Latar Belakang Profil Subjek 3

memihak suatu kelompok tertentu serta ikut membenar-salahkan kelompok lain. Perbedaan pemaknaan atas agama serta adanya realita yang buruk mengenai agama membuat Oky merasakan rasa tidak aman apabila dirinya memilih untuk berkomitmen terhadap agama tertentu. Beranjak dari ketidaksesuaian ini, maka melalui proses eksplorasi Oky berusaha untuk mempelajari keseluruhan agama tanpa berkomitmen terhadap agama dan tanpa bersikap apatis dan tanpa berkomitmen dengan label suatu agama. Menurut Oky, memilih untuk bersikap netral mampu meletakkan dirinya di dalam rasa aman dalam hal keagamaan karena hal ini sesuai dengan keinginan dan keyakinan dirinya.

C. Profil Subjek 3

1. Latar Belakang

Subjek ketiga bernama Arsi. Arsi adalah seorang mahasiswi semester 6 di sebuah kampus swasta di Yogyakarta. Arsi merupakan anak ke 2 dari tiga bersaudara dimana kakaknya adalah seorang wanita penganut agama Hindu dan adiknya adalah seorang laki-laki yang sampai saat ini belum memiliki identifikasi agama yang jelas dalam dirinya. Saat ini rutinitas Arsi adalah kuliah dan mengikuti beberapa kegiatan kampus. Arsi merupakan seorang yang terbuka, ceria, mudah bergaul, menyenangkan dan pintar. Ketika ditawari untuk menjadi subjek penelitian, Arsi terlihat sangat bersemangat. Arsi selalu menceritakan pengalaman keluarganya dengan antusias walaupun terkadang terlihat sedih. Sifat dan sikap Arsi ini mempermudah peneliti untuk melakukan wawancara terhadap dirinya mengenai pengalamannya hidup dalam keluarga beda agama. Arsi menyadari bahwa keluarganya memiliki agama yang berbeda ketika lebaran. Saat itu Arsi merasakan kebingungan akan kehadiran keluarga ibu yang tidak diimbangi dengan kehadiran keluarga ayah. Selain itu, Arsi merasakan juga melihat adanya perbedaan baik dari struktur pakaian, kebiasaan dan ucapan. “… sadar keadaan lingkungan aja. Lama-lama aku perhatiin kenapa yang selalu dateng kalo lebaran itu cuma keluarganya Ibu, keluarga Bapak dimana, trus aku juga perhatiin pakaiannya, kalo sepupu- sepupuku yang cewek pada pake jilbab trus yang cowok pada pake baju rapi, baju koko gitu, ya pokoknya lama-lama jadi ngerti sendiri aja. ” Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, keluarga besar Arsi merupakan akulturasi dari agama Hindu dan Islam dimana keduanya merupakan pemeluk agama yang sangat fanatik. “ .. keluarga Bapakku di Bali ya Hindu fanatik juga, jadi ya gimana ya yang satu Hindu fanatik yang satu Islam fanatik ” Ayahnya adalah seorang pemeluk agama Hindu yang fanatik sedangkan Ibunya adalah seorang Muslim. Orang tua Arsi awalnya menikah secara hukum namun keluarga ayahnya meminta orang tuanya untuk menikah secara Hindu yang kemudian mengharuskan ibunya untuk mengubah status agamanya secara sementara. “ Sebenarnya beda agama tapi waktu diawal nikah, Ibu itu sempet pindah agama. Jadi ibu itu Islam, cuma untuk bisa nikah, ibu pindah Hindu cuma secara sehari-hari ibu ga menjadi seorang Hindu ya ibu tetap jadi Islam. ” Menurut Arsi, setelah melakukan proses berpindah agama, Ibunya seperti mengalami kebingungan identitas agama di dalam dirinya, sebagai seorang pemeluk Islam, ibunya sudah tidak menjalankan ibadah dan ritual agamanya secara rutin namun juga tidak melakukan ibadah dan ritual agama Hindu. “ Ibu tuh kayak punya kebingungan soal agama juga. Di KTP Hindu tapi ga sembahyang, ibu juga masih ngomong Assalamualaikum- Wa’alaikumsalam tapi ibu juga ga sholat jadi kayak semacam ga beragama gitu setelah nikah, sembahyang enggak, sholat juga enggak ” Kebingungan yang dialami ibunya ini, membuat ajaran Islam tidak diperkenalkan didalam keluarganya. “Ketika seharian sama Ibu pun, Ibu ga ngajarin, ga ngajarin sembahyang, ga ngajarin sholat jadi ya emang ga pernah diajarin ibadah dalam bentuk apapun, jadi yaudah ” Hal ini sangat berbanding terbalik dengan kebiasaan ayahnya yang selalu rajin beribadah dan menjalankan ritual agama Hindu. “Nah kalo Bapak, masih banget beribadah bahkan sampe punya tempat pribadi buat sembahyang” Kegiatan ibadah ayahnya yang lebih cenderung terlihat di dalam rumah, adanya sosok pendamping dalam memahami suatu ajaran agama, ajakan ayah untuk melakukan ibadah agama Hindu serta dominasi ayah yang menginginkan keluarganya memeluk satu agama yang sama, memberikan dampak secara tidak langsung terhadap Arsi dan saudara kandungnya. Arsi dan semua saudaranya, cenderung memilih agama Hindu sebagai agama pilihannya. “ … aku sama ayah masih ngerayain bareng Nyepi. Dulu, walaupun puranya jauh banget dari rumah, misal rumah ku di Jakarta Utara dan puranya di Jakarta Selatan, ya kita tetap kesana bareng ” “ .. diajarin sembahyang sama Bapak iya tapi ya ga intensif” “… dulu sempet ribut karena kan Bapak maunya kita semua se-agama tapi sekarang, semenjak tau anak-anaknya lebih condong ke Hindu, ya udah, biasa aja kalo sama Ibu ” Dalam struktur keluarga besar ibunya, Arsi masih dianggap sebagai seorang muslim. Hal ini disebabkan ketika Arsi lahir, neneknya telah meng- adzankan dirinya sebagai pertanda bahwa seorang bayi tersebut terlahir sebagai seorang muslim. Keinginan neneknya yang kuat untuk menjadikan Arsi sebagai seorang muslim dianggap sebagai membayar kesalahan ibunya yang sempat pindah agama. “.. pernah nenekku itu bilang “sejatinya kamu adalah seorang Islam” “ nenek itu beberapa kali ngingetin kalo dulu aku tuh waktu lahir emang udah jadi Islam karena udah di adzanin jadi yaamakin menarik aku gitu bilang kalo sebenernya aku tuh udah Islam, ya dianggepnya kayak membayar Ibuku yang dulu pernah pindah agama walaupun cuma untuk nikah ” Namun Arsi terus menolaknya, Arsi tetap yakin atas diri dan keyakinannya menjadi seorang pemeluk agama Hindu. Tetapi walaupun begitu ketika Arsi berkunjung ke kediaman keluarga ayahnya di Bali, Arsi beserta kakak dan adiknya tidak mendapatkan sambutan yang hangat. Hal ini dikarenakan Arsi beserta kakak dan adiknya bukanlah pemeluk Hindu yang sejalan dengan keluarga ayahnya. “ …. keluarga Bapak juga sama aja, kan aku juga ga dianggep disana karena dianggep Hindu yang ga jelas, jadi ya gitu deh ” Dalam hal ini, bukan hanya soal penolakan keluarga yang dihadapi Arsi namun sikap keluarga besar yang saling menjelekkan satu sama lain dan sikap saling berebut untuk menarik Arsi ke dalam salah satunya. Arsi merasa apa yang terjadi terhadap dirinya adalah pelampiasan atas pernikahan kedua orang tuanya, terlebih dari keluarga ibunya yang belum rela dan marah ketika mengetahui anggota keluarganya pindah agama. “… ya gimana rasanya, mereka kan pasti punya kemarahan sendiri kan tentang anaknya yang pindah agama apalagi mereka udah fanatik, yaudah sekarang rasanya semua itu kayak dilampiasin ke anak- anaknya ibuku, aku, kakakku sama adikku Saat SMP, hal ini sempat membuat Arsi stress dan merasa putus asa terhadap keadaannya. Arsi sempat berpikir untuk menjadi seorang agnostik namun dirinya masih bisa mencegah hal itu terjadi. Sejak saat itulah, Arsi merasakan adanya krisis keagamaan dalam dirinya yang ditandai dengan adanya pertanyaan-pertanyaan mengenai agama yang dianutnya. “ .. aku mikir, ini agama apa sih aneh banget ada dewa-dewanya, kenapa juga ada reinkarnasi, kenapa warnanya biru, aneh gitu menurutku. Trus pernah baca Mahabarata, ini apaan sih aneh banget ”

2. Eksplorasi Keberagaman Agama dengan Tetap Melekatkan Diri pada