22
Selama dan terutama pada fase pengembangan kurikulum diperlukan pertanggungjawaban sosial, ekonomi, dan moral berupa
kekuatan dan
kelemahan kurikulum
serta upaya
untuk mengatasinya dari berbagai pihak yang mensponsori kegiatan
pengembangan kurikulum dan yang menjadi konsumen dari kurikulum yang telah dikembangkan.
3 Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan
Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban atas dua kemungkinan pertanyaan. Pertama,
apakah kurikulum baru tersebut akan atau tidak akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Kedua, dalam kondisi
yang bagaimana dan dengan cara yang bagaimana pula kurikulum baru tersebut akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada?
Pertanyaan yang kedua dirasakan lebih konstruktif dan lebih dapat diterima ditinjau dari segi sosial, ekonomi, moral, maupun teknis.
Jadi untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan yang kedua itulah diperlukan adanya
kegiatan evaluasi Sukmadinata, 2011.
d. Model Evaluasi Kurikulum CIPP
Sesuai dengan namanya, model ini terbentuk dari 4 jenis evaluasi yaitu evaluasi konteks contex, masukan input, pelaksanaan
process, dan hasil product yang dikembangkan pertama kali oleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Stufflebeam pada tahun 1971. Model ini menitikberatkan pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan di pengaruhi oleh
berbagai faktor diantaranya: karakteristik peserta didik, lingkungan, tujuan program, peralatan yang digunakan serta prosedur dan
mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Dalam penelitian ini, yang termasuk dalam komponen CIPP
yang akan dievaluasi adalah : 1
Contex: Menurut Zaenal 2009, konteks diartikan sebagai situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan
strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang bersangkutan. Unsur-unsur yang akan dievaluasi dalam evaluasi ini
konteks adalah: keadaan sekolah yang bersangkutan yaitu mengenai sumber daya manusia dan sarana prasarana yang ada di sekolah
tersebut, pemahaman guru tentang K-13, pemahaman siswa tentang 2013 dan keterlibatan orang tua komite sekolah dalam
perkembangan kurikulum. 2
Input: Menurut Widoyoko 2009, evaluasi input masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang
ada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai
tujuan, dan
bagaimana prosedur
kerja untuk
mencapainya. Menurut Stufflebeam1977 sebagaimana yang dikutip Arikunto 2009, mengungkapkan bahwa pertanyaan yang
berkenaan dengan masukan mengarah pada pemecahan masalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
yang mendorong diselenggarakannya program yang bersangkutan. Komponen evaluasi masukan dalam implementasi K-13 meliputi:
pengadaan buku, pelatihan guru dan kepala sekolah, pelaksanaan pembelajaran , dan pelaksanaan pendampingan K-13.
3 Process: Worthen Sanders 1981 dalam Widoyoko 2009
menjelaskan bahwa, evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan : Pertama:
evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi
selama tahap implementasi, Kedua: menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang
telah terjadi. Ketiga: Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik
pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan
komponen apa yang perlu diperbaiki. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto 2009, evaluasi proses dalam model CIPP
menunjuk pada “apa” what kegiatan yang dilakukan dalam
program, “siapa” who orang yang ditunjuk sebagai penanggung
jawab program, “kapan” when kegiatan akan selesai. Dalam
model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana sesuai
dengan rencana. Komponen evaluasi proses dalam implementasi K- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
13 meliputi: proses pembelajaran dan proses penilaian serta manajemen pembelajaran.
4 Product: Sax 1980 dalam Widoyoko, 2009 memberikan
pengertian evaluasi produkhasil adalah sebagai “ to allow to
project director or techer to make decision of program “. Dari
evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan proyek atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan,
akhir, maupun modifikasi program. Sementara menurut Yusuf 2000 dalam Widoyoko 2009 menerangkan, evaluasi produk
untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah
program itu berjalan. Dari pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpuan bahwa,
evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat ketercapaian keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat menentukan atau memberikan rekomendasi
kepada evaluan apakah suatu program dapat dilanjutkan, dikembangkanmodifikasi, atau bahkan dihentikan.
Berhubungan dengan penelitian evaluasi implementasi K-13 ini, hal-hal yang akan dievaluasi adalah: Bagaimana tanggapan umum
para responden tentang implementasi? Faktor kepuasan terhadap kehadiran K-13 menjadi dasar dalam evaluasi product ini karena hanya
26
diselenggarakan selama 1 semester dan belum memiliki outcome atau hasil pembelajaran. Hal berikutnya yang diperhatikan dalam evalausi
product ini adalah strategi-stretegi yang perlu disiapkan di Kabupaten
Belu dalam menghadapi implementasi K-13.
B. Faktor-faktor dalam Implementasi Kurikulum