109
B. Pembahasan
Penelitian ini mendeskripsikan tentang implementasi program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan
mutu pendidikan, khususnya mutu pembelajaran di SMP N 1 Sewon. Berdasarkan kajian pustaka dan temuan hasil penelitian di atas, pembahasan
pada penelitian ini difokuskan pada tiga aspek pokok, yaitu: 1 Perencanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon, 2 Implementasi program LSBS sebagai
pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon, dan 3 Faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi program LSBS di
SMP N 1 Sewon.
1. Proses Perencanaan Program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS
di SMP N 1 Sewon
Proses perencanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon didasari oleh adanya permasalahan dalam penyelenggaraan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru, serta pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh kepala SMP N 1 Sewon tentang pelaksanaan lesson study di Jepang.
Perencanaan program LSBS ditujukan untuk meningkatkan keprofesionalan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran, yaitu
pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa, sebagaimana yang tertuang dalam Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yakni pembelajaran berlangsung secara interaktif, menyenangkan, kontekstual, dan
kolaboratif, serta dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
110
Perencanaan program LSBS dilaksanakan setelah adanya kesepakatan dari seluruh warga sekolah untuk melaksanakan program
lesson study pada seluruh mata pelajaran secara mandiri, yaitu tanpa bantuan dana baik dari Pemerintah Pusat maupun dari dewan sekolah.
Adapun yang pihak-pihak yang berpartisipasi dalam proses perencanaan program lesson syudy berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon adalah warga
dari dalam sekolah, meliputi: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan staf TU.
Berdasarkan wawancara diketahui, bahwa langkah pertama yang dilakukan oleh dalam perencanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon
adalah membuat skala prioritas kebutuhan pelaksanaan program. Setelah semua kebutuhan diketahui, langkah yang dilakukan selanjutnya adalah
membentuk tim pelaksana. Pembentukan tim ini ditujukan supaya dapat memperlancar jalannya pelaksanaan program LSBS.
2. Implementasi Program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS
sebagai Pendukung Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP N 1 Sewon
Implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon didasari oleh adanya keinginan dari masing-masing guru untuk belajar dan ingin
mendapatkan masukan dari guru lainnya terkait penyelenggaraan pembelajaran. Sebagaimana yang diketahui dari hasil penelitian, bahwa
sejak tahun pelajaran 20142015 sekolah tidak melakukan penunjukkan guru model dalam pelaksanaan program LSBS. Dikarenakan guru sudah
secara mandiri mendaftarkan diri kepada koordinator selaku pengatur
111
jadwal untuk menjadi guru model. Artinya, lesson study sudah menjadi kebutuhan bagi para guru di SMP N 1 Sewon dalam upaya peningkatan
kualitas proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Daryanto dan Muldjo Raharjo 2012: 48, bahwa lesson study dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kualitas keprofesionalan guru yang berdampak pada peningkatan kualitas proses
pembelajaran. Sebelum kegiatan lesson study dimulai, urusan KBM Kegiatan
Belajar Mengajar selaku koordinator program LSBS melakukan persiapan lesson study terlebih dahulu. Adapun kegiatan yang dilakukan
dalam persiapan lesson study antara lain, pengaturan jadwal dan alokasi waktu, pemilihan guru model dan kelas, serta pembuatan lembar
observasi dan daftar hadir observer. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa
implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon terdiri dari tiga tahapan yaitu plan, do, dan see.
a. Plan Perencanaan
Kegiatan plan pada implementasi program LSBS bertujuan untuk merencanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa
student centered yang kemudian dituangkan dalam sebuah RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran lengkap dengan model,
metode, dan media pembelajaran yang akan digunakan, serta LKS Lembar Kerja Siswa yang akan diberikan kepada masing-masing
112
kelompok siswa. Selain itu, di dalam kegiatan plan guru juga membuat kelompok dan denah tempat duduk siswa, dimana tempat
duduk siswa dalam pembelajaran disetting membentuk formasi U. Daryanto dan Muljo Rahardjo 2012: 43 menyatakan, bahwa
perencanaan yang baik tidak dilakukan oleh guru secara sendirian tetapi dilakukan secara bersama. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa dari ketiga lesson study yang terjadwal pada program LSBS TA 20152016, hanya satu saja yang dilakukan
secara kolaboratif antara guru model dengan guru serumpun. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu yang dimiliki oleh masing-
masing guru.
b. Do Pelaksanaan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa sesaat sebelum kegiatan do dimulai, sekolah tidak mengadakan pertemuan
singkat briefing, yaitu memberikan gambaran kepada para observer mengenai RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Hal ini tidak sejalan dengan yang disampaikan oleh Daryanto dan Muljo Rahardjo 2012: 60, bahwa sebelum proses
pembelajaran berlangsung sebaiknya dilakukan briefing untuk mengingatkan bahwa fokus pengamatan masing-masing observer
ditujukan pada bagaimana aktivitas belajar siswa, bukan pada bagaimana guru mengajar, serta memberi gambaran secara umum
kepada para observer mengenai pembelajaran yang akan dilakukan,
113
sehingga proses observasi dalam pembelajaran dari suatu lesson study dapat berjalan dengan baik.
Kegiatan do pada program LSBS ditujukan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang sebelumnya sudah
direncanakan pada kegiatan plan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, guru model dapat menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai yang ada di dalam RPP Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran. Kesesuaian ini dapat ditunjukkan dari
model, metode, dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru model dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif selama
proses pembelajaran berlangsung, serta dapat membantu siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari, karena mereka
dapat mengamati langsung materi yang sedang mereka. Selain
itu, siswa
juga diberi
kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya melalui kegiatan kerja kelompok dan presentasi. Dalam hal ini antarsiswa dapat bekerja sama dengan
bertukar pikiran atau pendapat melalui kegiatan tanya-jawab untuk menyelesaikan masalah yang ada di dalam LKS yang sudah
dibagikan oleh guru model kepada masing-masing kelompok. Dengan demikian, dapat dimaknai bahwa proses pembelajaran yang
diselenggarakan oleh guru model sudah berlangsung secara interaktif, menyenangkan, kontekstual, dan kolaboratif, serta dapat
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif selama proses
114
pembelajaran berlangsung, sebagaimana yang tertuang dalam Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Tempat duduk siswa dalam pembelajaran membentuk
formasi U sebagaimana yang sudah didesain oleh guru model sebelumnya. Formasi tersebut memudahkan guru model dan siswa di
dalam melaksanakan proses pembelajaran, serta bagi observer dalam mengamati aktivitas belajar siswa. Dimana yang menjadi fokus
pengamatan observer selama proses pembelajaran berlangsung adalah segala aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,
bukan pada bagaimana guru dalam mengajar. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa
observer yang hadir pada kegiatan do dapat menaati aturan selama melakukan pengamatan. Hal ini dapat ditunjukkan, antara lain: 1
observer dapat menjaga ketenangan; 2 observer berada di dalam ruang kelas; dan 3 observer tidak melakukan intervensi selama
proses pembelajaran berlangsung. Sebagaimana yang disebutkan oleh Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA 2013: 31,
bahwa dalam
pelaksanaan lesson
study observer
harus memperhatikan aturan dalam melakukan pengamatan.
c. See Refleksi
Kegitan see refleksi pada program LSBS di SMP N 1 Sewon diselenggarakan secara langsung yaitu sesaat setelah kegiatan
115
do selesai dilaksanakan. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Daryanto dan Muljo Rahardjo 2012: 63, bahwa kegiatan
refleksi harus dilaksanakan segera setelah selesai pembelajaran. Supaya hasil temuan yang disampaikan oleh masing-masing
observer dapat terjaga akurasinya. Kegiatan see refleksi dilaksanakan untuk mendiskusikan
hasil temuan yang didapatkan oleh masing-masing observer selama melakukan pengamatan. Kegiatan ini dihadiri oleh guru model
beserta seluruh observer yang hadir dalam kegiatan do yang didampingi oleh kepala sekolah. Sebagaimana yang disampaikan
oleh Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA 2009: 56-57, bahwa peran serta kepemimpinan dari kepala sekolah sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan lesson study berbasis sekolah.
Kehadiran kepala sekolah dalam kegiatan ini dikarenakan, kepala sekolah ditunjuk oleh sekolah sebagai fasilitator dalam
pelaksanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon, yakni memberi masukan-masukan secara teknis terkait lesson study yang
dilaksanakan, serta memberi penguatan kepada para guru ketika proses diskusi pada kegiatan see refleksi berlangsung.
Penunjukkan kepala sekolah sebagai fasilitator didasari, bahwa kepala sekolah sekarang sedang menjadi tim pengembang
kurikulum pusat, di mana memiliki pengetahuan terkait pelaksanaan
116
proses pembelajaran. Pengetahuan tersebut sangat dibutuhkan oleh para guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran,
khususnya pembelajaran yang berpusat pada siswa student centered yaitu pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa.
Selain itu, kepala sekolah juga pernah diberi kesempatan untuk melihat langsung bagaimana proses pelaksanaan lesson study di
Jepang, sehingga mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana melaksanakan lesson study yang benar. Hal ini sesuai
dengan yang dinyatakan oleh Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA 2009: 56 bahwa seorang fasilitator harus mempunyai
kualifikasi pengetahuan, latar belakang mata pelajaran, dan kapasitas pedagogis yang kuat.
Adapun bahan diskusi pada kegiatan see difokuskan pada pertanyaan yang disediakan dalam lembar observasi, yaitu segala
aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penyampaian tanggapan atau
pendapat dari masing-masing observer kepada guru model di SMP N 1 Sewon dilakukan dengan tidak memojokkan guru model dalam
melaksanakan pembelajaran. Hal ini dikarenakan pendapat yang disampaikan
adalah permasalahan
siswa dalam
mengikuti pembelajaran, bukan pada bagaimana guru model melaksanakan
pembelajaran. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ali Mustadi 2014: 88, bahwa forum refleksi tidak digunakan untuk mengkritik
117
guru tetapi untuk menganalisis setiap fenomena atau fakta terkait aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran.
Pendapat yang disampaikan oleh masing-masing observer di SMP N 1 Sewon sudah disertai dengan butkti-bukti yang kuat. Hal
ini dapat diketahui dari hasil penelitian, bahwa observer dapat menyebutkan hasil temuannya dengan menyertakan identitas siswa,
yaitu berupa nomor absen beserta nama lengkap siswa yang dimakudkan. Dengan demikian, pendapat atau komentar yang
diajukan oleh observer bukan berdasarkan opini saja. Berdasarkan hasil diskusi pada kegiatan see di SMP N 1
Sewon dapat diketahui, bahwa masih ditemukannya siswa yang mempunyai permasalahan atau mengalami kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil penelitian, bahwa masih terdapat siswa yang malu untuk
mengungkapkan pendapatnya di depan umum khususnya ketika kegiatan presentasi berlangsung. Melihat hal tersebut, kemudian
guru secara kolaboratif bertukar ide mencari solusi atas permasalahan tersebut yang kemudian dituangkan dalam bentuk
rencana tindakan-tindakan yang dapat digunakan untuk memperbaiki pada proses pembelajaran selanjutnya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa seluruh pihak yang berpartisipasi dalam kegiatan refleksi
menyanggupi untuk mencoba menerapkan beberapa rencana
118
tindakan tersebut pada pembelajaran yang akan diselenggarakannya. Hal ini ditujukan supaya tidak ditemukannya lagi siswa yang
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Sebagaimana
3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Implementasi
Program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS di SMP N 1 Sewon
Implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pembelajaran dihadapkan
dengan faktor pendukung dan faktor penghambat. a.
Faktor Pendukung
Program merupakan salah satu komponen dalam suatu kebijakan. Program yang telah disusun harus segera dilaksanakan
agar mampu mencapai tujuan dari program tersebut. Implementasi program akan berjalan secara optimal apabila mendapatkan
dukungan dari seluruh aspek dan komponen yang terkait dalam implementasi. Adapun dukungan implementasi program LSBS
sebagai pendukung kebijakan pendidikan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon, antara lain:
1 Kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang
berpartisipasi sejalan dengan program lesson study, yaitu: a peran serta kepemimpinan kepala sekolah dapat ditunjukkan
dalam kegiatan reflekssi yaitu memberikan penguatan hasil temuan observer dan memberi masukan secara teknis kepada
observer; b
urusan KBM
selaku koordinator
yang mempersiapkan kelengkapan administrasi, c guru yang ikut
119
berpartisipasi, baik
sebagai guru
model yang
dapat menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan RPP, observer
yang dapat menaati aturan selama malakukan pengamatan, dan moderator yang dapat menghidupkan jalannya diskusi pada
kegiatan refleksi; dan d siswa yang berpartisipasi secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Keterlibatan dari
berbagai pihak yang sudah diuraikan di atas, sudah sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Edward III 1980: 11
bahwa keberhasilan implementasi tidak hanya dilihat dari seberapa banyak SDM yang ikut terlibat, tetapi juga diimbangi
dengan dimilikinya kemampuan dan keterampilan yang diperlukan oleh program.
2 Adanya komunikasi dalam bentuk koordinasi dan kerja sama
yang dilakukan antara kepala sekolah dengan staff, kepala sekolah dengan guru, dan antarguru baik dalam kegiatan
persiapan lesson study maupun perencanaan pembelajaran. Seperti yang disampaikan oleh Subarsono 2008: 90 bahwa
komunikasi perlu dilakukan, supaya tujuan dan sasaran suatu program dapat diketahui oleh kelompok sasaran.
3 Adanya motivasi dan rasa percaya diri yang kuat dari para guru
di SMP N 1 Sewon untuk meningkatkan mutu pembelajaran khususnya melalui program LSBS.
120
4 Adanya dana BOS yang dialokasikan ke RKAS Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah pada setiap satu semester yang digunakan untuk menunjang impelementasi program LSBS.
5 Tersedianya sarana dan prasarana memadai yang dimiliki oleh
sekolah, yaitu ruangan dengan kapasitas besar yang dapat digunakan sebagai tempat melaksanakan program LSBS yang
telah dilengkapi dengan fasilitas penunjang pembelajaran, seperti proyektor, LCD, OHP, laptop, dan microphone.
6 Adanya komitmen dari masing-masing pihak yang berpartisipasi
pada program LSBS, yaitu mau menindaklanjuti hasil diskusi di dalam kegiatan refleksi berupa rancangan pembelajaran. Selain
itu, komitmen juga ditunjukkan dengan saling terbuka, sharing dengan guru lainnya terkait dengan permasalahan yang dihadapi
selama melaksanakan pembelajaran. Seperti yang disampaikan oleh Subarsono 2008: 91-92 bahwa perlu adanya disposisi
yang baik dari setiap implementator baik berupa komitmen maupun kejujuran, supaya dapat menjalankan program sesuai
dengan tujuan yang telah disusun sebelumnya. b.
Faktor Penghambat
Implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon tidak selalu terselenggara seperti yang direncanakan. Dikarenakan adanya faktor
yang menghambat dalam melaksanakan program tersebut. Dalam hal ini, faktor yang menghambatnya adalah keterbatasan waktu yang
121
dimiliki oleh masing-masing guru di SMP N 1 Sewon. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Subarsono 2008: 89, bahwa kompleksitas
implementasi bukan saja ditunjukkan oleh banyaknya aktor yang terlibat, tetapi juga dikarenakan proses implementasi dipengaruhi
oleh berbagai variabel yang kompleks. Masing-masing variabel pengaruh tersbut juga saling berinteraksi satu sama lain.
Implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon masih terhambat oleh waktu. Hambatan tersebut dapat ditemui pada
kegiatan pengaturan jadwal, dimana urusan KBM selaku koordinator LSBS masih kesulitan mencari observer yang serumpun dengan
mata pelajaran yang sedang lesson study. Dikarenakan koordinator harus mencocokkan jadwal mengajar antara guru yang berperan
sebagai guru model dengan observer. Selain itu, hambatan keterbatasan waktu juga ditemui pada
kegiatan gladi bersih dan briefing, dimana sekolah tidak mengadakan gladi bersih dan briefing sebelum rancangan pembelajaran
dilaksanakan. Seharusnya, rancangan pembelajaran dikomunikasikan terlebih dahulu kepada para observer untuk memberi gambaran
tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan. Supaya masing- masing observer dapat merencanakan pengamatan yang akan mereka
lakukan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Daryanto dan Muljo Rahardjo 2012: 60, bahwa sebelum proses pembelajaran
berlangsung sebaiknya dilakukan briefing kepada para pengamat
122
untuk memberi gambaran secara umum tentang pembelajaran yang akan dilakukan. Sehingga proses observasi dalam pembelajaran dari
suatu lesson study dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan pemaparan di atas, maka pembahasan penelitian tentang
implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 13. Pembahasan Penelitian tentang Implementasi Program LSBS sebagai Pendukung Kebijakan Peningkatan Mutu
Pendidikan di SMP N 1 Sewon No.
Variabel Implementasi
1. Proses perencanaan
program LSBS di SMP N 1 Sewon
- Proses perencanaan didasari oleh adanya
permasalahan dalam menyelenggarakan pembelajaran.
perencanaan program
dimulai dengan membuat skala prioritas kebutuhan, kemudian dilanjutkan dengan
membuat tim pelaksana program.
2. Implementasi
program LSBS di SMP N 1 Sewon
- Implementasi program LSBS di SMP N 1
Sewon didasari oleh adanya keinginan dari masing-masing guru untuk belajar dan
diberi masukan dari guru lain mengenai penyelenggaraan pembelajaran.
a. Plan
Perencanaan -
Kegiatan plan
dilakukan untuk
merencanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu pembelajaran yang dapat
membelajarkan siswa, yang kemudian dituangkan dalam bentuk RPP dan LKS.
b. Do
Pelaksanaan -
Kegiatan do dilakukan untuk menerapkan rancangan pembelajaran. Guru model
dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP, sedangkan observer yang
hadir
dapat menaati
aturan dalam
melakukan pengamatan. Adapun fokus pengamatan observer selama melakukan
pengamatan adalah segala aktivitas belajar siswa bukan pada guru model.
123
Lanjutan Tabel 13. Pembahasan Penelitian tentang Implementasi Program LSBS sebagai Pendukung Kebijakan
Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP N 1 Sewon No.
Variabel Implementasi
2. Implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon
c. See Refleksi
- Kegiatan
see dilakukan
untuk mendiskusikan hasil temuan observer
selama melakukan pengamatan. Bahan diskusi adalah pertanyaan yang ada pada
lembar observasi yaitu fenomena ativitas belajar siswa. Hasil diskusi didapatkan
rencana tindakan untuk mengatasi siswa yang
kesulitan dalam
pembelajaran. Semua
observer menyanggupi
mau mencoba
rencana tersebut
pada pembelajaran berikutnya.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Program
LSBS di SMP N 1 Sewon a.
Faktor pendukung
1 Kompetensi yang dimiliki oleh pihak-
pihak yang berpartisipasi, antara lain: kepala sekolah, urusan KBM selaku
koordinator, guru baik yang berperan sebagai guru model, observer, maupun
moderator, dan siswa.
2 Anggaran dana
3 Ketersediaan sarana dan prasarana yang
memadai. 4
Komitmen dari semua pihak yang berpartisipasi.
b. Faktor
penghambat -
Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh para guru.
Sumber: Diolah dari Data Primer dan Data Sekunder
124
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perencanaan program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS di SMP N
1 Sewon dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari pihak luar sekolah. Proses perencanaan program LSBS didasari oleh adanya
permasalahan dalam menyelenggarakan pembelajaran. Langkah pertama dalam perencanaan adalah membuat skala prioritas kebutuhan
program, kemudian dilanjutkan dengan membentuk tim pelaksana program.
2. Implementasi program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS sebagai
pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon dimulai dengan tahap plan yang dilakukan secara kolaboratif, yaitu
merencanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang kemudian dituangkan dalam sebuah RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Kemudian dilanjutkan dengan tahap do, yaitu menerapkan rancangan pembelajaran yang secara langsung diamati oleh observer. Selama
proses pembelajaran berlangsung, siswa dapat dengan mudah memahami materi yang dipelajari. Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan
dengan tahap see yang dihadiri oleh seluruh pihak hadir pada kegiatan do untuk mendiskusikan hasil temuan observer selama melakukan