111
jadwal untuk menjadi guru model. Artinya, lesson study sudah menjadi kebutuhan bagi para guru di SMP N 1 Sewon dalam upaya peningkatan
kualitas proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Daryanto dan Muldjo Raharjo 2012: 48, bahwa lesson study dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kualitas keprofesionalan guru yang berdampak pada peningkatan kualitas proses
pembelajaran. Sebelum kegiatan lesson study dimulai, urusan KBM Kegiatan
Belajar Mengajar selaku koordinator program LSBS melakukan persiapan lesson study terlebih dahulu. Adapun kegiatan yang dilakukan
dalam persiapan lesson study antara lain, pengaturan jadwal dan alokasi waktu, pemilihan guru model dan kelas, serta pembuatan lembar
observasi dan daftar hadir observer. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa
implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon terdiri dari tiga tahapan yaitu plan, do, dan see.
a. Plan Perencanaan
Kegiatan plan pada implementasi program LSBS bertujuan untuk merencanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa
student centered yang kemudian dituangkan dalam sebuah RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran lengkap dengan model,
metode, dan media pembelajaran yang akan digunakan, serta LKS Lembar Kerja Siswa yang akan diberikan kepada masing-masing
112
kelompok siswa. Selain itu, di dalam kegiatan plan guru juga membuat kelompok dan denah tempat duduk siswa, dimana tempat
duduk siswa dalam pembelajaran disetting membentuk formasi U. Daryanto dan Muljo Rahardjo 2012: 43 menyatakan, bahwa
perencanaan yang baik tidak dilakukan oleh guru secara sendirian tetapi dilakukan secara bersama. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa dari ketiga lesson study yang terjadwal pada program LSBS TA 20152016, hanya satu saja yang dilakukan
secara kolaboratif antara guru model dengan guru serumpun. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu yang dimiliki oleh masing-
masing guru.
b. Do Pelaksanaan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa sesaat sebelum kegiatan do dimulai, sekolah tidak mengadakan pertemuan
singkat briefing, yaitu memberikan gambaran kepada para observer mengenai RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Hal ini tidak sejalan dengan yang disampaikan oleh Daryanto dan Muljo Rahardjo 2012: 60, bahwa sebelum proses
pembelajaran berlangsung sebaiknya dilakukan briefing untuk mengingatkan bahwa fokus pengamatan masing-masing observer
ditujukan pada bagaimana aktivitas belajar siswa, bukan pada bagaimana guru mengajar, serta memberi gambaran secara umum
kepada para observer mengenai pembelajaran yang akan dilakukan,
113
sehingga proses observasi dalam pembelajaran dari suatu lesson study dapat berjalan dengan baik.
Kegiatan do pada program LSBS ditujukan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang sebelumnya sudah
direncanakan pada kegiatan plan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, guru model dapat menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai yang ada di dalam RPP Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran. Kesesuaian ini dapat ditunjukkan dari
model, metode, dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru model dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif selama
proses pembelajaran berlangsung, serta dapat membantu siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari, karena mereka
dapat mengamati langsung materi yang sedang mereka. Selain
itu, siswa
juga diberi
kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya melalui kegiatan kerja kelompok dan presentasi. Dalam hal ini antarsiswa dapat bekerja sama dengan
bertukar pikiran atau pendapat melalui kegiatan tanya-jawab untuk menyelesaikan masalah yang ada di dalam LKS yang sudah
dibagikan oleh guru model kepada masing-masing kelompok. Dengan demikian, dapat dimaknai bahwa proses pembelajaran yang
diselenggarakan oleh guru model sudah berlangsung secara interaktif, menyenangkan, kontekstual, dan kolaboratif, serta dapat
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif selama proses
114
pembelajaran berlangsung, sebagaimana yang tertuang dalam Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Tempat duduk siswa dalam pembelajaran membentuk
formasi U sebagaimana yang sudah didesain oleh guru model sebelumnya. Formasi tersebut memudahkan guru model dan siswa di
dalam melaksanakan proses pembelajaran, serta bagi observer dalam mengamati aktivitas belajar siswa. Dimana yang menjadi fokus
pengamatan observer selama proses pembelajaran berlangsung adalah segala aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,
bukan pada bagaimana guru dalam mengajar. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa
observer yang hadir pada kegiatan do dapat menaati aturan selama melakukan pengamatan. Hal ini dapat ditunjukkan, antara lain: 1
observer dapat menjaga ketenangan; 2 observer berada di dalam ruang kelas; dan 3 observer tidak melakukan intervensi selama
proses pembelajaran berlangsung. Sebagaimana yang disebutkan oleh Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA 2013: 31,
bahwa dalam
pelaksanaan lesson
study observer
harus memperhatikan aturan dalam melakukan pengamatan.
c. See Refleksi