63
dapat digunakan oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan see refleksi baik guru model sendiri maupun guru pengamat. Tidak
menuntut kemungkinan rancangan pembelajaran tersebut juga digunakan oleh kepala sekolah. Hasil diskusi berupa rancangan pembelajaran dapat
digunakan untuk memperbaiki pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Dengan demikian, melalui program LSBS pembelajaran yang
diselenggarakan akan selalu mengalami peningkatan secara terus menerus.
Berdasarkan uraian di atas diketahui, bahwa implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon dilaksanakan melalui 3 tiga tahap, yaitu plan
perencanaan, do pelaksanaan, dan see refleksi.
a. Plan Perencanaan
Tahap plan perencanaan pada program LSBS di SMP N 1 Sewon terdapat dua kegiatan pokok yaitu persiapan lesson study dan
perencanaan pembelajaran.
1 Persiapan Lesson Study
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diketahui, bahwa beberapa hal dipersiapkan oleh sekolah dalam kegiatan
plan, sebelum lesson study dilaksanakan, antara lain: pengaturan jadwal, penentuan guru model, pemilihan kelas, pembuatan
lembar observasi, daftar hadir pengamat, biaya, dan dukungan teknis.
64
Jadwal dan alokasi waktu implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon diatur oleh urusan KBM Kegiatan Belajar
Mengajar selaku ketua atau koordinator LSBS. Dalam pengaturan jadwal, urusan KBM melakukan komunikasi, yaitu
berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk memastikan jadwal lesson study tidak bersamaan dengan agenda kegiatan sekolah.
Alokasi waktu yang diberikan untuk setiap pelaksanaan lesson study sama dengan pembelajaran pada kelas biasa, yaitu 2 x 40
menit. Pengaturan jadwal dan alokasi waktu implementasi
program LSBS di SMP N 1 Sewon dilaksanakan setiap 1 satu semester, yaitu semester ganjil dan genap. Berdasarkan hasil studi
dokumen jadwal lesson study diketahui, bahwa pada semester II tahun ajaran 20152016, program LSBS di SMP N 1 Sewon
dilaksanakan pada tiga mata pelajaran, yaitu Bahasa Jawa, IPA, dan IPS dengan jadwal, sebagai berikut:
Tabel 6. Jadwal Program LSBS Semester II Tahun Pelajaran 20152016
No Hari Tanggal
Guru Model Mata
Pelajaran Kelas
Jam ke-
1. Selasa
Pujiyanti, S.S Bahasa
Jawa 8 D
12 April 2016 3-4
2. Kamis
Akhmad Azhar, S.Pd IPA
7 A 28 April 2016
3-4 3.
Selasa Drs. Sutardana
IPS 8 H
17 Mei 2016 3-4
Sumber : Data Sekunder
65
Penentuan guru model dalam implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon dilakukan oleh kepala sekolah dengan
mendelegasikan langsung ke staff yaitu urusan KBM Kegiatan Belajar Mengajar selaku ketua atau koordinator LSBS.
Penentuan guru model untuk melaksanakan lesson study berdasarkan atas kesiapan guru dan urutan yang telah didaftar
atau disusun sebelumnya. Selanjutya, kepala sekolah memberi SK tentang penunjukkan guru sebagai guru model.
Seiring dengan berjalannya waktu, karena semua guru yang terdaftar pada urutan guru model sudah pernah melaksanakan
lesson study, maka untuk saat ini guru yang akan bertindak sebagai guru model diutamakan kepada guru yang belum pernah
melaksanakan lesson study, serta guru yang sedang mengadakan penelitian untuk keperluan PAK Penetapan Angka Kredit.
Sedangkan guru yang sebelumnya sudah pernah melaksanakan lesson study, untuk sementara tidak mendapatkan jadwal lesson
study. Hal ini sebagaimana diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh LD selaku Waka Kurikulum, sebagai berikut:
“Semua guru yang ada di SMP N 1 Sewon diharapkan pernah mengalami lesson study. Susunannya dari Kepala
Sekolah terus staff baru bapakibu guru yang belum pernah. Kemarin itu bu Puji itu sama sekali belum pernah, jadi
didahulukan. Dan kalau sekarang lebih difokuskan kepada bapak ibu yang akan membuat penelitian, yang maju PAK
itu juga didahulukan. Jadi penentuan guru model diutamakan kepada bapak ibu guru yang belum pernah dan
yang akan melakukan penelitian. Untuk sementara ini bapak
66
ibu guru yang dulu sudah pernah melaksanakan lesson study tidak mendapat jadwal lesson study
.” LD, 14April2016 Berdasarkan hasil wawancara, kepala sekolah menegaskan
bahwa mulai semester II tahun pelajaran 20142015 implementasi program LSBS sudah menjadi kebutuhan bagi para guru di SMP
N 1 Sewon. Artinya, sudah tidak ada lagi penunjukkan yang dilakukan oleh koordinator LSBS kepada bapak ibu guru untuk
menjadi guru model. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan LD selaku Waka Kurikulum, sebagai berikut:
“…,kita tawarkan ke bapak ibu guru, justru malah mereka yang minta karena untuk maju PAK kenaikan pangkat.
Kemarin juga sudah ada yang mendaftar tiga guru karena untuk syarat PAK itu tadi. Jadi sekarang tidak ada
penunjukkan lagi ke bapak ibu guru. Tinggal kami serahkan
saja ke bagian KBM bagaimana urutannya.” LD,16Mei2016
Kelas yang digunakan untuk melaksanakan lesson study di
SMP N 1 Sewon disesuaikan dengan jadwal guru model yang bersangkutan, sehingga tidak ada spesifikasi khusus untuk kelas
yang akan melaksanakan lesson study. Hal ini sebagaimana diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh P selaku Guru
Model Bahasa Jawa, sebagai berikut: “…, kelas untuk pelaksanaan lesson study disesuaikan
dengan jadwal guru model. Tidak dispesifikkan pada kelas tertentu. Jadi bebas untuk semua kelas.” P, 15April2016
Pernyataan tersebut didukung dengan dokumen pernyataan
yang disampaikan oleh I selaku Observer, sebagai berikut: “…, kelas untuk lesson study itu disesuaikan dengan jadwal
guru. Kemarin Bu Puji kan Bahasa Jawa, jadwalnya kelas
67
VIII D. Ya sudah kelas yang kita gunakan untuk lesson study
ya kelas VIII D.” I, 16April2016 Kelengkapan administrasi pada implementasi program
LSBS di SMP N 1 Sewon, seperti lembar pengamatan dan daftar hadir observer dalam melakukan pengamatan disediakan oleh
ketua atau koordinator, sedangkan denah tempat duduk, papan nama yang dikalungkan peserta didik, dan alat peraga pendukung
pembelajaran disiapkan oleh guru model yang bersangkutan. Dikarenakan guru model sendiri yang mengetahui bagaimana
persisnya rencana dan konsep pembelajaran yang akan diselenggarakan termasuk posisi tempat duduk peserta didik
dalam proses pembelajaran. Hal ini sebagaimana diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh LD selaku Waka Kurikulum,
sebagai berikut: “Lembar pengamatan dan presensi pengamat yang hadir di
pengamatan itu otomatis urusan KBM. Tapi kalau RPP, denah tempat duduk itu disiapkan oleh guru model. Karena
sudah menjadi tanggung jawab guru model yang
bersangkutan.” LD, 14April2016 Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti, bahwa ketika guru model melakukan kegiatan plan, guru tersebut sudah membawa lembar observasi
dan daftar hadir observasi yang sebelumnya diperoleh dari koordinator.
68
Pengeluaran dana yang digunakan dalam pelaksanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon bersumber dari dana BOS.
Dana tersebut sudah dialokasikan oleh sekolah ke Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah RKAS pada setiap satu
semester. Dikarenakan program LSBS sudah menjadi program tahunan di SMP N 1 Sewon. Dengan demikian, segala bentuk
pengeluaran dana yang digunakan dalam implementasi program LSBS diketahui dan disetujui oleh kepala sekolah. Bentuk
pengeluaran dana dalam pelaksanaan program LSBS digunakan untuk, konsumsi, alat peraga atau alat bantu ajar, dan
penggandaan meliputi: RPP, LKS, dan denah tempat duduk beserta daftar anggota kelompok siswa. Hal ini sebagaimana
diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh S selaku Kepala Sekolah SMP N 1 Sewon, sebagai berikut:
“Saya mengetahui semua dana yang digunakan untuk pelaksanaan LSBS mbak, karena memang program lesson
study itu sudah merupakan program tahunan di SMP N 1 Sewon, dan merupakan hasil musyawarah bersama. Dana
yang digunakan itu bersumber dari dana BOS. Jadi, dalam satu semester, itu kita alokasikan dana untuk program LSBS
di RKAS.” S, 15April2016 Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan yang
disampaikan oleh E selaku Koordinator LSBS, sebagai berikut: “Dana yang digunakan dalam pelaksanaan lesson study di
SMP N 1 Sewon dari BOS. Dana tersebut digunakan untuk keperluan ATK, seperti RPP LKS, maupun alat peraga.”
E, 16Mei2016
69
Kedua pernyataan di atas diperkuat dengan hasil studi dokumen SK tentang Pembentukan Tim Pelaksana Program
LSBS yang menjelaskan, bahwa pelaksanaan lesson study di SMP N 1 Sewon didasari oleh adanya pengalokasian dana di RKAS.
Semua bentuk pengeluaran dana dalam implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon diurus oleh bendahara.
Sedangkan yang membelanjakan adalah guru model yang bersangkutan,
kemudian dilaporkan
kepada ketua
atau koordinator LSBS untuk keperluan penyusunan laporan
pengeluaran dana penyelenggaraan program LSBS. Sejak tahun ajaran 20122013, pelaksanaan program LSBS
di SMP N 1 Sewon tidak menggunakan dukungan teknis dari luar seperti dosen dari universitas. Waka kurikulum beranggapan
bahwa SMP N 1 Sewon sudah terbiasa melaksanakan program LSBS. Sehingga tidak perlu mengundang dukungan teknis dari
luar untuk
menjadi fasilitator
atau expert
dalam mengimplementasikan program LSBS. Namun, SMP N 1 Sewon
menggunakan kepala sekolah sebagai fasilitator atau expert dalam melaksanakan program LSBS.
Penunjukkan kepala sekolah sebagai fasilitator didasarkan bahwa kepala sekolah menjadi tim pengembang kurikulum pusat
dan pernah mendapat kesempatan untuk melihat langsung pelaksanaan lesson study di Jepang, sehingga kepala sekolah
70
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan dalam implementasi program LSBS. Dalam hal ini, fasilitator berperan
untuk memberikan dorongan kepada guru untuk melaksanakan lesson study, serta memberi masukan-masukan secara teknis
terkait dengan pembelajaran khususnya dalam pelaksanaan lesson study. Hal ini sebagaimana diketahui dari pernyataan yang
disampaikan oleh LD selaku Waka Kurikulum, sebaga berikut: “Dukungan teknis dari luar kalau dulu ada mbak dari UNY
ada dosen pada waktu itu yaitu Pak Edi Prayitno dan Pak Edi Sulistyono itu setiap sebulan sekali itu kita didampingi
LSBS di SMP N 1 Sewon. Terus kita berakhir kurang lebih tahunnya 20122013, itu karena kesibukan beliau juga
mungkin, dan mungkin dari UNY sudah menganggap kita sudah mampu berjalan sendiri, terus sekarang sudah tidak.
Kalau untuk dinas, saat ini tetap mensuport pelaksanaan LSBS. Justru setiap tahun ajaran baru kita mengirimkan
laporan ke dinas, dan dinas juga minta agenda apa saja yang terlaksana atau yang akan dilaksanakan di SMP N 1 Sewon,
salah satunya LSBS ini.” LD, 14April2016 Hasil wawancara dengan Waka Kurikulum di atas
diketahui, bahwa implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon didukung oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bantul.
Bentuk dukungan dari Dinas adalah adanya pemantauan terkait pelaksanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon. Selain itu, secara
rutin sekolah mengirimkan laporan tentang pelaksanaan program LSBS ke dinas pendidikan. Dengan demikian, secara tidak
langsung dinas
mengetahui bagaimana
perkembangan implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon.
71
2 Perencanaan Pembelajaran
Kegiatan plan perencanaan pembelajaran pada program LSBS di SMP N 1 Sewon dihadiri oleh guru model dengan guru
satu rumpun mata pelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penelitia diketahui, bahwa kegiatan perencanaan
pembelajaran pada lesson study bahasa Jawa dilaksanakan pada hari Selasan tanggal 29 Februari 2016. Kegiatan tersebut
dilaksanakan di Laboratorium keterampilan SMP N 1 Sewon. Sedangkan kegiatan plan perencanaan pembelajaran untuk
lesson study IPA dan IPS tidak ada, dikarenakan adanya kesibukan dari masing-masing guru, sehingga perencanaan
pembelajaran lesson study IPA dan IPS disiapkan sendiri oleh guru model yang bersangkutan. Hal ini sebagaimana diketahui
dari pernyataan yang disampaikan oleh S selaku Guru Model IPS, sebagai berikut:
”Kegiatan plan untuk IPS kemarin tidak ada. Karena rekan saya sibuk mengajar. Jadi rancangan pembelajaran saya
siapkan sendiri.” S, 17Mei2016 Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan yang
disampaikan oleh R selaku Observer lesson study IPA, sebagai berikut:
“…,kemarin tidak bisa ikut kegiatan plan karena ada kesibukan masing-masing, kebetulan kita juga punya
pekerjaan yang lain sehingga tidak bisa ikut menyiapkan.” R, 14Mei2016
72
Kegiatan perencanaan pembelajaran dilakukan oleh guru model dengan guru serumpun untuk mendiskusikan rancangan
pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dan berpusat pada siswa student centered, serta supaya pembelajaran dapat
terselenggara secara interaktif, menyenangkan, dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, kontekstual, dan kolaboratif.
Guru model dan guru serumpun secara kolaboratif membahas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, mencakup
metode, model pembelajaran yang akan digunakan untuk menyajikan materi yang sedang dipelajari, Lembar Kerja Siswa
LKS, denah tempat duduk, pembentukan kelompok siswa, serta media pembelajaran yang nantinya digunakan saat pelaksanaan
proses pembelajaran. Penyusunan RPP lesson study dilakukan oleh guru dengan berpedoman pada silabus Kurikulum 2013. Hal
ini sebagaimana diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh P selaku Guru Model Bahasa Jawa, sebagai berikut:
“Biasanya kalau di plan itu dari persiapan pembuatan materi, LKS, persiapan pembuatan kelompok, alat peraga
kalau ada, kemudian kita bahas bagaimana nanti yang akan kita kerjakan, nanti dibahas bersama. Jadi proses
penyusunan RPP itu dilakukan secara kolaboratif antara guru model dengan guru satu rumpun yang hadir dalam
kegiatan plan. Saya kemarin juga berkonsultasi tentang RPP, kemudian apa saja yang perlu dipersiapkan. Kemudian
dalam pembuatan RPP dan LKS itu kami mengacu pada silabus Kurikulum 2013. Seperti pada pembelajaran
biasanya. Dan untuk materi yang akan diberikan ya materi
saat itu sampai dimana ya materi itu yang kami gunakan.” P, 15April2016
73
Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, bahwa di kegiatan plan, guru model
dengan guru serumpun mata pelajaran secara kolaboratif membahas rancangan pembelajaran. Kegiatan plan bahasa Jawa
diawali dengan guru model menjelaskan secara singkat kepada guru serumpun yang hadir mengenai materi ajar yang telah dipilih
sebelumnya yaitu materi tentang “Kalimat beraksara Jawa”. Selain RPP, guru model juga menjelaskan LKS Lembar Kerja
Siswa, denah tempat duduk, pembagian waktu ketika do, model, metode, dan media pembelajaran yang akan digunakan, serta
pembentukan kelompok siswa. Kemudian guru serumpun memberi tanggapan kepada guru model terkait penjelasan yang
diberikan kepadanya, yaitu berupa masukan atau saran. Pembelajaran pada implementasi program LSBS di SMP N
1 Sewon disetting menjadi berkelompok. Dimana setiap kelompok beranggotakan empat siswa. Terdapat dua hal yang
harus diperhatikan oleh guru dalam pembentukan kelompok siswa, yaitu: 1 prestasi siswa, yaitu satu kelompok siswa terdiri
dari berbagai karakteristik siswa yaitu siswa pintar, sedang, dan slow; dan 2 jenis kelamin, yaitu satu kelompok tidak boleh
beranggotakan laki-laki semua maupun sebaliknya yaitu perempuan semua. Selain itu, posisi tempat duduk siswa juga
didesain bahwa antarsiswa laki-laki maupun antarsiswa
74
perempuan tidak duduk berdampingan. Hal tersebut bertujuan supaya proses diskusi dalam kerja kelompok selama pembelajaran
dapat berjalan secara optimal. Hal ini sebagaimana diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh LD selaku Waka Kurikulum,
sebagai berikut: “…yang dipertimbangkan dalam pembentukan kelompok
yaitu, jelas tingkat IQ, nilai atau tingkat prestasi anak itu kita lihat, jangan sampai yang pintar semua jadi satu,
kemudian jenis kelamin, itu saja nanti tempat duduknya satu kelompok kan berempat, itu kita usahakan putra dengan
putra maupun putri dengan putri tidak berdampingan begitu. Takutnya begini, misalnya tempat duduknya itu putri-putri
atau putra-putra nanti diskusi nya tidak berjalan, karena hanya ngobrol sendiri-sendiri, sehingga tidak terjadi reaksi
satu kelompok begitu.” LD, 14April2016 Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan yang
disampaikan oleh P selaku Guru Model Bahasa Jawa, sebagai berikut:
“Hal-hal yang perlu dalam pembentukan kelompok siswa adalah keaktifan anak, nanti digabung antara aktif dengan
tidak aktif, kemudian misalnya anak yang menonjol dengan tidaknya, karena mungkin untuk mata pelajaran Bahasa
Jawa ada yang bisa ada yang kurang bisa. Terus dari segi ramai sama tidak, karena dalam satu kelas ada anaknya itu
ada yang ramai banget ada yang anteng banget. Terus untuk laki-laki dan perempuannya saya jadikan satu, karena
biasanya kalau laki-laki saja itu kurang berjalan untuk
berdiskusi.” P, 15April2016 Kedua pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil observasi
yang dilakukan oleh peneliti, bahwa satu kelompok terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan yang memiliki karakteristik
berberda-beda. Hal ini dapat dilihat ketika pembelajaran
75
berlangsung, bahwa dalam satu kelompok ada siswa yang sangat aktif dan berani merespon guru yang sedang menjelaskan materi
begitupun sebaliknya. Berdasarkan hasil observasi diketahui, bahwa posisi tempat
duduk peserta didik saat pelaksanaan program LSBS disetting membentu
k formasi “U”. Formasi tersebut memberikan keuntungan bagi kedua pihak. Bagi siswa, dapat memberi
kemudahan dalam memperhatikan guru yang sedang memberikan penjelasan melalui demonstrasi di depan kelas. Bagi guru model,
dapat memberi ruang untuk berinteraksi secara langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran. Sedangkan bagi observer,
dapat mempermudah dalam melakukan pengamatan, karena semua peserta didik dapat terlihat. Observer juga dapat
memperhatikan apakah siswa dapat terlibat secara aktif atau tidak. Siswa mana saja yang aktif maupun pasif selama proses
pembelajaran berlangsung. Selanjutnya,
guru model
dengan guru
serumpun mendiskusikan mengenai kedalaman materi dan contoh soal yang
akan diberikan kepada siswa, serta kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung. Saat
berdiskusi, guru serumpun memberi masukan dan tambahan contoh kepada guru model terkait dengan materi ajar yang akan
dipelajari. Perlu diketahui, bahwa guru serumpun yang hadir
76
dalam kegiatan plan merupakan guru Bahasa Jawa senior di SMP N 1 Sewon, sehingga beliau dirasa lebih paham mengenai
kedalaman materi yang akan diberikan kepada peserta didik. Selain membahas RPP dan LKS, dalam kegiatan plan guru
model dan guru serumpun juga mempersiapkan kelengkapan bantu ajar, yakni papan nomor yang dikalungkan peserta didik
dan papan kelompok siswa. Papan nomor yang dikalungkan peserta didik dapat mempermudah guru pengamat dalam
mengidentifikasi siswa yang terlihat kesulitan atau mempunyai permasalahan dalam mengikuti pembelajaran. Guru pengamat
dapat mencocokkan nomor siswa yang bersangkutan dengan daftar nama anggota kelompok yang sudah dibawanya. Selain itu,
pada kegiatan plan guru juga memastikan media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran. Mengingat bahwa
selama ini mata pelajaran bahasa Jawa dianggap sulit dan membosankan bagi siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan waka kurikulum diketahui bahwa sekolah tidak mengadakan gladi bersih, yaitu
mengujicobakan RPP yang telah dirancang sebelum diterapkan di kelas lesson study. Dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki
oleh masing-masing guru yang bersangkutan. Hal ini diperkuat dengan hasil observasi dan wawancara dengan guru model bahwa
77
RPP yang telah dirancang tidak diujicobakan oleh ketiga guru model yang melaksanakan lesson study.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka hasil penelitian tentang kegiatan plan program LSBS di SMP N 1 Sewon dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 7. Hasil Penelitian tentang Implementasi Kegiatan Plan
Perencanaan Program LSBS di SMP N 1 Sewon
No. Aspek
Hasil Penelitian 1.
Susunan Tim Susunan tim pelaksana program LSBS
di SMP N 1 Sewon sudah diatur dalam SK yang disahkan oleh kepala sekolah.
2. Jadwal dan alokasi
waktu Jadwal dan alokasi waktu program
LSBS diatur oleh urusan KBM selaku ketua
atau koordinator
yang berkoordinasi dengan kepala sekolah.
Alokasi waktu yang diberikan untuk setiap pelaksanaan lesson study sama
dengan pembelajaran biasa, yaitu 2 x 40 menit.
3. Penentuan mata
pelajaran dan guru model
Mulai semester
II tahun
ajaran 20142015 tidak ada penunjukkan guru
model. Namun,
koordinator tetap
melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru.
4. Pemilihan kelas
lesson study Kelas yang digunakan untuk lesson
study di SMP N 1 Sewon disesuaikan dengan guru model yang bersangkutan.
5. Lembar pengamatan,
daftar hadir pengamat, denah
tempat duduk, papan nomor siswa
Kelengkapan administrasi,
seperti lembar pengamatan dan daftar hadir
observer disiapkan oleh koordinator. Sedangkan denah tempat duduk dan
papan nomor siswa disiapkan oleh guru model bersangkutan.
6. Biaya
Anggaran dana untuk implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon
bersumber dari
dana BOS
yang dialokasikan ke RKAS pada setiap satu
semester.
78
Lanjutan Tabel 7. Hasil Penelitian tentang Implementasi Kegiatan Plan Perencanaan Program LSBS di SMP N 1
Sewon No.
Aspek Hasil Penelitian
7. Dukungan teknis
Sekolah menggunakan kepala sekolah sebagai faslitator dalam pelaksanan
program LSBS. Karena sejak tahun akademik 20122013, sekolah tidak
menggunakan
fasilitator dari
luar sekolah seperti dosen.
8. RPP dan LKS
RPP dan LKS dalam pelaksanaan program
LSBS disusun
secara kolaboratif atau bekerja sama antara
guru model dengan guru serumpun mata pelajaran.
Penyusunan dilakukan
menagacu pada silabus kurikulum yang berlaku, yaitu Kurikulum 2013.
Sumber: Diolah dari Data Primer dan Data Sekunder
b. Do Pelaksanaan