80
3 Lingkungan sekolah yang tidak mendukung untuk implementasi
Proses pembelajaran yang dikehendaki dalam K-13 adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik student centered
active learning dengan sifat pembelajaran yang kontekstual. Standar
proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta Pengembangan K-13, Bahan Uji Publik, Kemendikbud.
Solusi untuk mengatasi hambatan yang terjadi pada saat mengimplementasikan K-13 dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu:
1 Guru melakukan berbagai pendekatan pembelajaran untuk
menciptakan suasana belajar aktif agar suasana belajar tidak menjenuhkan bagi siswa dan siswa lebih aktif dalam menggali
informasi; 2
Guru juga memaksimalkan fasilitas KBM yang ada di sekolah dengan menambah alat peraga atau membuat alat peraga,
membuat modulbuku pegangan siswa secara mandiri agar KBM dapat berlangsung dengan baik
a. Proses Penilaian
Indikator proses penilaian dalam evaluasi implementasi K-13 di Kabupaten Belu adalah: pemahaman guru tentang konsep dan aplikasi
ulangan harian, konsep dan aplikasi penilaian autentik, konsep dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
aplikasi penilaian diri, konsep dan aplikasi penilaian berbasis portofolio, dan konsep dan aplikasi ulangan tengah semester
Tabel 4.7 Hasil skor nilai Aspek Proses Penilaian
No Responden Jumlah n
N DP
Kesimpulan 1
Kepala Sekolah
7 82
28 48, 81
Kurang Baik
2 Guru
70 972 280
49, 75 Kurang
Baik Jumlah
77 49, 28
Kurang Baik
Keterangan n
: skor nilai yang diperoleh dari jawaban responden N
: skor ideal seluruh responden. Untuk aspek proses penilaian seluruh pertanyaan dalam kuesioner berjumlah 6 maka dikalikan
dengan 6 DP
: Deskripsi Persentase Berdasarkan hasil perhitungan data kuesioner, bahwa persentase
persepsi guru tentang penilaian adalah 49,75 merupakan kategori kurang baik. Sedangkan dari hasil olah data kuesioner yang dibagikan
kepada kepala sekolah, persepsi aspek proses penilaian diperoleh hasil persentasenya sebesar 49, 75. Rata-rata yang diperoleh dari pengisian
kuesioner oleh kepala sekolah dan guru terkait aspek proses penilaian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
implementasi K-13 di tingkat SMA di Kabupaten Belu adalah 49, 28. Hasil ini merujuk pada kategori kurang baik pada aspek proses penilaian.
Dari wawancara yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : “Guru-guru saya mengalami kesulitan dalam aspek penilaian
karena kelihatannya seluruh format penilaian dalam K-13 baru, jadi mungkin mereka masih butuh proses untuk mengerti dan
memahami secara baik”. David Seran, S.Pd, Kepala Sekolah SMA I Tasifeto Timur.
“Secara keseluruhan kami bisa melaksanakan Kurikukum 2013 ini dengan baik setelah diberi bekal saat pelatihan hanya kesulitan
kami sekarang adalah pada aplikasi penilaian sebab kami harus melakukan penilain kepada siswa dari berbagai aspek, diantaranya
adalah sikap, pengetahuan dan keterampilan. Yang membuat semakin sulit adalah ketiga aspek ini masing-masing dengan format
penilaiannya masing-
masing”. Donatus Bria, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum
SMA Negeri I Atambua. “Saya secara pribadi mengakui bahwa hal yang paling sulit dari
kurikulum ini adalah dalam hal penilaian karena saya adalah gurur senior yang sudah mengajar dan mengabdi selama 20 tahun di
Republik ini tetapi aplikasi penilaian yang dikeluarkan ini betul- betul menyulitkan saya. Selain karena sudah terbiasa dengan cara
lama dalam format penilaian, tetapi juga karena banyaknya konsep penilaian dalam K-13
”. Bapak Martinus Mau. BA. Guru SMA Stella Maris Atamabua.
Dari hasil wawancara di atas tergambar jelas bahwa aspek penilaian menjadi kesulitan bagi para guru dalam implementasi K-13 di
Kabupaten Belu. Alasannya adalah kurangnya pelatihan pada aspek pelatihan dan format penilaian yang terlalu banyak dalam aplikasi
penilaian. Proses penilaian dalam K-13 dirasakan lebih sulit dan rumit, namun banyak guru yang optimis dapat melaksanakan penilaian dengan
baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Sudjana 2005 mengatakan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa
dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan
menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan
dan pengajaran. Secara umum, kendala yang dihadapi oleh guru dalam standar
penilaian adalah sebagai berikut: Guru belum memahami secara baik model penilaian autentik karena cara pengisiannya yang dirasa
memberatkan guru dan banyak rubrik yang harus diisi. Penilaian autentik yang digunakan dalam K-13 terdiri atas penilaian sikap spiritual
dan sosial, penilaian keterampilan dan penilaian pengetahuan. Tugas guru lebih berat dan perlu ketelitian dalam mengenal siswa satu persatu,
tidak bisa secara klasikal. Banyak hal yang membuat guru mengalami hambatan yaitu aspek-aspek penilaian sikap itu memiliki beberapa unsur
misalnya, nilai kedisiplinan, kerjasama dan sikap menghargai pendapat orang lain, dan lain-lain. Selain itu, dalam hal keterampilan juga, guru
harus melakukan penilaian observasi dan portofolio. Penilaian dalam aspek pengetahuan dilakukan dengan mengerti, memahami dan mampu
mempresentasikan, ada nilai persentasi dan penilain tugas-tugas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Penilaian ini akan mengakibatkan penilaian sikap yang sulit, siswa yang baik dan siswa yang buruk saja yang menjadi patokan perbedaan nilai,
sementara nilai yang lainnya standar umum saja. Untuk meningkatkan pemahaman guru dalam menerapkan aplikasi
penilaian secara khusus pada tingkat SMA di Kabupaten Belu, hal yang perlu dilaksanakan adalah diadakan pelatihan berkala yang berfokus pada
pembelajaran akan aplikasi penilaian sehingga tidak terjadi lagi kesalahan persepsi. Selain itu pendampingan akan penerapan K-13 harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar bisa diketahui kesulitan apa yang masih dirasakan oleh para guru dalam menerapkan aplikasi
penilaian. Upaya lain untuk bisa mengatasi hambatan yang dialami guru
selama proses pembelajaran dalam hal penilaian terhadap peserta didik yaitu sangat perlu dilakukan diskusi-diskusi bagi para guru dalam
mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Dengan cara tersebut guru bisa saling tukar pikiran dan saling membantu satu sama
lain sehingga guru yang tidak mengetahui bisa mengetahui dalam melakukanpenilaian yang benar. Forum diskusi ini dapat dilakukan pada
saat Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP, sehingga MGMP ini dapat menjadi alternatif para guru dalam mengatasi permasalahan-
permasalahan yang dihadapi.
b. Evaluasi Keluaran Product