41
D.  Pembelajaran
Beberapa hal yang dapat ditarik menjadi pembelajaran dari Program Sumikolah
yang dikembangkan di Kabupaten Minahasa
Utara adalah:
1. Inisiaif  yang  dibangun  dengan
mendorong  pelibatan  akif  pimpinan daerah akan berdampak lebih luas
bagi  opimalisasi  penyelenggaraan layanan pendidikan.
2. Pendekatan yang efekif memerlukan
sinergi nyata berupa komitmen antar sejumlah pihak untuk bekerja bersama-sama sesuai peran, minat,
tanggungjawab dan rasa keadilan masing-masing.
3.  Inisiaif-inisiaif  yang  dikembangkan  perlu  didukung  kebijakan  daerah untuk menjamin inisiaif tersebut dapat berkelanjutan, baik berkelanjutan
atas  dukungan  program  dan  anggaran  ruin  pemerintah  daerah  maupun keberlanjutan pada sisi mekanisme kontrol dan parisipasi masyarakat serta
pihak swasta yang mendukungnya.
E.   Pembiayaan
Dukungan proyek BASICS terhadap Program Sumikolah untuk memperkuat komitmen  Pemerintah  Kabupaten  Minahasa  Utara  dalam  upaya  menekan
ingginya  Angka  Putus  Sekolah  dilakukan  melalui  berbagai  kegiatan  dengan dukungan pendanaan sebesar Rp. 619 juta untuk pembiayaan kegiatan:
1. Ideniikasi dan Veriikasi Siswa Putus Sekolah di 10 Kecamatan;
2. Pelaksanaan Kunjungan Rumah Siswa Putus Sekolah;
3.  Penyediaan Peralatan Sekolah untuk Siswa Putus Sekolah; Penguatan PKBM di 3 Kecamatan daerah pesisir dan kepulauan;
4.  Monitoring dan Evaluasi.
42
F.   Tesimoni
Mahardika perempuan, 13 tahun
Satu  dari  416  anak  yang  kembali  ke  sekolah  formal.  Keika  pendataan  belangsung, Mahardika  tercatat  sebagai  murid  kelas  5  SD  Khatolik  Desa  Wori  dan  idak  lagi
bersekolah sejak bulan April 2011. Melalui program Sumikola, kini Mahardika sudah duduk dibangku kelas 6 siap menjelang kelulusannya di sekolah dasar.
“Kita da breni sekolah  kelas  5  SD.  Tiap  hari  kita  cuma  ba  bantu  pa  mama  ba  jual  kukis  di  pasar.
Lantaran kata ada program Sumikola, mama bilang ba sekolah jo ulang. Skarang kita so di kelas 6 sadiki le somo ujian kelulusan. Terimakase Tuhan”.
Johanes laki-laki, 16 tahun.
Anak laki-laki dari 5 bersaudara ini putus sekolah sejak di bangku kelas 4 SD. Karena usianya sudah remaja, Johanes bersedia menamatkan pendidikannya tapi melalui jalur
non formal di PKBM yang ada di Kecamatan Likupang Barat. “Selain da belajar mata pelajaran sekolah, torang juga diajarkan materi tentang pertanian. Torang pe PKBM da
batanam bawang, bulan depan somo panen, terimakasih BASICS.
Dikpora Kab. Minahasa Utara Komplek Perkantoran Bupai Jl. Arnold Mononutu Saroinsong
Airmadidi Atas Lt. III; Telpfax. 0431-893136 Contact Person: Dirk Defretes, HP: 085256195880
Kontak Detail
43
4.1.4 Pengelolaan  PKBM  Mandiri  dan  Berkualitas  Dalam Mengatasi Putus Sekolah dan Buta Aksara,  Kota Baubau,
Sulawesi Tenggara
Ironis, sebuah kota tempat tujuan belajar dari berbagai kabupaten sekitarnya,
justru ditemukan cukup banyak anak idak sekolah dan buta aksara diantara warganya sendiri.  Fakta ini terjadi di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Temuan
survei rumah tangga yang dilakukan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Dikmudora Kota Baubau bersama PKBM pada awal Tahun 2011 menyebutkan
bahwa: 1.801 anak putus SDMI, 42 perempuan. Selain itu ditemukan juga 818 anak putus sekolah SMPMTs 41 perempuan. Hampir semua anak putus
sekolah  tersebut  disebabkan  faktor  ekonomi.  Mereka  putus  sekolah  untuk membantu ekonomi keluarga.
Survei  dan  temuan  Dikmudora  yang  didukung  Proyek  BASICS  menjadi  dasar pijak bagi inisiaif yang dikembangkan dalam mengentaskan anak putus sekolah
dan  buta  aksara  di  Kota  Baubau  selama  periode    tahun  2011-2013  melalui peningkatan kapasitas PKBM yang mandiri dan berkualitas.
A.   Masalah dan Peluang Sampai dengan Tahun 2010, Kota Baubau belum memiliki data anak putus