Latar Belakang Profil Subjek 2

latar belakang agama yang lebih beragam. Keberagaman agama yang ditemui Lita di bangku SMA tidak menyurutkan niat Lita untuk berkomitmen menjadi seorang Kristiani yang baik sesuai dengan ajaran yang ada. Keyakinan Lita dalam memilih agama Kristen tidak hanya dipengaruhi oleh dominasi agama Kristen di dalam keluarganya namun juga karena minimnya pemahaman agama Islam yang seharusnya dikembangkan oleh ayahnya. Menjadi seorang Kristiani menciptakan rasa aman terhadap kebutuhan beragama dalam diri Lita.

B. Profil Subjek 2

1. Latar Belakang

Subjek kedua bernama Oky. Oky adalah mahasiswa arsitek tingkat akhir yang baru saja menyelesaikan tugas akhirnya. Oky merupakan anak pertama dari dua bersaudara dimana keduanya adalah laki-laki. Saat ini rutinitas Oky adalah mempersiapkan dirinya untuk bekerja dan sedang dalam proses menjalankan wirausahanya. Oky merupakan seorang yang pintar, bersemangat, penuh perhitungan, mudah bergaul, terbuka dan berwawasan luas. Hal ini menjadi sebuah kemudahan bagi peneliti untuk melakukan proses wawancara mengenai pengalamannya hidup dalam keluarga beda agama. Ketika dilakukan wawancara untuk pertama kalinya, Oky terlihat sangat bersemangat dan terus menceritakan latar belakang agama keluarga besarnya. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, keluarga Oky merupakan campuran antara agama Islam, Kristen, Kong Hu Cu dan Katolik yang ternyata telah diwarisi dari keluarga besarnya. “Jadi, kakekku dari Bapak itu Kong Hu Cu karena beliau memang keturunan Cina tapi nenekku itu agamanya Katolik. Nah kalo Ibu, kakek-nenekku memang Islam semua tapi anak-anaknya ya tetap beda-beda ” Keberagaman agama ini kemudian melahirkan sebuah kebebasan beragama dalam keluarga Oky. “Ya itu, keluargaku itu membebaskan anak-anaknya untuk memilih agama manapun atau apapun yang mau mereka pilih ” Ayah Oky adalah seorang Kristiani namun bukanlah penganut agama Kristen yang fanatik. Beliau lebih menjunjung azas kebebasan dalam beragama namun masih melakukan aktivitas keagamaan sebagaimana mestinya sedangkan Ibunya adalah seorang Muslim yang juga menjunjung azas kebebasan dalam beragama namun masih tetap melakukan aktivitas keagamaan. Adiknya adalah seorang Katolik yang baru saja melakukan prosesi pembaptisan. Keragaman beragama ini kemudian mendorong Oky untuk menjadi orang yang netral, tidak memilih agama manapun walaupun dalam identitas KTPnya, tertulis Oky menganut agama Kristen. Hal ini terjadi karena sejak awal penulisan identitas diri, Oky sudah didaftarkan ayahnya sebagai seorang penganut Kristen dan Oky terus menggunakannya sebagai upaya untuk mempermudah pengarsipan data dirinya dalam sistem kependudukan. Perkembangan usia dan pola pikir pada akhirnya semakin memperluas pengetahuan dan eksplorasi Oky tentang agama sehingga walaupun tertulis menganut agama Kristen di KTPnya, Oky saat ini lebih meyakini bahwa semua agama mengajarkan kebaikan, tanpa terkecuali sehingga ajaran KeTuhanan lebih penting untuk dipahami dibandingkan dengan label suatu agama. “.. karena menurutku ajaran tentang Ketuhanan itu lebih penting dibandingkan label agamanya ” “ Sebenernya apapun ajaran Tuhan itu pasti baik makanya apapun agamanya juga baik ” Hal lain yang pada akhirnya membuat Oky tidak berusaha memilih agama manapun adalah kekecewaannya pada sikap manusia yang terlalu egois dan apatis serta seolah menjadi penentu akan kebaikan dan keburukan suatu agama. “ .. tapi karena prilaku manusia yang terlalu apatis dengan agamanya masing-masing jadi kadang manusia itu sok tau untuk menilai mana agama yang baik dan mana agama yang ga baik menurut mereka sendiri. Padahal agama apapun itu dasarnya baik dan selalu mengajarkan tentang hal yang baik, kan? ” Serta adanya keyakinan pada diri Oky bahwa agama hanyalah sebagai sebuah perantara bagi manusia dan Tuhan untuk saling berkomunikasi. “ Lagian Tuhan itu kan sebenernya satu tapi agamanya banyak, anggep aja agama itu sebagai perantaranya manusia buat bicara sama Tuhan ”

2. Eksplorasi Agama Tanpa Label Agama yang Melekat