22
Program Sangihe Mengajar. Sekolah-sekolah tersebut dipilih berdasarkan letaknya di desa-desa terpencil dan pulau-pulau dengan jumlah guru yang
kurang. Penempatan guru Program Sangihe Mengajar ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Dikpora Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Penempatan guru dilakukan dengan memperimbangkan pengenalan dan pemahaman terhadap wilayah sasaran untuk menjamin para guru akan
bertahan lama di tempat tugasnya. Sebelum diberangkatkan ke wilayah tugasnya, para calon guru mendapatkan orientasi bersama Kepala Desa dan
Kepala Sekolah tujuan.
7. Penyusunan Kesepakatan Bersama Para Pihak.
Dalam rangka mendukung keberadaan para guru Program Sangihe Mengajar di masing-masing daerah sasaran, perlu dilakukan kerjasama dengan
para pihak yang terlibat langsung maupun idak langsung. Oleh Karena itu, Dinas Dikpora melakukan pertemuan bersama yang melibatkan para
camat, kepala desa, dan pengawas sekolah, untuk membahas kontribusi yang dapat dilakukan para pihak untuk mendukung keberhasilan Program
Sangihe Mengajar di daerahnya termasuk memberikan dukungan bagi para guru yang ditempatkan di daerah tersebut. Hasil pertemuan tersebut
kemudian dijadikan Kesepakatan Bersama yang ditandatangani para pihak yang terlibat.
8. Peluncuran Program Sangihe Mengajar.
Peluncuran Program Sangihe Mengajar bertujuan untuk memperkenalkan keberadaan program ini kepada masyarakat luas. Pada saat peluncuran ini
turut hadir antara lain: Kepala Daerah, DPRD, para kepala SKPD, Camat, Kepala Desa, Kepala Sekolah, perwakilan Program Indonesia Mengajar, dan
kelompok sosial kemasyarakatan. Informasi terkait peluncuran program ini kemudian dipublikasikan melalui media cetak dan elektronik.
9. Monitoring dan Pembinaan.
Monitoring dan pembinaan ini dilakukan oleh pengawas sekolah dengan tugas dan fungsi pokok yang melekat padanya. Selama periode Tahun 2012-
2013, pembiayaan untuk monitoring dibiayai melalui APBD, sementara untuk pembinaan didukung oleh Proyek BASICS, seperi pertemuan-
pertemuan koordinasi guru Program Sangihe Mengajar dengan Dikpora.
23
10. Penyusunan Kebijakan Daerah.
Dalam rangka keberlanjutan program Sangihe Mengajar maka perlu selalu dianggarkan melalui APBD. Untuk hal ini Proyek BASICS memberikan
bantuan teknis dalam penyusunan Peraturan Bupai. Pada Tahun 2013 ditetapkan Peraturan Bupai Sangihe Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pengangkatan dan Penempatan Guru pada Program Sangihe Mengajar di Daerah Terpencil Wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe.
C. Dampak dan Perubahan
Sejumlah dampak dan perubahan yang dihasilkan oleh keberadaan Program Sangihe
Mengajar adalah sebagaii berikut:
1. Adanya mekanisme alternaif untuk mengatasi kekurangan guru di pulau-
pulau dan desa terpencil.
Seperi halnya SM-3T dan Indonesia Mengajar, Program Sangihe Mengajar ini
merupakan salah satu solusi dalam penanganan kekurangan guru di pulau- pulau dan desa terpencil. Nilai tambah dari Sangihe Mengajar dibanding
kedua program nasional tersebut adalah memuat kewenangan pemerintah daerah untuk merekrut, menempatkan dan membiayai berdasarkan sumber
daya lokal. Dengan pendekatan ini maka guru yang direkrut akan lebih mudah beradaptasi dengan masyarakat di daerah dimana mereka bertugas.
Program ini telah menjadi kegiatan ruin selama dua tahun terakhir, yang tergambar dari adanya alokasi anggaran di APBD dan keberadaan kebijakan
pemerintah daerah.
2. Alokasi anggaran pendidikan di APBD untuk mengatasi keterbatasan guru di pulau-pulau dan desa terpencil.
Meski program Sangihe Mengajar dimulai pada pertengahan Tahun 2012, namun dengan adanya komitmen dari pemerintah daerah maka
penganggarannya sudah terakomodir dalam APBD Perubahan Tahun 2012 dan kemudian dilanjutkan pada APBD Tahun 2013. Pada Tahun 2012 jumlah
alokasi anggaran yang ditetapkan sebesar Rp 270 juta untuk peruntukan honor guru, monitoring, pengembangan sistem, dan pembiayaan
operasional lainnya. Pada Tahun 2013, khusus untuk honor guru saja dialokasikan APBD sebesar Rp. 180.000.000
24
3. Kontribusi bagi beberapa indikator SPM pendidikan dasar dalam hal jumlah guru mengajar.