ada di guru. Tetapi ada mata pelajaran yang kami tidak pake buku”. Silvino Barito Martins, Siswa SMA Bina Karya. “Banyak buku yang tidak ada, pak. Ada mata pelajaran yang sampe kami kembali pake kurikulum lama kami tidak pake buku saat pelajaran” Natriana Koko, Siswa SMAN I Tasifeto Timur. Wawancara diatas menggambarkan guru-guru di Kabupaten Belu memilih untuk menyediakan buku secara mandiri dalam hal ini dibeli sendiri di toko buku terdekat. Hal ini terjadi karena buku yang seharusnya disediakan oleh pihak sekolah terkendala oleh pencairan dana BOS yang terlambat sehingga buku pun terlambat diadakan. Hal ini menyebabkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 Guru-guru dan murid-murid di Kabupaten Belu memilih membeli buku pelajaran di toko buku, bahkan harga buku lebih mahal dari harga eceran yang di tetapkan kemendikbud. Buku sebagai sumber informasi tentunya berperan penting sebagai pedoman siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas Dokumen K-13. Kabupaten Belu menjadi salah satu daerah di Indonesia yang mengalami keterlambatan distribusi buku. Masalah ini tentu saja sangat menghambat penerapan K-13 sebagai kurikulum yang baru diterapkan di Kabupaten Belu. Sebagai kurikulum baru, para guru dan siswa tentu saja sangat membutuhkan buku sebagai pedoman dalam proses pembelajaran. Permasalahan tersebut seharusnya harus segera di tangani pemerintah, untuk melakukan pembenahan dalam hal pencairan dana BOS sehingga nantinya tidak lagi terjadi hal-hal teknis yang menjadi kendala implementasi K-13. Selain penanganan ketepatan pencairan dana BOS, pemerintah juga harus lebih teliti dalam mengambil keputusan untuk menerapkan kurikulum baru. Harusnya K-13 diterapkan setelah buku pedoman guru dan siswa tiba di sekolah-sekolah dan siap untuk digunakan. Karena seperti yang tertera dalam dokumen K-13 bahwa buku akan menjadi pedoman dalam proses pembelajaran. Jadi tanpa buku, proses pembelajaran tidak mungkin terjadi, kalaupun terjadi maka itu bisa dikatakan bahwa sebuah keterpaksaan melaksanakan keputusan pemerintah dalam hal ini Menteri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 Pendidikan dan Kebudayaan dan hal lainnya adalah para guru tidak mau membiarkan anak didiknya tersesat dengan keaaan ini, sehingga para guru berusaha senmaksimal mungkin untuk menrapkan K-13 meskipun dalam keadaan terpaksa.

b. Pelatihan dan Pendampingan Guru