ayahnya di Bali. Pengalaman ini mengajarkan Arsi untuk lebih mengutamakan kenyaman dalam menjalankan ibadah keagamaan.
“
Kita ga punya patokan yang wajib, ya udah jalani aja senyamannya kita, ga ada paksaan, yang penting kita nyaman sih.
Jadi iya, ga ada yang wajib yang harus kita jalani ”
Namun hal ini tidak membuat Arsi menjadi jauh dari nilai-nilai agamanya. Arsi tetap menjalankan apa yang menjadi kewajiban utama
umat Hindu namun dengan pemaknaan dirinya sendiri yang realistis, tidak melenceng dari esensi ajaran agama Hindu dan lebih terkesan
masuk akal.
“
.. intinya berusaha di jalannya Hindu tapi lebih dengan pemaknaan sendiri dan lebih ke ibadah yang utama aja
..”
c. Gambaran Emosi Ketika Memilih Agama Hindu Sebagai Agama
Pilihan
Pemaknaan sendiri atas ajaran agama Hindu dan adanya keluwesan agama dalam mengatur banyak hal, tidak adanya larangan
yang terkesan mengekang, membuat Arsi merasa sangat cocok dan nyaman dengan agama pilihannya. Arsi merasa agama Hindu sangat
sesuai dengan pendiriannya,
“… menurutku agama yang cocok buat aku, cocok dengan pendirianku, cocok dengan kepercayaanku, aku merasa Hindu itu
sangat fleksibel ”
ditambah dengan adanya pengalaman khusus berkesan yang pernah dialami Arsi ketika dirinya sedang melaksanakan ibadah di pura.
“Banyak pengalaman yang mungkin biasa aja buat orang tapi ngena banget buat aku, misal waktu aku nunggu giliran sembahyang
diluar pura itu ujan tapi gak tau kenapa setelah aku masuk ke pura tuh jadi ga ujan, padahal cuma terpisah tembok dan sama-sama
outdoor trus ngerasa tenang banget waktu aku muali pakai pakaian sembahyangnya, cium bau dupa, pokoknya tenang banget rasanya.
Trus kayak misalnya aku sembahyang di pura di atas dimana udaranya dingin banget dan semua orang kedinginan tapi aku
malah ngerasa nyaman, tenang dan aku bisa khusyuk tanpa ngerasa kedinginan. Hal-hal kayak gitu loh yang akhirnya bikin aku ngerasa
sangat nyaman banget sama pilihanku sekarang
”
Menjadi seorang penganut agama Hindu yang liberal, membuat Arsi lebih dapat menikmati kehidupannya dan tidak terlalu terpengaruh
dengan perseteruan kedua keluarga besarnya lagi. Arsi merasa telah memiliki pegangan hidup yang kuat yang juga dianggapnya sebagai
bagian dari prinsip dirinya.
“Makanya lebih enak kayak sekarang ini” “ Udah ga peduli lagi dengan maunya masing-masing keluarga
besar ini, yang penting sekarang aku yakin dengan pilihanku ”
“ .. menurutku aku udah menganggap komitmenku ini udah jadi bagian dari diriku sendiri, kayak prinsip. Jadi ketika aku melanggar,
istilahnya aku kayak udah meyalahi diriku sendiri, seperti membohongi diriku sendiri. Dan aku merasa ketika aku menyimpang
dari pendirianku, ya aku akan balik lagi jadi kehilangan jati diriku. Intinya sih, aku udah nyaman sama pilihanku sekarang
..”
d. Tidak Adanya Sosok Panutan dalam Beragama Sebagai Identifikasi