32 Tabel 3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok kooperatif Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Fase 4 Membimbing kelompok
bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase 5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah
dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil hasil belajar individu dan
kelompok.
Sumber: Ibrahim, dkk. dalam Trianto 2010: 66-67
d. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat berbagai model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Setiap variasi pembelajaran kooperatif memiliki
karakteristik masing-masing. Agar efektif, pemilihan variasi pembelajaran kooperatif haruslah disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi yang akan
disampaikan. Beberapa contoh variasi model pembelajaran kooperatif antara lain Student Team-Achievement Division STAD, Team-Games-Tournament TGT,
Jigsaw, Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC, Team Accelerated Instruction TAI, Group Investigation GI, dan pendekatan struktural
yang meliputi Think Pair Share TPS dan Numbered Heads Together NHT. Berikut ini beberapa variasi model pembelajaran kooperatif beserta
penjelasan singkatnya: 1 Student Team-Achievement Division STAD
Dalam STAD, siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4 orang secara heterogen. Guru kemudian menyajikan
33 materi yang diikuti oleh diskusi kelompok. Setiap anggota kelompok
memastikan bahwa anggota lainnya telah memahami materi. Di akhir pertemuan, setiap siswa mengerjakan kuis secara individual dan tidak
diperbolehkan saling membantu dengan anggota kelompoknya Slavin, 2009: 11.
2 Jigsaw Pada Jigsaw, siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang
terdiri atas 4 orang secara heterogen. Setiap anggota dalam kelompok bertanggungjawab terhadap satu subtopik yang diberikan oleh guru. Siswa
dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama berkumpul dan membentuk kelompok baru yang terdiri atas 2-3
orang. Setelah berdiskusi dalam kelompok baru tersebut, siswa kemudian kembali pada kelompok asal dan menjelaskan hasil dikusi pada anggota
lainnya. Setelah selesai, siswa mengerjakan tes yang diberikan oleh guru secara individual Trianto, 2010: 73.
3 Teams Games Tournament TGT TGT hampir menyerupai tipe STAD namun diberi tambahan permainan
berupa kompetisi antar kelompok yang disebut dengan turnamen. Dalam TGT, siswa memainkan turnamen melawan kelompok lain untuk
memperoleh skor. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dengan semua tingkat kepandaian dapat menyumbangkan poin bagi kelompoknya.
Sebelum dilakukan turnamen, siswa melakukan diskusi dan mengerjakan tugas secara bersama-sama namun pada saat turnamen siswa tidak boleh
saling membantu siswa lain yang merupakan anggota kelompoknya Slavin, 2009: 13.
34 4 Numbered Heads Together NHT
NHT merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 3-5 orang secara heterogen.
Sebelum berdiskusi, masing-masing anggota kelompok diberi nomor. Kelompok kemudian mendiskusikan setiap tugas yang diberikan dan
memastikan setiap anggota memahami hasil diskusi. Guru kemudian memanggil salah satu nomor untuk maju dan mempresentasikan hasil
diskusi atau hasil pekerjaan kelompok. Pada NHT, setiap siswa dituntut untuk aktif agar dapat benar-benar menguasai materi dan dapat mewakili
kelompok dalam mempresentasikan hasil diskusi Trianto, 2010: 82. 5 Group Investigation GI
Pada GI, siswa dikelompokkan ke
dalam kelompok kecil beranggotakan 2-6 orang. Setiap kelompok diperbolehkan memilih subtopik
dari keseluruhan pokok bahasan yang akan diajarkan. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan laporan yang dihasilkan untuk saling bertukar
informasi dengan kelompok lainnya Trianto, 2010: 78. 6 Make A Match
Pada tipe Make A Match, setelah penyajian materi oleh guru, siswa diminta untuk mengambil satu kartu dari guru. Kartu tersebut dapat berupa
pertanyaan atau jawaban mengenai materi yang disampaikan dan saling berpasangan. Siswa kemudian diminta untuk mencari pasangan dari kartu
yang dimilikinya. Siswa yang dapat menemukan pasangan kartunya sebelum waktu habis memperoleh poin Endang Mulyatiningsih, 2012: 248.
35
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif