f. Kecenderungan untuk Tidak Konsisten Terhadap Komitmen Pilihan
Ketika ditanya mengenai kemungkinannya untuk berpindah agama, Arsi tidak secara langsung mengatakan tidak atau iya. Menurut
Arsi, jika dirinya diharuskan untuk berpindah agama maka besar kemungkinan ia akan melakukannya apabila terdapat suatu kondisi yang
sudah sangat mendesak, seperti menikah. Apabila hal itu terjadi, hal itu akan dilakukan namun hanya sebatas merubah status agamanya tanpa
merubah keyakinannya terhadap agama Hindu. Namun kemungkinan lain yang akan dipilih Arsi adalah dirinya tidak akan melakukan prosesi
pernikahan.
“Mungkin aja, tapi mungkin itu udah dalam keadaan yang sangat kepepet, misal menikah. Makanya aku mending memilih
untuk ga menikah tapi kalopun aku harus berubah, ya paling itu cuma secara status aja
berubahnya tapi secara keyakinan dan kepercayaan tetap di agama yang udah aku pilih sebelumny
a”
4. Berkomitmen di Dalam Label Suatu Agama Namun Berusaha
Menggunakan Pemahaman Pribadi Sebagai Wujud Keyakinannya
Kebutuhan untuk menjadikan agama sebagai pedoman hidup dirasakan Arsi setelah dirinya sempat mengalami masa terburuk dalam
dirinya. Arsi mengalami masa stress dan malu karena minimnya pengetahuan agama yang dimilikinya. Kedua keluarga besar Arsi yang
saling membenci dan tidak bisa menerima perbedaan agama yang ada membuat Arsi merasa tidak nyaman terlebih ketika salah satu pihak selalu
berusaha mengajak Arsi untuk menjadi bagiannya. Namun Arsi sempat
berusaha untuk mempelajari dan mengikuti agama kedua keluarga besarnya, nyatanya hal ini tidak menghadirkan penerimaan terhadap dirinya. Selain
konflik dalam keluarga besar, penolakan yang dialami Arsi menjadi sumber kekecewaan dan memunculkan rasa tidak aman yang berkaitan dengan
identitas agama. Rasa tidak aman ini kemudian sempat menempatkan Arsi pada suatu titik terburuk dalam dirinya ketika usia remaja SMP, Arsi
mengalami depresi dan hampir putus asa. Selain itu, lingkungan sekolah Arsi yang selalu memiliki latar belakang agama yang berbeda semakin
memunculkan kebingungan dan pertanyaan-pertanyaan mengenai kenyaman beragama di dalam diri Arsi.
Proses eksplorasi membantu Arsi dalam meminimalisir rasa tidak aman akan agama yang ada dalam diri Arsi. Dominasi agama Hindu di
dalam keluarga tidak menutup diri Arsi untuk mempelajari keberagaman agama lain yang berkembang di sekitarnya sehingga Arsi memiliki tipe
eksplorasi terbuka. Melalui proses ini, perlahan Arsi mencari tahu dan memahami dinamika semua agama. Proses dinamika dan pemahaman atas
berbagai agama, ketidaknyamanan terhadap agama lain diluar agama Hindu serta konflik agama di dalam keluarga, akhirnya memunculkan keinginan
dalam diri Arsi untuk untuk mengimani suatu agama dengan keyakinannya sendiri.
Dominasi agama Hindu membuat Arsi lebih banyak menemukan keselarasan dan merasakan kenyamanan di dalamnya, namun Arsi memiliki
cara tersendiri untuk mengimani agama Hindu tanpa merubah esensi ajaran
didalamnya. Arsi memutuskan untuk menjalankan ajaran dan ritual agama Hindu yang baginya terkesan rasional, bersifat umum dan menimbulkan
kenyamanan dalam diri saat beribadah. Hal ini dilakukan karena pengalaman Arsi ketika menghadapi tradisi agama Hindu dari keluarga
ayahnya yang terkesan aneh, tidak masuk akal dan membuatnya merasa tidak nyaman saat beribadah. Memilih untuk menjadi seorang penganut
Hindu dengan mengembangkan pemahaman ajarannya sendiri, bagi Arsi mampu menciptakan kedamaian dalam diri serta terisinya sisi spiritualitas di
dalam diri Arsi. Proses eksplorasi tidak hanya mengarahkan Arsi untuk membuat komitmen terhadap agama yang sesuai dengan keyakinan dirinya
namun juga membantu Arsi untuk menciptakan rasa aman akan agama di dalam dirinya.
D. Pembahasan Penelitian
Proses eksplorasi dan pembentukkan komitmen beragama terjadi dalam diri remajadewasa awal Papalia, 2009 yang berasal dari keluarga beda
agama. Proses pencarian identitas agama ini memiliki kompleksitas tersendiri disetiap diri remajadewasa awal. Pengalaman masa lalu dalam keluarga,
konflik agama di dalam dan di luar keluarga, penolakan terhadap diri serta sikap apatis yang dimiliki kelompok suatu agama, mendorong Lita, Oky dan
Arsi untuk melakukan proses eksplorasi mendalam terhadap ajaran agama agar dapat membentuk komitmen terbaik yang sesuai dengan keyakinan dan
kenyamanan dirinya.