Do Pelaksanaan Implementasi Program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS

78 Lanjutan Tabel 7. Hasil Penelitian tentang Implementasi Kegiatan Plan Perencanaan Program LSBS di SMP N 1 Sewon No. Aspek Hasil Penelitian 7. Dukungan teknis Sekolah menggunakan kepala sekolah sebagai faslitator dalam pelaksanan program LSBS. Karena sejak tahun akademik 20122013, sekolah tidak menggunakan fasilitator dari luar sekolah seperti dosen. 8. RPP dan LKS RPP dan LKS dalam pelaksanaan program LSBS disusun secara kolaboratif atau bekerja sama antara guru model dengan guru serumpun mata pelajaran. Penyusunan dilakukan menagacu pada silabus kurikulum yang berlaku, yaitu Kurikulum 2013. Sumber: Diolah dari Data Primer dan Data Sekunder

b. Do Pelaksanaan

Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumen jadwal program LSBS Semester II Tahun Pelajaran 20152016 diketahui, bahwa jadwal pelaksanaan do program LSBS di SMP N 1 Sewon, sebagai berikut: Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Do Program LSBS No Hari Tanggal Mata Pelajaran Waktu Ruang 1. Selasa Bahasa Jawa 08.30-09.40 Kelas 8 D 12 April 2016 2. Kamis IPA 08.30-09.40 Lab. IPA 28 April 2016 3. Selasa IPS 08.30-09.40 R. PSB 17 Mei 2016 Sumber : Dokumen peneliti Tahap do pelaksanaan pada program LSBS di SMP N 1 Sewon dilakukan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam tahap plan perencanaan sebelumnya. 79 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan, bahwa tahap pelaksanaan do pada program LSBS di SMP N 1 Sewon terdapat dua kegiatan pokok, yaitu guru melaksanakan pembelajaran dan observer yang mengamati pembelajaran. Sebelum guru melaksanakan pembelajaran, sekolah tidak mengadakan pertemuan singkat briefing terkait rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam lesson study. Dikarenakan keterbatasan waktu yang dimilki oleh masing-masing guru yang terlibat dalam implementasi program LSBS, baik guru yang bertindak sebagai guru model maupun observer. Kegiatan briefing dilaksanakan ketika akan ada kunjungan tamu dari luar. Hal ini sebagaimana diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh AM selaku Observer Lesson Study IPS, sebagai berikut: “Briefing sebelum pembelajaran dimulai tidak ada. Observer hanya diberi undangan bahwa akan ada open class begitu. RPP juga baru diberikan ke observer saat datang ke kelas, yaitu sesaat sebelum kegiatan do dilaksanakan. Sehingga observer mempelajari RPP atau rancangan pembelajaran hanya sekilas saja.” AM, 21Mei2016 Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh E selaku Koordinator LSBS, sebagai berikut: “Selama ini briefing sebelum do nggak ada di SMP N 1 Sewon, karena keterbatas waktu yang dimiliki oleh bapak ibu guru di sini. Tapi jika akan ada tamu kunjungan dari luar, kami baru akan mengadakan briefing sebelum proses pembelajaran lesson study itu dimulai.” E, 16Mei2016 80 1 Guru Melaksanakan Pembelajaran Program LSBS merupakan sarana untuk meningkatkan keprofesionalisme guru, yang nantinya akan berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran. Pada kegiatan perencanaan pembelajaran di atas dijelaskan, bahwa RPP sudah dirancang sedemikian rupa agar pembelajaran dapat terselenggara secara menyenangkan, interaktif, kontekstual, dan kolaboratif, serta dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Untuk melihat kesesuaian antara proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan RPP yang telah disusun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika guru model melaksanakan pembelajaran, mencakup: model, metode, dan media pembelajaran yang digunakan, serta kualitas atau tingkat pemahaman siswa selama mengikuti proses pembelajaran. a Model Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumen RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran diketahui, bahwa model pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon setiap mata pelajaran berbeda-beda. Pada mata pelajaran Bahasa Jawa, guru model menggunakan model pembelajaran demonstrasi dan problem based learning. Sebagaimana dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, bahwa di awal pembelajaran, guru model memberikan 81 penjelasan melalui demonstrasi terkait materi pokok yang sedang dipelajari yakni “Kalimat beraksara Jawa” di depan kelas. Penjelasan materi disertai dengan pemberian contoh kalimat-kalimat beraksara Jawa kepada peserta didik yang ditayangkan di LCD. Setelah selesai memberi penjelasan materi, guru model membagikan LKS Lembar Kerja Siswa kepada masing-masing kelompok siswa. Dalam LKS tersebut terdapat beberapa poin soal latihan yang harus dikerjakan oleh siswa melalui kegiatan diskusi bersama dengan anggota kelompoknya. Selanjutnya, guru model memberi kesempatan kepada siswa untuk menulis hasil diskusinya di papan tulis. Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat beberapa siswa yang mengajukan diri untuk menulis hasil diskusi kelompok mereka. Model pembelajaran yang digunakan pada implementassi lesson study IPA adalah pembelajaran kontekstual contextual learning. Hal ini didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh R selaku Observer Lesson Study IPA, sebagai berikut: “Model pembelajaran yang digunakan oleh Pak Azhar pada lesson study IPA kemarin berbasis kontekstual mbak. Jadi siswa belajarnya tidak hanya angan-angan, karena mereka belajarnya langsung pada realita” R, 14Mei2016 82 Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, bahwa pembelajaran pada lesson study IPA diselenggarakan dengan memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik melalui kegiatan praktikum. Guru model memfasilitasi siswa dengan alat dan bahan terkait topik yang sedang dipelajari. Topik yang diberikan kepada siswa merupakan persoalan yang biasa mereka temui di kehidupan sehari- hari yaitu “Pengaruh Limbah Sabun terhadap Perilaku Ikan”. Alat dan bahan tersebut antara lain: ikan emas, toples, air, dan detergen. Secara berkelompok, siswa diberi waktu untuk melakukan pengamatan dan mencatat hasil temuan- temuannya pada LKS yang sudah dibagikan oleh guru model. Kemudian siswa menganalisis data hasil pengamatannya dan membuat suatu kesimpulan. Selanjutnya, masing-masing kelompok siswa diberi kesempatan oleh guru model untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Setelah kelompok selesai melakukan presentasi, guru model memberi kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk memberikan pertanyaan atau masukan tentang hasil temuan yang disampaikan oleh temannya di depan kelas tersebut. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan, bahwa beberapa siswa menggunakan 83 kesempatan yang diberikan kepada mereka. Hal tersebut dapat diketahui dari adanya siswa yang mengajukan pertanyaan dan memberi masukan tentang hasil temuan yang dipresentasi di depan kelas. Sedangkan model pembelajaran yang digunakan pada pelaksanaan lesson study IPS adalah model pembelajaran kooperatif cooperative learning. Hal ini sebagaimana diketahui dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, bahwa pada pembelajaran lesson study IPS, guru model membagi kelas menjadi beberapa kelompok siswa. Guru model mengawali pembelajaran dengan memberikan sebuah tayangan kepada siswa terkait materi yang sedang dipelajari yaitu “Peristiwa Rengasdengklok”. Setelah siswa selesai mengamati tayangan materi tersebut, guru model memberikan LKS kepada setiap kelompok siswa, dimana di dalamnya terdapat beberapa poin permasalahan terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Kemudian, guru model memberi waktu kepada setiap kelompok untuk melakukan diskusi bersama mencari solusi terkait permasalahan yang diberikan tersebut. Selanjutnya, guru model memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas, dan kelompok lain 84 memberi pertanyaan atau masukan dari hasil diskusi yang disampaikan tersebut. b Metode Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui, bahwa metode pembelajaran yang digunakan pada implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon adalah ceramah, diskusi, dan tanya-jawab. Dari ketiga metode tersebut, metode yang digunakan oleh guru model lebih dominan pada metode diskusi dan tanya-jawab. Hal ini dikarenakan pembelajaran pada lesson study guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok siswa. Selain itu, waktu pembelajaran lebih banyak digunakan untuk kerja kelompok yaitu berdiskusi dan bekerja sama antaranggota kelompok untuk mencari solusi tentang permasalahan yang diberikan oleh guru model. Dalam hal ini semua siswa dapat berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses diskusi berlangsung, masing-masing siswa dapat saling bertukar pendapat baik berupa ide maupun gagasan. Selanjutnya, guru model memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas, sedangkan kelompok lainnya diminta untuk menanggapi dari hasil diskusi yang 85 dipresentasikan tersebut. Berdasarkan hasil observasi diketahui, bahwa tanggapan yang diberikan oleh kelompok lain kepada kelompok yang sedang presentasi berbentuk pertanyaan dan saran. Hal ini didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh Siswa Kelas VII A, sebagai berikut: “Di lesson study itu lebih ada diskusi di dalam kelompok, kan kemarin kita berkelompok mbak waktu melakukan pengamatan praktikum. Kalau di kelas biasa biasanya hanya metode tanya jawab, hanya guru saja yang aktif menjawab. Dengan diskusi di dalam kelompok, jadi siswa juga aktif nggak hanya guru saja. ” Siswa Kelas VII A, 3Mei2016 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti disimpulkan, bahwa metode ceramah hanya digunakan oleh guru model pada awal dan akhir pembelajaran. Pada awal pembelajaran, metode ceramah digunakan untuk memberikan informasi berupa gambaran kepada siswa terkait materi yang akan dipelajari. Sedangkan di akhir pembelajaran, digunakan untuk mengklarifikasi dan menyimpulkan hasil diskusi maupun hasil-hasil temuan peserta didik ketika melakukan pengamatan. Hal ini sebagaimana diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh E selaku Koordinator LSBS, sebagai berikut: “Metode pembelajaran yang digunakan itu tergantung guru model, bapak ibu guru itu biasanya pakai ceramah, diskusi tanya-jawab juga. Di awal pembelajaran itu ada ceramah untuk memberikan informasi kepada anak. Tapi di lesson study itu yang pasti metode diskusi pasti ada, karena dalam lesson 86 study itu kan anak-anak berkelompok jadi nanti anak- anak akan mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru, lalu mereka akan berdiskusi untuk mencari solusi tentang masalah tadi.” R, 16Mei2016 c Media Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan, bahwa pelaksanaan pembelajaran dalam program LSBS di SMP N 1 Sewon didukung dengan media audio-visual, seperti OHP, LCD, proyektor, dan microphone. Penggunaan media tersebut ditujukan supaya dapat menarik perhatian peserta didik terkait materi yang sedang dipelajari serta dapat memudahkan peserta didik dalam memahaminya. Dengan fasilitas media audio-visual yang diberikan tersebut, peserta didik tidak mengalami kejenuhan lagi selama mengikuti proses pembelajaran. Hal ini didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh E selaku Koordinator LSBS, sebagai berikut: “Pada pelaksanaan LSBS, bapak ibu guru di sini menggunakan media audio-visual, tapi besok Pak Dana itu kayaknya pakai OHP mbak. Tapi nggak masalah yang penting kan dapat menarik perhatian siswa.” E, 16Mei2016 Media pembelajaran yang digunakan oleh guru model pada pelaksanaan lesson study Bahasa Jawa adalah proyektor LCD. Proyektor LCD digunakan oleh guru model untuk menayangkan aplikasi “HANACARAKA” sebagai 87 pendukung dalam penyampaian materi tentang “Kalimat beraksara Jawa”. Aplikasi tersebut dapat membantu guru model dalam memberi atau menjelaskan materi kepada peserta didik. Hal ini dikarenakan pada aplikasi “HANACARAKA” sudah tersedia fitur dan contoh, serta cara menulis aksara Jawa. Dengan demikian, siswa menjadi lebih tertarik dan tidak mengalami kebosanan lagi terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Sebagaimana yang diketahui dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, bahwa ketika guru model selesai memberi penjelasan materi, terdapat beberapa siswa yang berpartisipasi aktif dengan mengajukan pertanyaan kepada guru model terkait materi yang dipelajari. Sedangkan media pembelajaran yang digunakan oleh guru model pada pelaksanaan lesson study IPA adalah microphone. Microphone digunakan oleh siswa ketika meraka mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Adapun tujuan penggunaan microphone ini ialah untuk memperkeras suara dan memfokuskan siswa, supaya semua siswa dapat memperhatikan temannya yang sedang melakukan presentasi di depan kelas. Selanjutnya, media pembelajaran yang digunakan oleh guru model pada lesson study IPS adalah proyektor 88 LCD, laptop, dan powerpoint. Guru model mengawali pembelajaran dengan memutarkan video yang ditayangkan di LCD terkait materi yang sedang dipelajari yaitu “Peristiwa Rengasdengklok”. Selain pemutaran video, guru model juga menayangkan beberapa foto sebagai bahan diskusi peserta didik pada sesi berikutnya. Berbagai media pembelajaran yang digunakan oleh guru model dalam mengimplementasikan lesson study di SMP N 1 Sewon dapat membantu peserta didik dalam memahami materi. Hal ini dikarenakan mereka dapat mengamati secara langsung materi yang sedang mereka pelajari. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Siswa tidak lagi mengalami kejenuhan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sebagaimana diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh Siswa Kelas VIII H, sebagai berikut: “Media yang digunakan enak mbak, bisa melihat langsung tentang materi yang sedang dipelajari. Berbeda dengan pembelajaran biasanya, materi hanya dari buku dan siswa membaca terus. ” Siswa Kelas VIII H, 21Mei2016 Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh Siswa Kelas VII A, sebagai berikut: “Lesson study mapel IPA kemarin Pak Azhar pakai media objek langsung seperti ikan, toples, air, dan air yang tercemar oleh detergen. Sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi tentang 89 dampak pencemaran. ” Siswa Kelas VII A, 3Mei2016 d Kualitas Siswa dalam Pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan, bahwa kualitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada lesson study lebih baik daripada pembelajaran yang diselenggarakan pada kelas biasa. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran lesson study, peserta didik diberi kesempatan untuk mengekspresikan ide dan gagasan yang dimilikinya, sehingga siswa lebih berani mengungkapkan pendapat di depan umum. Hal ini sebagaimana diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh S selaku Kepala Sekolah, sebagai berikut: “Dengan adanya LSBS ini, kualitas siswa menjadi lebih baik. Karena siswa tetap diberi kesempatan peluang untuk mengekspresikan semua bentuk ide dan pendapatnya, sehingga kita bisa lihat perubahannya, keberanian siswa itu.” S, 15April2016 Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan yang disampaikan oleh Siswa Kelas VIII H, sebagai berikut: “Dengan adanya LSBS ini saya lebih antusias dalam megikuti pembelajaran mbak, karena di lesson study siswa dapat mengemukakan pendapat dan melatih keberanian untuk mengemukakan pendapat di depan umum. Pokoknya dalam pembelajaran ada suatu hal yang baru bagi saya. ” Siswa Kelas VIII H, 21Mei2016 Pernyataan yang disampaikan oleh Siswa tersebut diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti 90 menunjukkan, bahwa pada proses pembelajaran lesson study IPS, terdapat beberapa siswa yang berani mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang sedang melakukan presentasi di depan kelas. Tidak hanya mengajukan pertanyaan, tetapi juga ada siswa yang berani menyanggah dan memberi masukan terkait hasil diskusi yang sedang dipresentasikan. Begitupun sebaliknya, siswa yang sedang presentasi merespon baik sanggahan maupun masukan yang diberikan kepada kelompoknya. Selain itu, peserta didik juga lebih enjoy dalam mengikuti pembelajaran, karena peserta didik bisa tahu secara langsung tentang materi yang sedang dipelajari, yakni dengan bantuan media dan sumber belajar yang telah disiapkan oleh guru model. Dengan demikian, siswa dapat dengan mudah memahami materi ajar. Berbeda dengan pembelajaran pada kelas biasa, dimana siswa hanya sebatas angan-angan saja ketika memahami materi yang sedang dipelajari. Sebagaimana pernyataan yang disampaikan oleh Siswa Kelas VII A, sebagai berikut: “…,kalau lesson study kita bisa praktek langsung. Jadi bisa melakukan percobaan langsung gitu, nggak cuma materi. Jadi kita lebih mudah memahaminya. Pembelajarannya juga jadi menyenangkan nggak membosankan.” Siswa Kelas VIIA, 3Mei2016 91 Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh AM selaku Observer Lesson Study IPS, sebagai berikut: “Adanya open class itu saya rasa bisa meningkatkan kualitas siswa, karena mereka mendapatkan perhatian yang lebih dari gurunya. Adanya observer juga dapat membantu untuk mengidentifikasi siswa mana yang kurang sehingga dapat diberi motivasi lagi agar mereka yang kurang bi sa lebih aktif lagi.” AM, 21Mei2016 Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru model berlangsung secara interaktif, menyenangkan, kontekstual, dan kolaboratif, serta dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Sebagaimana yang tertuang dalam RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 2 Pengamat Mengamati Guru yang bertugas sebagai observer dalam kegiatan do LSBS di SMP N 1 Sewon merupakan guru yang sebelumnya diberi undangan oleh koordinator LSBS. Adapun guru yang diundang pada kegiatan do antara lain: kepala sekolah, guru serumpun mata pelajaran yang sedang lesson study, dan guru BK. Sesaat sebelum kegiatan do dimulai, masing-masing observer diberi lembar observasi, RPP, LKS, dan denah tempat duduk beserta nama dan nomor siswa. Hal ini sebagaimana 92 diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh LD selaku Waka Kurikulum, sebagai berikut: “…, yang jelas yang hadir dalam do itu pertama, sesama guru mapel, karena biasanya itu dilaksanakan pas hari MGMP. Kalau hari MGMP itu kan bapak ibu guru hanya mengajar 2 jam, sehingga setelah itu free bisa untuk kegiatan lesson study. Kedua, bapak ibu guru yang juga MGMP misalnya kalau Bahasa semuanya kan di hari selasa jadi sesuai hari MGMP. Kalau itu yang maju Bahasa Inggris, otomatis itu guru Bahasa Inggris semua kemudian ditambah guru lain yang juga pas hari MGMP, misalnya Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, terus ditambah BK. Kalau BK kan free terus ya. Maksudnya lebih banyak kosongnya lah. Dan juga nanti kalau ada masalah terkait anak. Nah nanti BK bisa ngasih masukan. Terus berikutnya bu Kepala Sekol ah mesti hadir.” LD, 14April2016 Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh P selaku Guru Model Lesson Study Bahasa Jawa, sebagai berikut: “Yang menjadi pengamat dalam kegiatan do adalah kepala sekolah, guru satu rumpun mata pelajaran dan guru BK. Tapi kemarin ibu Sarjiyem Kepala Sekolah ada rapat untuk akreditasi jadi tidak bisa hadir. Biasanya ibu selalu mendampingi kalau ada lesson study, dan kebetulan kemarin itu waka juga sedang sibuk denagn kelas IX. Sehingga kepala sekolah juga tidak bisa diwakili oleh waka.” P, 15April2016 Namun demikian, berdasarkan hasil observasi dan studi dokumen daftar hadir observer diketahui, bahwa pada pelaksanaan lesson study IPS terdapat observer yang merupakan guru bukan serumpun. Guru tersebut merupakan guru muda atau masih berstatus GTT Guru Tidak Tetap di SMP N 1 Sewon, dimana sebelumnya belum pernah melaksanakan lesson study. 93 Diundangnya guru bukan serumpun dalam pelaksanaan lesson study bertujuan untuk memberi pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana pelaksanaan lesson study, serta sebagai sarana pembelajaran bagi guru tersebut dalam menangani peserta didik yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dengan demikian, diharapkan guru tersebut dapat termotivasi untuk melakukan lesson study. Mengingat bahwa semua guru yang ada di SMP N 1 Sewon diharuskan melakukan lesson study. sebagaimana pernyataan yang disampaikan oleh LD Waka Kurikulum, sebagai berikut: “Semua guru di SMP N 1 Sewon diharapkan pernah melaksanakan lesson sstudy atau mengalami menjadi guru model. Supaya mereka mempunyai pengalaman melakukan lesson study. ” LD, 14April2016 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan, bahwa sebagian besar observer dapat menaati aturan selama melakukan pengamatan. Meskipun juga masih ditemukan ada observer yang keluar masuk ruang kelas dan berkomunikasi dengan siswa yang sedang mengerjakan tugas kelompok. Namun demikian, proses pembelajaran masih bisa berlangsung sebagaimana yang tertuang dalam RPP. Selain itu, siswa tidak merasa tertanggu dengan keberadaan observer tersebut. Hal ini sebagaimana diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh Siswa Kelas VII A, sebagai berikut: 94 “…, pengamat dapat menjaga ketenangan kok mbak, jadi saya nggak merasa terganggu. Masih tetap bisa fokus mengikuti pembelajaran.” Siswa Kelas VII A, 3Mei2016 Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, terlihat bahwa siswa dengan enjoy dapat mengikuti proses pembelajaran berlangsung, tanpa memperdulikan keberadaan para observer yang berada di dalam kelas. Fokus pengamatan observer dalam melakukan pengamatan ketika do adalah segala aktivitas peserta didik selama mengikuti pembelajaran, bukan pada bagaimana cara guru model melaksanakan pembelajaran. Hal ini sebagaimana diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh LD selaku Waka Kurikulum, sebagai berikut: “Pengamatan yang dilakukan oleh observer difokuskan pada siswa dan pembelajaran, bukan pada guru modelnya. karena RPP sudah dibahas sebelum action. Jadi observer tidak boleh membahas RPP lagi mbak.” LD, 14April2016 Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh S selaku Kepala Sekolah, sebagai berikut: “Isi dari lembar pengamatan yang dipegang oleh masing- masing observer adalah temuan-temuan hasil observer ketika melakukan pengamatan. Perlu ditekankan bahwa fokus pengamatan yang dilakukan oleh masing-masing observer adalah aktivitas peserta didik.” S, 15April2016 Kedua pernyataan tersebut didukung oleh hasil studi dokumen lembar observasi yang diberikan kepada masing-masing pengamat. Dalam lembar observasi diketahui, bahwa masing- 95 masing guru pengamat disediakan kolom yang terdapat beberapa poin pertanyaan yang harus dijawab oleh pengamat melalui kegiatan pengamatan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan dengan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran, meliputi; a apakah semua peserta didik telah mempelajari topik hari ini? Jelaskan dengan bukti-bukti yang ada, b sebutkan identitas peserta didik yang tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan disertai bukti- bukti yang ada Jelaskan, dan c kenapa peserta didik tidak dapat mengikuti pembelajaran? bagaimana solusinya? Jelaskan. Berdasarkan pemaparan di atas, maka hasil penelitian tentang implementasi kegiatan do program LSBS di SMP N 1 Sewon dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 9. Hasil Penelitian tentang Implementasi Kegiatan Do Program LSBS di SMP N 1 Sewon No. Aspek Hasil penelitian 1. Briefing SMP N 1 Sewon tidak mengadakan pertemuan singkat briefing sebelum kegiatan do proses pembelajaran dan pengamatan pada program LSBS dilaksanakan. 2. Penggunaan model pembelajaran Model pembelajaran yang digunakan oleh guru model pada program LSBS disesuaikan dengan mata pelajaran lesson study, meliputi: demonstrasi, problem based learning, contextual learning, dan cooperative learning. 3. Penggunaan metode pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran, meliputi: ceramah, diskusi, dan tanya-jawab. Namun, metode yang digunakan pada program LSBS lebih dominan pada diskusi dan tanya-jawab. 96 Lanjutan Tabel 9. Hasil Penelitian tentang Implementasi Kegiatan Do Program LSBS di SMP N 1 Sewon No. Aspek Hasil penelitian 4. Penggunaan media pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan pada program LSBS berbasis audio-visual, meliputi: OHP, LCD, proyektor, laptop, dan microphone. 5. Kualitas siswa dalam pembelajaran pemahaman siswa Kualitas siswa pada pembelajaran dalam program LSBS lebih baik atau meningkat daripada pembelajaran yang diselenggarakan pada kelas biasa. Siswa dapat lebih mudah memahami materi ajar. 6. Kehadiran observer Observer yang hadir dalam kegiatan do program LSBS merupakan guru yang sebelumnya mendapat undangan. Sehingga tidak semua guru di SMP N 1 Sewon dapat mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan pada lesson study. Sumber: Diolah dari Data Primer dan Data Sekunder

c. See Refleksi