6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pernikahan Beda Agama
1. Gejala Pernikahan Beda Agama
Pernikahan beda agama merupakan sebuah pernikahan dimana pasangan pernikahan memiliki keyakinan atau kepercayaan yang berbeda
satu dan yang lainnya Hood dkk dalam Lord, 2008. Pernikahan beda
agama dapat terjadi karena adanya interaksi yang semakin tinggi antara orang yang berasal dari kelompok agama yang berbeda Duvall Miller,
1985. Pernikahan beda agama tidak hanya mengenai perpaduan dua keyakinan dalam sebuah ikatan namun juga mengenai proses pasangan
dalam memandang perbedaan yang ada secara fleksibel serta bagaimana proses pasangan menjembatani perbedaan yang ada Eaton dalam Shaffer,
2006. Pernikahan beda agama masih menjadi hal yang sangat tabu untuk
terjadi di Indonesia sehingga beberapa komunitas keagamaan mengharapkan pernikahan ini tidak pernah terjadi. Namun adanya pluralitas yang
berkembang di tengah kehidupan masyarakat Indonesia menyebabkan kehidupan menjadi makin majemuk sehingga masyarakat Indonesia menjadi
terbiasa bergaul dalam suasana lintas etnis, lintas ras bahkan lintas agama yang memungkinkan terjadinya pernikahan beda agama. Hal ini terbukti
dengan adanya peningkatan angka pernikahan beda agama yang terjadi di
Indonesia sejak lebih dari 20 tahun yang lalu. Hasil dari sebuah penelitian yang pernah dilakukan di Yogyakarta pada tahun 2003 yang mengatakan
bahwa pada tahun 1980 sampai tahun 2000 dari 1000 kasus pernikahan yang tercatat, terjadi hampir 12
–18 kasus pernikahan beda agama Aini, 2005. Lembaga Interfaith Indonesian Conference on Religion and Peace ICRP
sejak tahun 2005 hingga Februari 2012 telah berhasil memfasilitasi 282 pernikahan pasangan beda agama dan juga telah memberikan konsultasi
seputaran pernikahan beda agama Nurcholish, 2012. Walaupun demikian, peraturan di Indonesia masih membatasi terjadinya pernikahan beda agama
“Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaan” UU No. 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1. Selain itu,
dalam peraturan beberapa agama, tidak diperbolehkan untuk melakukan pernikahan beda agama kecuali dengan ketentuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pernikahan beda agama berusaha menghidupkan dua keyakinan yang
berbeda dalam sebuah lingkup keluarga. Dalam prosesnya, pernikahan beda agama akan menghadapi permasalahan-permasalahan yang lebih kompleks
baik bagi pasangan maupun remajadewasa awal yang tumbuh dan berkembang di dalamnya. Perbedaan agama dapat mengancam stabilitas
pernikahan apabila pasangan tidak mampu mendiskusikannya dengan baik. Pada kenyataannya, penelitian mengenai pernikahan beda agama selalu
memperlihatkan ketidaksepahaman pasangan dalam menghadapi konflik
agama cenderung memunculkan konflik pernikahan dan memperburuk stabilitas pernikahan Olinsky, 2002.
2. Permasalahan dalam Pernikahan Beda Agama