agama cenderung memunculkan konflik pernikahan dan memperburuk stabilitas pernikahan Olinsky, 2002.
2. Permasalahan dalam Pernikahan Beda Agama
a. Permasalahan yang Dialami Oleh Pasangan
Penelitian yang dilakukan oleh Lehrer dan Michael Caffaro, 2011 menunjukkan bahwa perbedaan agama dapat meningkatkan risiko
konflik serta menciptakan ketidakstabilan dalam pernikahan. Tantangan terbesar ketika pasangan memiliki latar belakang agama yang berbeda
adalah membentuk rasa saling memahami dan rasa saling menghargai terhadap proses negosiasi perbedaan-perbedaan yang ada. Sherkat
Shaffer, 2006 menyatakan bahwa perbedaan sudut pandang agama memberikan pengaruh pada banyak bidang, seperti munculnya konflik
antar pasangan, kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian. Hal ini muncul karena agama memberikan pengaruh terhadap banyak hal dalam
kehidupan pernikahan,
seperti pendidikan
dan pengasuhan
remajadewasa awal,
alokasi penggunaan
uang dan
waktu, pengembangan relasi sosial dan terkadang berpengaruh terhadap
pemilihan tempat tinggal. Pasangan pernikahan beda agama perlu untuk memilah-milah
masalah-masalah penting yang harus segera didiskusikan dan masalah lain yang masih dapat ditunda pendiskusiannya. Eaton dalam Shaffer,
2006 mengatakan apabila pasangan beda agama mampu mendiskusikan perbedaan agama mereka dan saling menghargai perbedaan cara pandang
maupun tradisi maka akan sangat mungkin bagi mereka untuk melihat perbedaan sebagai hal yang konstruktif dan saling mendukung
perkembangan identitas dan praktik kegiatan keagamaan serta membentuk budaya baru sebagai ekspresi dan tujuan dari nilai-nilai yang
telah mereka sepakati bersama. Permasalahan yang biasanya dihadapi dalam pernikahan beda
agama antara lain berhubungan dengan : 1.
Praktik keagamaan practicing faith yaitu mengenai kehadiran masing-masing individu dalam kegiatan ibadah sehari-hari;
mengenai bagaimana pasangan menjalankan prosesi ibadah sehari-hari.
2. Interaksi and reaksi terhadap orang tua dan keluarga
parentsfamily interactions and reactions yaitu mengenai reaksi anggota keluarga terhadap kehadiran orang baru dengan
latar belakang agama yang berbeda; mengenai pengaruh keagamaan dalam keluarga terhadap proses pembuatan
keputusan individu sebagai pasangan dan individu sebagai orang tua; mengenai sikap yang sesuai dari masing-masing
individu dalam mengunjungi keluarga pasangan. 3.
Anak children yaitu mengenai pemilihan agama; mengenai agama apa yang lebih dominan dalam hidupnya; mengenai ada
atau tidaknya minat untuk mengikuti pendidikan dan ritual
keagamaan; mengenai seberapa pentingnya menjalankan ritual keagamaan ketika berada dalam lingkup keluarga.
4. Hari raya keagamaan dan tradisi holiday and traditions yaitu
mengenai pendiskusian perbedaan tradisi keagamaan yang ada mana yang lebih penting, salah satu atau keduanya memiliki
kedudukan yang sama; mengenai pemahaman masing-masing individu terhadap hari perbedaan raya keagamaan dan tradisi
dari pasangannya; mengenai sikap dan toleransi individu ketika mengikuti perayaan hari raya dan tradisi keagamaan
pasangan lainya, mengenai kemungkinan tentang beberapa hal yang dapat diubah atau dihilangkan sehingga pasangan dapat
menerima perbedaan yang ada. 5.
Ekspektasi peran role expectation mengenai ada atau tidaknya spesifikasi peran gender yang ditetapkan menurut
aturan masing-masing agama Olinsky, 2002. Tema-tema ini muncul sebagai manifestasi dari adanya perbedaan
pedoman hidup yang harus dijalani kedua pasangan, serta tidak adanya komunikasi yang efektif diantara pasangan dan keluarga. Selain itu
seiring berjalannya kehidupan pernikahan, beberapa pasangan memiliki pengharapan agar pasangannya mengikuti agamanya namun hal ini
sangat jarang sekali dikomunikasikan karena dianggap sebagai hal yang sensitif atau sebagai salah satu usaha untuk menjaga perasaan masing-
masing.
Menjadi sangat menarik untuk diperhatikan bahwa ketika pasangan memiliki agama yang berbeda, maka akan terbentuk perbedaan
prinsip hidup mendasar dan kuat yang tidak dapat dipengaruhi oleh pasangan ataupun keluarga pasangannya. Hal ini akan berdampak pada
penerimaan anggota keluarga baru yang “berbeda”. Efek dari adanya sikap ini terutama terlihat ketika kedua pasangan benar-benar merasa
terikat dengan keluarga asal dan latar belakang agamanya masing- masing, lebih jauh hal ini akan menjadi buruk ketika pasangan tidak
dapat memprediksikan bagaimana perbedaan agama memberikan dampak terhadap kehidupan pernikahan mereka dan stabilitas keluarga,
fungsi masing-masing dan rutinitas yang ada di dalamnya Joanides, Mayhew, Mamalakis, dalam Shaffer, 2006. Pola komunikasi yang
tidak efektif, kurangnya rasa saling pengertian dan ketidakmampuan pasangan dalam mengelola perbedaan yang ada akan menjadi masalah
kecil yang berakibat fatal bagi setiap pasangan pernikahan terlebih pasangan pernikahan beda agama
b. Permasalahan yang Dialami oleh RemajaDewasa Awal