Informan B 19 Hasil Wawancara

70 Tugas yang ia pahami sebagai seorang prajurit adalah “ngayahi” grebeg, caos atau ronda, dan merawat alat musik yang menjadi tanggung jawabnya. Perbedaan prajurit dengan abdi dalem keraton juga ia pahami dari segi tugasnya, namun untuk pengabdian F merasa semuanya sama-sama mengabdikan dirinya untuk keraton. Menurut F, nilai yang selama ini ia peroleh di keprajuritan yaitu memahami tentang unggah-ungguh saja karena ia tidak terlalu memikirkan akan mendapat hasil atau penghargaan seperti apa jika menjadi prajurit karena menurutnya sudah dapat ikut grebeg, menjalin relasi dengan orang yang tua, dan dekat dengan keraton membuat dirinya senang. Selain keinginan belajar tentang budaya yang kuat, F juga mengikuti kegiatan lain di luar prajurit yaitu grup karawitan yang dimotori atau dikelola oleh A untuk mengisi acara-acara atau pagelaran tertentu. F menuturkan bahwa jurusan kuliahnya saat ini tidak ada hubungannya dengan budaya, namun ia tetap ingin melestarikan budaya karena senang, ikhlas, dan bahagia menjalani profesinya sebagai prajurit. Keinginan F untuk tetap melestarikan dengan ikut grebeg juga ditandai dengan ketidakinginan dia grebeg hilang dan ketidakinginannya pindah dari Yogyakarta. Namun apabila memang ia akan pindah, F tetap ingin minimal datang untuk tugas wajibnya yaitu grebeg. F juga merasa prihatin dengan kesadaran yang kecil dari anak muda tentang budaya, meskipun saat ini banyak anak muda di prajurit 71 sendiri. F menyarankan agar anak muda dapat mengimbangi modern dengan budaya leluhur.

C. Analisis Data

Analisis data dilakukan sesuai dengan yang sudah dipaparkan pada bab III bagian prosedur analisis data. Berikut ini adalah hasil analisis yang dilakukan peneliti kepada ketiga informan penelitian :

1. Valence

Valence adalah salah satu dari ketiga poin yang merupakan asumsi pokok dari sebuah motivasi yang berbentuk hadiah, hasil, bobot yang didapatkan berkat kekuatan kinerja seseorang. Adanya valence dapat mendukung motivasi seseorang memilih suatu pekerjaan dan kinerja tertentu. Namun dari hasil wawancara kepada ketiga informan, valence ternyata bukan hal yang melulu diutamakan karena ketiganya lebih memikirkan tercapainya sebuah tujuan yaitu menjadi prajurit dan melestarikan budaya. Meskipun valence itu ada, tetapi keikhlasan mengabdi pada diri seorang prajurit muda menjadi yang utama dan valence itu sendiri dianggap sebagai point plus selama menjadi prajurit. Berikut ini peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan 3 indikator dari valence yaitu adanya hasil, penghargaan, dan nilai :

a. Hasil

Adanya hasil yang diperoleh oleh ketiga informan juga merupakan indikator dari valence yang menunjukkan apakah 72 seseorang terutama prajurit keraton akan semakin termotivasi dengan adanya hasil tertentu. Ketiga informan memiliki jawaban yang berbeda mengenai hasil yang diperoleh. A lebih memandang hasil yang ia peroleh berupa kepuasan batin karena panggilan jiwanya sudah tersalurkan dengan masuk menjadi prajurit keraton. Panggilan jiwa yang tersalurkan ini sama halnya dengan hobi yang tersalurkan. “Ya yang paling mendasar itu kaitannya dengan panggilan jiwa, ketika panggilan jiwa itu tersalurkan dengan maksimal yang didapat adalah kepuasan batin. Itu yang mendasar. Sama halnya kaya hobi. Kadang malah bukan uang malah tombok malah kan ada. Ya kepuasan batin kaya hobi tersalurkan gitu” A 1437-1446 A memaknai panggilan jiwa sebagai suatu keinginan yang akan diwujudkan dengan perbuatan-perbuatan agar dapat merasakan kepuasan apabila yang diinginkan tercapai. Keinginan A adalah mengabdikan diri pada raja dan kraton. Pengabdiannya ini merupakan cara agar A mendapat kepuasan batin. Hal ini dibuktikan pada lampiran halaman 184.