Faktor Penghambat Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Implementasi

106 ruang PSB Pusat Siswa Belajar. Selain itu, implementasi program LSBS juga didukung dengan tersedianya media pembelajaran yang berbasis audio visual, seperti OHP, proyektor LCD, dan microphone. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diketahui, bahwa hampir seluruh ruang kelas di SMP N 1 Sewon sudah terfasilitasi oleh proyektor LCD. Hal ini sebagaimana diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh Koordinator LSBS, sebagai berikut: “…, LCD langsung membanjiri kelas-kelas. Walaupun di kelas VIII itu ada tiga LCD, kelas IX itu sudah semua, kemudian kelas VII itu baru ada satu. Tapi di ruang kepala sekolah itu sudah ada LCD nya. Dengan adanya terpasangnya LCD ini kan termasuk pendukung kita mbak, dimana awalnya penghambat, setelah berjalannya waktu sekarang menjadi pendukung.” E, 16Mei2016 Faktor pendukung lainnya adalah adanya penyediaan dana khusus untuk melaksanakan program LSBS yang bersumber dari dana BOS, dimana sekolah setiap semester mengalokasikan dana tersebut ke dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah RKAS. Dana tersebut digunakan untuk menunjang pelaksanaan program LSBS, seperti uang transport bagi untuk fasilitator dan guru yang berpartisipasi, penggandaan RPP, LKS, maupun untuk membeli keperluan alat peraga sebagai pendukung pembelajaran lainnya.

b. Faktor Penghambat

Faktor penghambat merupakan kendala yang umumnya dihadapi dalam megimplementasikan suatu program. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti diketahui, bahwa faktor 107 penghambat dalam implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon adalah waktu. Keterbatasan yang dimiliki oleh masing-masing guru menjadi penghambat Koordinator LSBS dalam mengatur jadwal pelaksanaan program LSBS. Koordinator merasa kesulitan dalam mencari observer yang serumpun dengan mata pelajaran yang sedang dilaksanakan lesson study. Dikarenakan harus mencocokkan antara jadwal mengajar guru yang akan menjadi observer dengan guru model yang bersangkutan. Hal ini sebagaimana diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh E selaku Koordinator LSBS, sebagai berikut: “Kami kesulitan dalam mengatur jadwal lesson study. Karena di sini guru serumun itu juga jumlahnya minim. Jadi kemarin yang jadi observernya itu lintas mapel. Padahal idealnya kan guru serumpun.” E, 16Mei2016 Selain kesulitan pada pengaturan jadwal, keterbatasan waktu yang dimiliki oleh masing-masing guru juga mengakibatkan kegiatan plan atau perencanaan pembelajaran hanya dilakukan oleh guru model sendiri yaitu pada lesson study IPA dan IPS. Sebagaimana dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, bahwa kegiatan plan yang dilakukan secara kolaboratif hanya pada lesson study bahasa Jawa saja. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti diketahui, bahwa keterbatasan waktu yang dimiliki oleh masing-masing guru mengakibatkan tidak dilaksanakannya kegiatan pertemuan singkat briefing yaitu memberikan gambaran terkait rencana pembelajaran yang akan dilakasanakan kepada observer, dan 108 gladi bersih yaitu mengujicobakan rancangan pembelajaran sebelum diberikan kepada siswa. Selain itu, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa tidak semua observer yang berpartisipasi pada kegiatan do dapat mengikuti kegiatan see refleksi. Dikarenakan ada beberapa observer yang harus menyelesaikan administrasi dan menghadiri agenda yang tidak dapat diwakilkan. Berdasarkan pemaparan di atas, maka hasil penelitian tentang faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 12. Hasil Penelitian tentang Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Program LSBS di SMP N 1 Sewon No. Tahap Faktor pendukung Faktor penghambat 1. Plan a. Kompetensi guru dalam merancang pembelajaran b. Penyediaan anggaran dana Keterbatasan waktu 2. Do a. Kompetensi guru, baik guru model dalam melaksanakan pembelajaran maupun guru pengamat dalam melakukan pengamatan b. Ketersediaannya sarana dan prasarana yang memadai Keterbatasan waktu 3. See a. Peran serta kepemimpinan kepala sekolah, yaitu sebagai fasilitator atau expert b. Peran moderator dalam memandu kegiatan diskusi c. Komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk mau menindaklajuti hasil diskusi Keterbatasan waktu Sumber: Diolah dari Data Primer dan Data Sekunder 109

B. Pembahasan

Penelitian ini mendeskripsikan tentang implementasi program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan, khususnya mutu pembelajaran di SMP N 1 Sewon. Berdasarkan kajian pustaka dan temuan hasil penelitian di atas, pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada tiga aspek pokok, yaitu: 1 Perencanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon, 2 Implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon, dan 3 Faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon.

1. Proses Perencanaan Program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS

di SMP N 1 Sewon Proses perencanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon didasari oleh adanya permasalahan dalam penyelenggaraan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, serta pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh kepala SMP N 1 Sewon tentang pelaksanaan lesson study di Jepang. Perencanaan program LSBS ditujukan untuk meningkatkan keprofesionalan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran, yaitu pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa, sebagaimana yang tertuang dalam Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yakni pembelajaran berlangsung secara interaktif, menyenangkan, kontekstual, dan kolaboratif, serta dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung.