Proses Perencanaan Program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Implementasi

109

B. Pembahasan

Penelitian ini mendeskripsikan tentang implementasi program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan, khususnya mutu pembelajaran di SMP N 1 Sewon. Berdasarkan kajian pustaka dan temuan hasil penelitian di atas, pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada tiga aspek pokok, yaitu: 1 Perencanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon, 2 Implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon, dan 3 Faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon.

1. Proses Perencanaan Program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS

di SMP N 1 Sewon Proses perencanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon didasari oleh adanya permasalahan dalam penyelenggaraan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, serta pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh kepala SMP N 1 Sewon tentang pelaksanaan lesson study di Jepang. Perencanaan program LSBS ditujukan untuk meningkatkan keprofesionalan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran, yaitu pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa, sebagaimana yang tertuang dalam Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yakni pembelajaran berlangsung secara interaktif, menyenangkan, kontekstual, dan kolaboratif, serta dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung. 110 Perencanaan program LSBS dilaksanakan setelah adanya kesepakatan dari seluruh warga sekolah untuk melaksanakan program lesson study pada seluruh mata pelajaran secara mandiri, yaitu tanpa bantuan dana baik dari Pemerintah Pusat maupun dari dewan sekolah. Adapun yang pihak-pihak yang berpartisipasi dalam proses perencanaan program lesson syudy berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon adalah warga dari dalam sekolah, meliputi: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan staf TU. Berdasarkan wawancara diketahui, bahwa langkah pertama yang dilakukan oleh dalam perencanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon adalah membuat skala prioritas kebutuhan pelaksanaan program. Setelah semua kebutuhan diketahui, langkah yang dilakukan selanjutnya adalah membentuk tim pelaksana. Pembentukan tim ini ditujukan supaya dapat memperlancar jalannya pelaksanaan program LSBS.

2. Implementasi Program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS

sebagai Pendukung Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP N 1 Sewon Implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon didasari oleh adanya keinginan dari masing-masing guru untuk belajar dan ingin mendapatkan masukan dari guru lainnya terkait penyelenggaraan pembelajaran. Sebagaimana yang diketahui dari hasil penelitian, bahwa sejak tahun pelajaran 20142015 sekolah tidak melakukan penunjukkan guru model dalam pelaksanaan program LSBS. Dikarenakan guru sudah secara mandiri mendaftarkan diri kepada koordinator selaku pengatur 111 jadwal untuk menjadi guru model. Artinya, lesson study sudah menjadi kebutuhan bagi para guru di SMP N 1 Sewon dalam upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Daryanto dan Muldjo Raharjo 2012: 48, bahwa lesson study dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kualitas keprofesionalan guru yang berdampak pada peningkatan kualitas proses pembelajaran. Sebelum kegiatan lesson study dimulai, urusan KBM Kegiatan Belajar Mengajar selaku koordinator program LSBS melakukan persiapan lesson study terlebih dahulu. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam persiapan lesson study antara lain, pengaturan jadwal dan alokasi waktu, pemilihan guru model dan kelas, serta pembuatan lembar observasi dan daftar hadir observer. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon terdiri dari tiga tahapan yaitu plan, do, dan see.

a. Plan Perencanaan

Kegiatan plan pada implementasi program LSBS bertujuan untuk merencanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa student centered yang kemudian dituangkan dalam sebuah RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran lengkap dengan model, metode, dan media pembelajaran yang akan digunakan, serta LKS Lembar Kerja Siswa yang akan diberikan kepada masing-masing 112 kelompok siswa. Selain itu, di dalam kegiatan plan guru juga membuat kelompok dan denah tempat duduk siswa, dimana tempat duduk siswa dalam pembelajaran disetting membentuk formasi U. Daryanto dan Muljo Rahardjo 2012: 43 menyatakan, bahwa perencanaan yang baik tidak dilakukan oleh guru secara sendirian tetapi dilakukan secara bersama. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari ketiga lesson study yang terjadwal pada program LSBS TA 20152016, hanya satu saja yang dilakukan secara kolaboratif antara guru model dengan guru serumpun. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu yang dimiliki oleh masing- masing guru.

b. Do Pelaksanaan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa sesaat sebelum kegiatan do dimulai, sekolah tidak mengadakan pertemuan singkat briefing, yaitu memberikan gambaran kepada para observer mengenai RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hal ini tidak sejalan dengan yang disampaikan oleh Daryanto dan Muljo Rahardjo 2012: 60, bahwa sebelum proses pembelajaran berlangsung sebaiknya dilakukan briefing untuk mengingatkan bahwa fokus pengamatan masing-masing observer ditujukan pada bagaimana aktivitas belajar siswa, bukan pada bagaimana guru mengajar, serta memberi gambaran secara umum kepada para observer mengenai pembelajaran yang akan dilakukan, 113 sehingga proses observasi dalam pembelajaran dari suatu lesson study dapat berjalan dengan baik. Kegiatan do pada program LSBS ditujukan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang sebelumnya sudah direncanakan pada kegiatan plan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, guru model dapat menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai yang ada di dalam RPP Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran. Kesesuaian ini dapat ditunjukkan dari model, metode, dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru model dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung, serta dapat membantu siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari, karena mereka dapat mengamati langsung materi yang sedang mereka. Selain itu, siswa juga diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya melalui kegiatan kerja kelompok dan presentasi. Dalam hal ini antarsiswa dapat bekerja sama dengan bertukar pikiran atau pendapat melalui kegiatan tanya-jawab untuk menyelesaikan masalah yang ada di dalam LKS yang sudah dibagikan oleh guru model kepada masing-masing kelompok. Dengan demikian, dapat dimaknai bahwa proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru model sudah berlangsung secara interaktif, menyenangkan, kontekstual, dan kolaboratif, serta dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif selama proses 114 pembelajaran berlangsung, sebagaimana yang tertuang dalam Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Tempat duduk siswa dalam pembelajaran membentuk formasi U sebagaimana yang sudah didesain oleh guru model sebelumnya. Formasi tersebut memudahkan guru model dan siswa di dalam melaksanakan proses pembelajaran, serta bagi observer dalam mengamati aktivitas belajar siswa. Dimana yang menjadi fokus pengamatan observer selama proses pembelajaran berlangsung adalah segala aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, bukan pada bagaimana guru dalam mengajar. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa observer yang hadir pada kegiatan do dapat menaati aturan selama melakukan pengamatan. Hal ini dapat ditunjukkan, antara lain: 1 observer dapat menjaga ketenangan; 2 observer berada di dalam ruang kelas; dan 3 observer tidak melakukan intervensi selama proses pembelajaran berlangsung. Sebagaimana yang disebutkan oleh Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA 2013: 31, bahwa dalam pelaksanaan lesson study observer harus memperhatikan aturan dalam melakukan pengamatan.

c. See Refleksi

Kegitan see refleksi pada program LSBS di SMP N 1 Sewon diselenggarakan secara langsung yaitu sesaat setelah kegiatan 115 do selesai dilaksanakan. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Daryanto dan Muljo Rahardjo 2012: 63, bahwa kegiatan refleksi harus dilaksanakan segera setelah selesai pembelajaran. Supaya hasil temuan yang disampaikan oleh masing-masing observer dapat terjaga akurasinya. Kegiatan see refleksi dilaksanakan untuk mendiskusikan hasil temuan yang didapatkan oleh masing-masing observer selama melakukan pengamatan. Kegiatan ini dihadiri oleh guru model beserta seluruh observer yang hadir dalam kegiatan do yang didampingi oleh kepala sekolah. Sebagaimana yang disampaikan oleh Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA 2009: 56-57, bahwa peran serta kepemimpinan dari kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan lesson study berbasis sekolah. Kehadiran kepala sekolah dalam kegiatan ini dikarenakan, kepala sekolah ditunjuk oleh sekolah sebagai fasilitator dalam pelaksanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon, yakni memberi masukan-masukan secara teknis terkait lesson study yang dilaksanakan, serta memberi penguatan kepada para guru ketika proses diskusi pada kegiatan see refleksi berlangsung. Penunjukkan kepala sekolah sebagai fasilitator didasari, bahwa kepala sekolah sekarang sedang menjadi tim pengembang kurikulum pusat, di mana memiliki pengetahuan terkait pelaksanaan 116 proses pembelajaran. Pengetahuan tersebut sangat dibutuhkan oleh para guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran, khususnya pembelajaran yang berpusat pada siswa student centered yaitu pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa. Selain itu, kepala sekolah juga pernah diberi kesempatan untuk melihat langsung bagaimana proses pelaksanaan lesson study di Jepang, sehingga mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana melaksanakan lesson study yang benar. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA 2009: 56 bahwa seorang fasilitator harus mempunyai kualifikasi pengetahuan, latar belakang mata pelajaran, dan kapasitas pedagogis yang kuat. Adapun bahan diskusi pada kegiatan see difokuskan pada pertanyaan yang disediakan dalam lembar observasi, yaitu segala aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penyampaian tanggapan atau pendapat dari masing-masing observer kepada guru model di SMP N 1 Sewon dilakukan dengan tidak memojokkan guru model dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini dikarenakan pendapat yang disampaikan adalah permasalahan siswa dalam mengikuti pembelajaran, bukan pada bagaimana guru model melaksanakan pembelajaran. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ali Mustadi 2014: 88, bahwa forum refleksi tidak digunakan untuk mengkritik 117 guru tetapi untuk menganalisis setiap fenomena atau fakta terkait aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran. Pendapat yang disampaikan oleh masing-masing observer di SMP N 1 Sewon sudah disertai dengan butkti-bukti yang kuat. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian, bahwa observer dapat menyebutkan hasil temuannya dengan menyertakan identitas siswa, yaitu berupa nomor absen beserta nama lengkap siswa yang dimakudkan. Dengan demikian, pendapat atau komentar yang diajukan oleh observer bukan berdasarkan opini saja. Berdasarkan hasil diskusi pada kegiatan see di SMP N 1 Sewon dapat diketahui, bahwa masih ditemukannya siswa yang mempunyai permasalahan atau mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil penelitian, bahwa masih terdapat siswa yang malu untuk mengungkapkan pendapatnya di depan umum khususnya ketika kegiatan presentasi berlangsung. Melihat hal tersebut, kemudian guru secara kolaboratif bertukar ide mencari solusi atas permasalahan tersebut yang kemudian dituangkan dalam bentuk rencana tindakan-tindakan yang dapat digunakan untuk memperbaiki pada proses pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa seluruh pihak yang berpartisipasi dalam kegiatan refleksi menyanggupi untuk mencoba menerapkan beberapa rencana 118 tindakan tersebut pada pembelajaran yang akan diselenggarakannya. Hal ini ditujukan supaya tidak ditemukannya lagi siswa yang kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Sebagaimana

3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Implementasi

Program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS di SMP N 1 Sewon Implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pembelajaran dihadapkan dengan faktor pendukung dan faktor penghambat. a. Faktor Pendukung Program merupakan salah satu komponen dalam suatu kebijakan. Program yang telah disusun harus segera dilaksanakan agar mampu mencapai tujuan dari program tersebut. Implementasi program akan berjalan secara optimal apabila mendapatkan dukungan dari seluruh aspek dan komponen yang terkait dalam implementasi. Adapun dukungan implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan pendidikan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon, antara lain: 1 Kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang berpartisipasi sejalan dengan program lesson study, yaitu: a peran serta kepemimpinan kepala sekolah dapat ditunjukkan dalam kegiatan reflekssi yaitu memberikan penguatan hasil temuan observer dan memberi masukan secara teknis kepada observer; b urusan KBM selaku koordinator yang mempersiapkan kelengkapan administrasi, c guru yang ikut 119 berpartisipasi, baik sebagai guru model yang dapat menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan RPP, observer yang dapat menaati aturan selama malakukan pengamatan, dan moderator yang dapat menghidupkan jalannya diskusi pada kegiatan refleksi; dan d siswa yang berpartisipasi secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Keterlibatan dari berbagai pihak yang sudah diuraikan di atas, sudah sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Edward III 1980: 11 bahwa keberhasilan implementasi tidak hanya dilihat dari seberapa banyak SDM yang ikut terlibat, tetapi juga diimbangi dengan dimilikinya kemampuan dan keterampilan yang diperlukan oleh program. 2 Adanya komunikasi dalam bentuk koordinasi dan kerja sama yang dilakukan antara kepala sekolah dengan staff, kepala sekolah dengan guru, dan antarguru baik dalam kegiatan persiapan lesson study maupun perencanaan pembelajaran. Seperti yang disampaikan oleh Subarsono 2008: 90 bahwa komunikasi perlu dilakukan, supaya tujuan dan sasaran suatu program dapat diketahui oleh kelompok sasaran. 3 Adanya motivasi dan rasa percaya diri yang kuat dari para guru di SMP N 1 Sewon untuk meningkatkan mutu pembelajaran khususnya melalui program LSBS. 120 4 Adanya dana BOS yang dialokasikan ke RKAS Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah pada setiap satu semester yang digunakan untuk menunjang impelementasi program LSBS. 5 Tersedianya sarana dan prasarana memadai yang dimiliki oleh sekolah, yaitu ruangan dengan kapasitas besar yang dapat digunakan sebagai tempat melaksanakan program LSBS yang telah dilengkapi dengan fasilitas penunjang pembelajaran, seperti proyektor, LCD, OHP, laptop, dan microphone. 6 Adanya komitmen dari masing-masing pihak yang berpartisipasi pada program LSBS, yaitu mau menindaklanjuti hasil diskusi di dalam kegiatan refleksi berupa rancangan pembelajaran. Selain itu, komitmen juga ditunjukkan dengan saling terbuka, sharing dengan guru lainnya terkait dengan permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan pembelajaran. Seperti yang disampaikan oleh Subarsono 2008: 91-92 bahwa perlu adanya disposisi yang baik dari setiap implementator baik berupa komitmen maupun kejujuran, supaya dapat menjalankan program sesuai dengan tujuan yang telah disusun sebelumnya. b. Faktor Penghambat Implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon tidak selalu terselenggara seperti yang direncanakan. Dikarenakan adanya faktor yang menghambat dalam melaksanakan program tersebut. Dalam hal ini, faktor yang menghambatnya adalah keterbatasan waktu yang 121 dimiliki oleh masing-masing guru di SMP N 1 Sewon. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Subarsono 2008: 89, bahwa kompleksitas implementasi bukan saja ditunjukkan oleh banyaknya aktor yang terlibat, tetapi juga dikarenakan proses implementasi dipengaruhi oleh berbagai variabel yang kompleks. Masing-masing variabel pengaruh tersbut juga saling berinteraksi satu sama lain. Implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon masih terhambat oleh waktu. Hambatan tersebut dapat ditemui pada kegiatan pengaturan jadwal, dimana urusan KBM selaku koordinator LSBS masih kesulitan mencari observer yang serumpun dengan mata pelajaran yang sedang lesson study. Dikarenakan koordinator harus mencocokkan jadwal mengajar antara guru yang berperan sebagai guru model dengan observer. Selain itu, hambatan keterbatasan waktu juga ditemui pada kegiatan gladi bersih dan briefing, dimana sekolah tidak mengadakan gladi bersih dan briefing sebelum rancangan pembelajaran dilaksanakan. Seharusnya, rancangan pembelajaran dikomunikasikan terlebih dahulu kepada para observer untuk memberi gambaran tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan. Supaya masing- masing observer dapat merencanakan pengamatan yang akan mereka lakukan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Daryanto dan Muljo Rahardjo 2012: 60, bahwa sebelum proses pembelajaran berlangsung sebaiknya dilakukan briefing kepada para pengamat 122 untuk memberi gambaran secara umum tentang pembelajaran yang akan dilakukan. Sehingga proses observasi dalam pembelajaran dari suatu lesson study dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan pemaparan di atas, maka pembahasan penelitian tentang implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 13. Pembahasan Penelitian tentang Implementasi Program LSBS sebagai Pendukung Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP N 1 Sewon No. Variabel Implementasi 1. Proses perencanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon - Proses perencanaan didasari oleh adanya permasalahan dalam menyelenggarakan pembelajaran. perencanaan program dimulai dengan membuat skala prioritas kebutuhan, kemudian dilanjutkan dengan membuat tim pelaksana program. 2. Implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon - Implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon didasari oleh adanya keinginan dari masing-masing guru untuk belajar dan diberi masukan dari guru lain mengenai penyelenggaraan pembelajaran. a. Plan Perencanaan - Kegiatan plan dilakukan untuk merencanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa, yang kemudian dituangkan dalam bentuk RPP dan LKS. b. Do Pelaksanaan - Kegiatan do dilakukan untuk menerapkan rancangan pembelajaran. Guru model dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP, sedangkan observer yang hadir dapat menaati aturan dalam melakukan pengamatan. Adapun fokus pengamatan observer selama melakukan pengamatan adalah segala aktivitas belajar siswa bukan pada guru model. 123 Lanjutan Tabel 13. Pembahasan Penelitian tentang Implementasi Program LSBS sebagai Pendukung Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP N 1 Sewon No. Variabel Implementasi 2. Implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon

c. See Refleksi

- Kegiatan see dilakukan untuk mendiskusikan hasil temuan observer selama melakukan pengamatan. Bahan diskusi adalah pertanyaan yang ada pada lembar observasi yaitu fenomena ativitas belajar siswa. Hasil diskusi didapatkan rencana tindakan untuk mengatasi siswa yang kesulitan dalam pembelajaran. Semua observer menyanggupi mau mencoba rencana tersebut pada pembelajaran berikutnya. 3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Program LSBS di SMP N 1 Sewon a. Faktor pendukung 1 Kompetensi yang dimiliki oleh pihak- pihak yang berpartisipasi, antara lain: kepala sekolah, urusan KBM selaku koordinator, guru baik yang berperan sebagai guru model, observer, maupun moderator, dan siswa. 2 Anggaran dana 3 Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. 4 Komitmen dari semua pihak yang berpartisipasi. b. Faktor penghambat - Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh para guru. Sumber: Diolah dari Data Primer dan Data Sekunder 124

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perencanaan program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS di SMP N 1 Sewon dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari pihak luar sekolah. Proses perencanaan program LSBS didasari oleh adanya permasalahan dalam menyelenggarakan pembelajaran. Langkah pertama dalam perencanaan adalah membuat skala prioritas kebutuhan program, kemudian dilanjutkan dengan membentuk tim pelaksana program. 2. Implementasi program Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon dimulai dengan tahap plan yang dilakukan secara kolaboratif, yaitu merencanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang kemudian dituangkan dalam sebuah RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan tahap do, yaitu menerapkan rancangan pembelajaran yang secara langsung diamati oleh observer. Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa dapat dengan mudah memahami materi yang dipelajari. Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan tahap see yang dihadiri oleh seluruh pihak hadir pada kegiatan do untuk mendiskusikan hasil temuan observer selama melakukan