17 h.
Berdandan atau tidak sama sekali, mencari gaya rambut, mencari kesenangan musik, dan senang dengan acara pesta atau pertemuan
i. Senang membentuk kelompok dan memilih-milih teman dengan kelas
sosial yang tinggi atau rendah Berdasarkan uraian ciri-ciri di atas, menurut peneliti masa remaja
itu identik dengan mencari teman bermain baik dari kelas sosial yang tinggi maupun rendah, ingin mendapat kebebasan, dan mencari identitas
diri yang sesuai dengan kesenangannya.
4. Perkembangan Fisik, Kognitif, dan Sosio-emosional
a. Perkembangan Fisik
Santrock 2002 mengemukakan bahwa perubahan fisik pada masa remaja adalah perubahan pubertas dimana kematangan kerangka
dan seksual terjadi secara pesat di awal masa remaja. Pada laki-laki biasanya tumbuh kumis dan mimpi basah pertama sebagai tanda
munculnya masa pubertas. Sedangkan pada perempuan, perubahan terjadi pada pertumbuhan buah dada, tinggi badan, dan rambut
kemaluan. Jones dalam Santrock 2002 menyatakan bahwa anak laki- laki yang lebih cepat matang akan lebih positif dalam memahami diri
dan lebih dewasa dari teman-teman seusianya. Sedangkan Gariulo dan Allen dalam Santrock 2002 mengatakan anak perempuan yang lebih
cepat matang akan memiliki kecenderungan untuk merokok, meminum alkohol, mudah terkena depresi, memiliki gangguan makan, dan lebih
18 memilih teman yang lebih tua serta cenderung mengundang respon dari
laki-laki yang mengarah kepada berkencan sebab pengalaman seksualnya lebih awal.
b. Perkembangan Kognitif
Pada masa remaja lebih ditekankan pada pemikiran operasional formal dan pengambilan keputusan. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Piaget dalam Santrock 2002 bahwa pemikiran operasional formal remaja lebih abstrak daripada anak-anak dan juga idealistis
dimana mereka mulai memikirkan ciri ideal seperti apa yang cocok untuk dirinya dan mulai menetapkan standar ideal yang masih belum
pasti. Kuhn dalam Santrock 2002 juga menambahkan bahwa remaja pemikirannya lebih logis dan senang dalam menyusun rencana-rencana
untuk menyelesaikan masalah. Santrock 2002 sendiri menyatakan bahwa cara penalaran pada remaja adalah deduktif hipotesis yakni
penalaran dengan mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik untuk menyelesaikan masalah yang nanti akan ditarik kesimpulan secara
sistematis pola-pola seperti apa saja yang diterapkan dalam memecahkan suatu masalah. Selain itu, proses asimilasi atau
memasukkan informasi baru ke dalam pengetahuan dan menyesuaikan diri dengan informasi tersebut juga termasuk dalam perkembangan
kognitif pada remaja. Pada kognisi sosialnya, pemikiran remaja bersifat egosentris yang memiliki dua bagian yaitu sebagai penonton khayalan
19 dengan keyakinan bahwa dirinya diperhatikan oleh orang lain dan
pencipta dongeng pribadi dengan membuat cerita dirinya beserta fantasi-fantasi serta perasaan unik dari tiap individu.
Penekanan yang kedua yaitu pengambilan keputusan. Beth dkk dalam Santrock 2002 menyatakan bahwa masa remaja identik dengan
masa kemampuan dalam mengambil keputusan tentang masa depan dirinya. Ganzel Jacobs dalam Santrock 2002 menambahkan bahwa
pengambilan keputusan dari remaja yang lebih tua dan orang dewasa masih belum sempurna serta tidak menjamin luasnya pengalaman dapat
mempengaruhi pengambilan tersebut. Keating dalam Santrock 2002 juga menambahkan bahwa terkadang pengambilan keputusan remaja
mungkin disalahkan dalam realitas sebab orientasi masyarakat terhadap remaja masih terlalu kaku dan kegagalan dalam memadai pilihan-
pilihan mereka. Kesalahan dalam pengambilan keputusan dijelaskan oleh Santrock 2002 bahwa beberapa remaja memilih untuk memakai
obat-oabatan terlarang dengan alasan mengatasi stress, melakukan kenakalan-kenakalan remaja seperti berkelahi dan mencuri bahkan
membunuh dengan tujuan mencari identitas diri, hamil pada remaja putrid karena pada masa remaja ini dorongan seksualnya sedang tinggi
dan ingin mencari pengalaman seksual, bunuh diri ketika kehilangan pacar atau mendapat nilai yang tidak memuaskan, dan beberapa
mengalami gangguan makan dengan alasan untuk mendapat tubuh yang ideal.
20
c. Perkembangan Sosio-Emosional
Santrock 2002
mengemukakan perkembangan
sosio- emosional pada masa remaja dapat dikonsepkan dari segi keluarga dan
teman sebaya. Remaja pada masa pertengahan dan akhir akan menuntut dua hal kepada keluarga yaitu otonomi dan attachment. Tuntutan
otonomi remaja ternyata cukup membuat banyak orangtua emosi karena mereka ingin diberi tanggung jawab atas dirinya dan tidak mau lagi
diatur-atur oleh orangtuanya. Namun akan berbeda dengan remaja yang lebih memilih attachment dengan orangtua. Allen dkk dalam Santrock
2002 mengatakan bahwa mereka akan terbantu dalam kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja seperti harga diri, penyesuaian
emosional, dan kesehatan fisik. Selain itu, attachment dengan orangtua dapat berfungsi adaptif dalam menyediakan landasan yang kokoh agar
remaja dapat menjelajahi dan menguasai lingkungan barunya dengan cara yang sehat secara psikologis serta tidak menimbulkan depresi
maupun tekanan emosional bagi dirinya. Armsden Greenberg dalam Santrock 2002 mengatakan
bahwa remaja yang secara kokoh dekat dengan orangtua, maka ia juga akan dekat secara kokoh dengan teman sebayanya. Tidak jarang dari
mereka yang mulai menjalin relasi sangat dekat dengan teman, pacar, dan lawan jenisnya Hazen Shaver dalam Santrock, 2002.
Konformitas dengan teman sebaya juga mulai muncul pada remaja baik yang bersifat positif yaitu ada keinginan untuk terlibat dalam