62
E. Rekomendasi
1. Pemerintah pusat perlu mengalokasikan dana BOS berdasarkan kebutuhan riil
sekolah dan memperimbangkan besar kecilnya sekolah sehingga alokasi dana
BOS lebih proporsional dan adil.
2. Pemerintah pusat perlu menerbitkan peraturan yang mewajibkan pemerintah
daerah mengalokasikan dana tambahan ke sekolah untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan operasional sekolah yang idak dapat ditutup
dengan BOS.
3. Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam menyusun kebijakan pendanaan pendidikan.
4. Pemerintah daerah perlu menerbitkan peraturan pendukung untuk menjamin keberlanjutan dana tambahan operasional sekolah.
F. Esimasi Pembiayaan
Perkiraan anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan program BOSP ini adalah sebesar Rp 250 juta. Dana tersebut dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan
sosialisasi tentang peningnya BOSP, penghitungan BOSP dan kesenjangan pembiayaan operasional sekolah, penyusunan rekomendasi teknis kepada
pengambil keputusan, advokasi regulasi Peraturan BupaiWalikota, uji publik regulasi, dan penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan.
G. Tesimoni
Drs. H. Isbayir, MM – Pengawas Sekolah Menengah, Dinas Pendidikan Kabupaten Bulukumba:
“Penghitungan BOSP memberikan acuan bagi pemerintah daerah untuk membuat rencana anggaran pendidikan dan membantu sekolah menghitung kebutuhan operasionalnya selama
satu tahun. Bagi masyarakat, formula ini akan meningkatkan transparansi sekolah yang dapat memperkuat parisipasi masyarakat dalam pendanaan sekolah”. Dengan adanya tambahan
dana ini, saya harap sekolah dapat meningkatkan kualitas guru dan siswa, serta memperbaiki kualitas layanan sekolah.”
Kontak Detail
Dinas Pendidikan Kabupaten Bulukumba Jl. A. Yani No. 41 Bulukumba, Sulawesi Selatan, 92 152
Tlp +62-41381054
63
4.2.3 Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik, Kota Probolinggo, Jawa Timur
Manajemen Berbasis Sekolah MBS merupakan wujud otonomi sekolah sejalan dengan kebijakan desentralisasi kewenangan pendidikan dan dimaksudkan
agar sekolah mempunyai otonomi yang lebih besar untuk menyelenggarakan program dan kegiatannya dengan mendorong peran serta masyarakat melalui
Komite Sekolah. Banyak upaya telah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun mitra pembangunan untuk mendukung pemerintah
daerah dan sekolah-sekolah dalam pelaksanaan MBS. Seperi diketahui desentraliasi pengelolaan pendidikan hingga ke ingkat
sekolah ditujukan kepada upaya memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas sesuai dengan amanat standar pelayanan pendidikan, khususnya
standar pelayanan minimal SPM serta Standar Pelayanan Pubik SPP. Di Kota Probolinggo MBS dengan pendekatan Kinerja diterapkan di 20 sekolah mitra
sebagai program percontohan. Dalam pendekatan ini pihak penyedia sekolah dan pengguna layanan murid dan orangtua diperkuat secara bersamaan.
64
A. Masalah dan Peluang
Sebelum kerjasama dengan Kinerja USAID
dimulai, sekolah-sekolah di Kota Probolinggo rata-
rata sudah mulai leluasa untuk mengatur urusan
operasional, program, dan anggaran secara otonom.
Walaupun mereka sudah diberi pembekalan dan
dukungan peningkatan kapasitas melalui program
mitra pembangunan lain, masih ditemukan kekurangan ketrampilan semua pihak untuk menerapkan
kebijakan MBS secara efekif. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana pengambilan keputusan melibatkan pihak-pihak selain kepala sekolah. Komite
sekolah sebagai wadah orangtua dan masyarakat umum kurang berparisipasi
secara akif dalam pengambilan keputusan strategis. Di sisi lain intervensi Dinas Pendidikan secara umum juga masih cukup inggi
yang dapat dilihat dari intervensi dan dokumen kebijakan yang rata-rata seragam. Akibatnya kebijakan dan inisiaif yang diambil oleh sekolah belum
secara efekif mencerminkan kondisi dan kebutuhan spesiik seiap sekolah dan kurang berdampak pada peningkatan mutu. Selain itu, sekolah belum
mempunyai ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengkaitkan perencanaan dan program sekolah dengan SPM dan SNP.
B. Strategi Implementasi