Gambaran Emosi Ketika Memilih Agama Kristen Sebagai Agama Pilihan Identifikasi Diri Terhadap Sosok Panutan dalam Beragama Kecenderungan untuk Bertahan Terhadap Komitmen Pilihan

kayak misalnya itu emang terjadi jaman dulu yaa. Kayak masalah perayaan, orang Kristen jaman dulu kan cuma ada perayaan Paskah Yahudi, itu ga tau di Islam itu dijelasin apa ga, yang jelas disitu udah mulai beda tapi kalo sekarang kan kalo Paskah yaudah tapi sedangkan Abraham jauh ke belakang kan udah bed a” “Kalo di Kristen itu nikah hanya boleh cerai mati. Kalopun suaminya selingkuh, yaa ditunggu sampai dia mati, baru pasangannya boleh nikah lagi. Paling kayak gitu. Mmmm, apa lagi ya?Sempet waktu itu tu, siapa ya yang bikin marah di rumah, aku lupa, trus aku tanya ke ibu “kalo marahan ga boleh sampe matahari terbenam ya ” ” “Trus yang kedua perpuluhan, menyisakan sebagian dari rejeki kita. Jadi kalo di Kristen kan 10 kalo di Islam cuma 2,5 ”

b.Menjalankan Ibadah dan Ajaran Agama Kristen Sebagai

Implementasi Terhadap Komitmen Beragama Pilihannya untuk menjadi seorang Kristiani mengharuskan Lita untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan ketentuan ajaran agamanya walaupun terkadang Lita hanya melaksanakan ibadah-ibadah itu seorang diri. “Dulu aku rajin banget lo baca Alkitab sampe, belum katam sih tapi sampe Mazmur lebih” “ Ya mencoba buat jalanin ibadahnya, misalnya ke gereja, puasa, baca Alkitab, banyak cari tau tentang Kristen, ikut acara di gereja dan yang pasti harus selalu makin taat. Sebisa mungkin makin rajin beribadah, makin sering belajar dari Alkitab trus pahami isinya ”

c. Gambaran Emosi Ketika Memilih Agama Kristen Sebagai Agama Pilihan

Memilih untuk menjadi seorang Kristiani merupakan sebuah keyakinan yang mendalam dan kebanggaan tersendiri bagi Lita. Hal ini disebabkan oleh landasan agama Kristen yang menurutnya yang sederhana namun sangat bijaksana maknanya. “Udah mantep banget soalnya memilih agama Kristen” “ .. udah sreg sama agamaku Kristen” “Kita punya landasan : iman, pengharapan dan kasih, dan aku bangga menjadi bagian di dalamnya”

d. Identifikasi Diri Terhadap Sosok Panutan dalam Beragama

Keyakinannya untuk memilih Kristen sebagai agama pilihannya, tidak terlepas dari kehadiran Ibunya yang menjadi panutan dan sumber informasi terpercaya baginya untuk saling berdiskusi. “Kalo ibu itu rajin bahkan ibu itu sering banget jadi pengurus kegiatan-kegiatan di gereja. Pokoknya ibu itu termasuk umat gereja yang aktif .” “Kalo teman buat bertanya ya paling Ibu” Ibu menjadi orang terdekat sekaligus menjadi guru bagi Lita dalam upaya memahami ajaran agama Kristen. e.Pemahaman Terus Menerus Terhadap Ajaran Agama Kristen Sebagai Wujud Konsistensi Dalam Beragama Proses panjang yang dilalui Lita dalam memilih dan meyakini agama pilihannya saat ini, membuatnya menjadi semakin menghargai agamanya sendiri dan juga keberanian dirinya untuk berkomitmen. Maka untuk menjaga agar komitmen itu tetap kokoh hingga akhir usianya, Lita berupaya untuk terus taat terhadap ajaran agamanya dan berusaha untuk terus belajar memahami esensi dari agamanya secara lebih mendalam. “… ya mencoba buat terus taat. Pokoknya makin memperdalam dan memahami ajaran agamak u”

f.Kecenderungan untuk Bertahan Terhadap Komitmen Pilihan

Keyakinan Lita saat ini untuk menjadi seorang Kristiani cukuplah besar bahkan ketika doa yang diucapkan Lita tidak terkabul, Lita tidak secara langsung menyalahkan agamanya atau memiliki niat untuk pindah agama. Baginya menjadi seorang kristiani merupakan komitmen yang besar dan kuat dan tidak akan pernah diubah menjadi apapun meskipun pada Lita kerap kali merasa tidak yakin terhadap kehadiran Tuhan. “Pindah? Aduh, enggak deh, jangan sampe Lis” “Kalo ga yakinpun aku bukan ga yakin sama agamanya tapi kadang jadi ga yakin kalo Tuhan itu ada ” Namun apabila hal ini terjadi, Lita segera berusaha menyadarkan dirinya sendiri untuk kembali meyakini keberadaan Tuhan. “ Kalo udah kayak gitu aku langsung berusaha nyadarin diriku sendiri, kan ga boleh sebenernya kayak gitu “

4. Berkomitmen di Dalam Label Agama Serta Menjadikan Agama