Keterbukaan dan ketertarikan Lita terhadap agama lain tidak membuatnya beralih dan merubah pilihannya untuk menjadi seorang
Kristiani. Bagi Lita menjadi seorang Kristiani bukanlah suatu hal yang perlu ia pertanyakan lagi walaupun terdapat variasi agama di dalam keluarganya
dan di lingkungan sekitarnya.
“Ada sih ketertarikan dengan agama lain tapi ya biasa aja sih … Cuma untuk nambah pengetahuan aja tapi ga lebih dari itu karena
aku emang udah sreg sama agamaku ”
2. Eksplorasi Sebagai Proses Menuju Kristiani yang Ideal
a. Keterbukaan Terhadap Variasi Agama Beserta Ajarannya
Lita mulai menyadari adanya perbedaan agama di dalam keluarga dan lingkungannya sejak kelas 1 SD dari pelajaran sekolahnya. Pada saat
itu, Lita hanya sebatas mengetahui variasi agama yang ada dan belum memahami secara mendalam perbedaan diantaranya.
“Nah pas aku SD kelas 1, aku mulai ngerti ternyata ada beberapa agama dan aku di bagian agama ini trus kakakku disini. Aku juga ga
ribet, cuma ya sekedar tau aja ”
Walaupun mengetahui terdapat variasi agama di lingkungannya namun pengetahuannya akan agama masih terbatas pada agama Kristen.
Hal ini disebabkan karena di dalam keluarganya Lita cenderung menjalankan dan mempelajari ajaran, nilai dan ibadah agama Kristen.
“..aku tau macem-macem agama tapi cuma tau aja tapi karena seringnya diajak ibu baca Alkitab, ke sekolah minggu sama mbakku,
jadi ya taunya terbatas di Kristen ”
Menempuh jenjang pendidikan di SD dan SMP swasta Kristen, mengakibatkan fokus keagamaan Lita hanya terbatas pada satu agama,
yaitu agama Kristen. Namun hal ini tidak membuat Lita menjadi tidak peduli dengan kehadiran agama lain. Memasuki bangku SMA, Lita
memasuki sekolah negri yang kemudian memperkenalkan dirinya dengan keberagaman agama yang ada. Hal ini kemudian secara tidak langsung
memunculkan rasa penasaran dan ingin tahu pada diri Lita. Proses pemahaman ini kemudian menumbuhkan rasa senang yang berdampak
pada keterbukaan untuk mau menerima keberagaman agama yang ada.
“Tapi sebenernya tetep seru-seru aja sih, jadi tahu sedikit banyak ajaran agama lain. Satu pengetahuan yg orang lain blm tentu tahu,
trus ya itu jadi lebih terbuka juga sama siapapun dengan background apapun
”
Namun pemahaman Lita mengenai agama lain Katolik, Hindu dan Budha di luar agama keluarganya, tidak lebih mendalam dibandingkan
dengan pengetahuan agama yang berasal dari keluarganya Islam dan Kristen.
“Yang jelas kalo agama yang selain agama di keluargaku, aku ga begitu tau banyak, cuma tau kayak misal kalo Hindu itu pemujaan
terhadap dewa-dewa trus ada sembahyangan, kalo sembahyangan ada baju khususnya, ga boleh makan sapi kalo Budha apa ya, cuma
tau ada hukum tentang karmapala, tau ga yang katanya apapun yang kamu berikan ke dunia akan kembali lagi ke kamu, itu karma
ya? Ya pokoknya cuma itu sih .. kalo Katolik ga beda jauhlah sama Kristen cuma beda di misa dan beberapa ajarannya, yang paling
tau ya walaupun masih biasa aja ya cuma agama Bapak Ibu, Kristen sama Islam”
Sikap terbuka dan mau menerima keberadaan agama lain tidak membuat Lita dengan cepat dan mudah mau menerima serta memahami
informasi yang ada. Lita merasa, setiap agama memiliki ajaran, pandangan dan landasan yang berbeda. Namun sebagai bentuk rasa
saling menghormati, Lita tidak secara frontal mengkritiknya tetapi hanya berusaha memahaminya sendiri.
“..Aku ga menyerang, mendengarkan, maksudnya gini kalo aku mempertahankan diri, trus aku merasa ada bedanya sama mereka.
Jadinya cuma dengerin cerita-cerita mereka, jadi kan kita ngerti sendiri tuh
” “ Mereka itu Islam menganggap kita tuh sama karena di kitab
mereka, ada juga malaikat-malaikatnya cuma ya namanya beda, beda dikit, tapi di kitabku, aku nemuinnya ga sama. Sebenernya
pengen sih ngomong ga sama tapi kesannya kok terlalu, ntar terlalu dikira garis keras gitu lo. Jadinya, aku diem aja
” “ Trus apa lagi ya, banyak deh aku liatnya, beda ajaran agama
sebenernya kalo aku bilang ”
b.Melakukan Aktivitas yang Bertujuan untuk Mempelajari dan Memahami Agama Beserta Ajarannya