98
dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam
mengidentifikasi kebutuhan
kurikulum, mendesain
kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai
kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum baik pada masyarakat maupun pada pemerintah.
3. Pelaksanaan
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan actuating merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi
perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru
lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Terry 1986 mengemukakan bahwa pelaksanaan actuating tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan
melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan
tanggung jawabnya. a.
Tenaga Pengajar Terkait dengan pelaksanaan dalam aspek tenaga pengajar, penulis
merekomendasikan agar aspek ini harus betul-betul di tingkatakan demi keberhasilan implementasi K-13 dan keberhasilan pendidikan di
99
Kabupaten Belu. Penentuan dan pembagian fungsi dan tugas masing- masing warga sekolah kepala sekolah, guru, siswa dan komite sekolah
bisa dilakukan oleh pemerintah melalui sosialisasi dan pelatihan ke sekolah-sekolah. Pelatihan ini bisa dikemas dalam ragam kegiatan yang
bagus seperti permainan, pemecahan masalah dan cara lainnya dengan tetap merujuk pada tujuan K-13 yaitu untuk menciptakan generasi yang
seimbang dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Selain sosialisasi dan pendampingan, kepala sekolah dan guru-guru juga harus
lebih bersifat proaktif untuk mencari hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan
kemampuan guru
dalam menggunakan
media pembelajaran berbasis informasi dan teknologi, strategi pembelajaran
dan metode pembelajaran yang efektif. Hal ini bisa dilakukan melalui pencarian di internet, mengikuti seminar tentang K-13 dan berdiskusi
dengan teman-teman guru. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sistem rekrutmen tenaga
pengajar yang tidak sesuai dengan kompetensi pendidikan yang dibutuhkan tetapi lebih pada rasa kekeuargaan dan belas kasihan.
b. Sarana Prasarana
Fungsi pelaksanaan dalam manajemen sarana prasarana di Kabupaten Belu lebih berkaitan dengan kegiatan pengadaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana untuk menunjang proses belajar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
mengajar. Pengadaan dilakukan dengan cara membeli, menyumbang, hibah dan bantuan dari pemerintah. Dalam aspek pengadaan, pihak
sekolah dapat berkonsultasi dan bekerja sama dengan pihak pemerintah untuk meminta bantuan, mengadakan sarana prasarana seperi ruang
kelas, laboratorium, dan komputer serta LCD. Sekolah juga bisa mengadakan media pembelajaran lainnya media cetak dan media
elektronik serta medoia berbasis lingkungan hidup melalui penganggaran dalam dana rutin sekolah dan dana BOS. Sedangkan
dalam aspek pemeliharaan, kepala sekolah bertanggung jawab penuh dalam prsoses pemeliharaan ini. Pertanggung jawaban kepala sekolah
bisa diimplementasikan dengan mengangkat dan memberi tugas khusus kepada guru-guru, pegawai dan siswa untuk memelihara sarana
prasarana yang ada dalam sekolah tersebut. Penekanan pada aspek pemeliharaan ini dimaksudkan untuk mengurangi peluang sarana dan
prasarana sekokplah yang memerlukan yang bersifat mendesak. Masalah keterlambatan pendistribusian buku juga menjadi
kendala utama terhambatnya implementasi K-13 di tingkatt SMA di Kabupaten Belu. Hal yang perlu dibenahi dalam aspek pengembangan
kurikulum adalah adanya organisasi dan kerja sama yang lebih matang antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan sekolah-sekolah untuk
lebih tepat mengadakan buku-buku. Strategi lainnya adalah, sebaiknya pengadaan buku-buku pedoman guru dan siswa tidak tergantung pada
ketersediaan dana Biaya Operasional Sekolah BOS tiap sekolah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
karena seperti yang dikatakan oleh Yohanes Bau Mali selaku Kepala Sekolah SMAN Weluli ketika diminta penjelasan mengenai
keterlambatan buku, beliau mengatakan bahwa di Kabupaten Belu bukan hal baru lagi bahwa pencairan dana BOS selalu mengalami
hambatan dengan alasan yang tidak jelas. Penekanan dan ketegasan dari pemerintah dalam ketetapatan pencairan dana BOS tiap sekolah sangat
diperlukan untuk mengatasi masalah ini. c.
Pengembangan Kurikulum Strategi yang ditawarkan untuk mengatasi hambatan-hambatan
dalam aspek proses pengembangan kurikulum adalah 1
Sebelum implementasi K-13 seharusnya diberikan bekal keterampilan TIK Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap
guru-guru di setiap sekolah, sehingga implementasi K-13 benar- benar berjalan sesuai harapan.
2 Sekolah perlu membuat kegiatan untuk pembinaan berkelanjutan
bagi guru dalam implementasi K-13 , melalui MGMP sekolah, kegiatan workshop, lokakarya, dan sebagainya. Pembiayaan
kegiatan ini dapat menggunakan dana BOS atau BOS, dana rutin sekolah atau dukungan komite sekolah.
3 Guru yang belum memahami konsep dan teknis penilaian
keterampilan agar mendapat pendampingan khusus oleh Tim yang dibentuk Dinas Pendidikan setempat danatau diikutkan
102
dalam kegiatan penyegaran K-13 khusus pada materi penilaian keterampilan.
4. Pengawasan