25
sekolah dan belajar. Kehadiran siswa juga semakin baik, semangat belajar siswa mulai meningkat, beberapa alat peraga sekolah yang selama ini idak
dimanfaatkan  mulai  dipahami  penggunaannya  serta  mulai  tumbuhnya perhaian orang tua murid agar anaknya lebih prioritas ke sekolah.
D.   Pembelajaran
Beberapa hal yang dapat ditarik sebagai pembelajaran dari Program  Sangihe
Mengajar adalah: 1.  Memprioritaskan sumber daya
lokal, calon guru berkualitas dari
kabupatenkota yang
bersangkutan, untuk ditempatkan sebagai tenaga pendidik di pulau-
pulau dan desa terpencil. 2.
Program Sangihe Mengajar merupakan satu bentuk penerapan kewenangan pemerintah daerah dalam menangani persoalan kekurangan guru di pulau-
pulau dan desa terpencil. 3.  Keterampilan dan pengetahuan guru yang didukung dengan pendekatan
yang tepat, sangat mendukung moivasi siswa belajar. 4.
Peran  sebuah  program  bantuan  donor  seperi  Proyek  BASICS,  ternyata cukup efekif sebagai pemicu, fasilitator dan inovasi prakik-prakik cerdas
yang sudah dikembangkan di tempat lain dan tetap sejalan dengan program dan kebijakan pemerintah pusat.
F.  Pembiayaan
Untuk mendukung pemenuhan guru di daerah terpencil dan kepulauan melalui Program Sangihe Mengajar, Proyek BASICS telah mengalokasikan dana sebesar
174,773,000,- selama Tahun 2012 dan Tahun 2013.
Dana tersebut dipergunakan untuk penguatan kapasitas Dinas Dikpora, penguatan kapasitas Tim P2SM, pelaksanaan sosialisasi, seleksi dan pelaihan
bagi guru, peluncuran program, honor guru, dan kegiatan pembinaan berkala. Untuk menjamin kepasian bahwa Program Sangihe Mengajar berjalan sesuai
dengan  yang  diharapkan  dengan  asas  efekiitas  dan  eisiensi  serta  produkif dilakukan  kegiatan  monitoring  dan  evaluasi  dengan  alokasi  anggaran  Rp.
64.240.000 .
26
G.  Tesimoni
Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Sangihe Jl. Baru Tona-Tahuna
Kabupaten Kepulauan Sangihe 95815 TlpFax:0432 21701; 0432 21701
E-mail: dinasdikpora-sangihe.com;
htp:www.dikpora-sangihe.com
Rita Mirontoneng, Guru Sangihe Mengajar di SD Inpres Mandoi Kampung Malisade, Tabukan Tenggara
Program Sangihe  Mengajar menempatkan  Rita Mirontoneng, 29 tahun,  sebagai  Guru  Tidak Tetap di SD Inpres Mandoi, Kampung Malisade, Kec. Tabukan Tenggara. Kehadiran Rita sebagai
guru terbilang cukup berprestasi. Pasalnya, baru 2 bulan ditempatkan di sekolah tersebut Rita sudah  berhasil  menerapkan  metode  pembelajaran  inovaif    dan  membuat    proses  belajar
mengajar menjadi lebih menarik bagi peserta didik.  Pengawas Sekolah dari Kecamatan memuji kemampuan Rita yang menjadi contoh bagi guru-guru PNS lainnya di sekolah tersebut. “Saya
bangga sekali dijadikan contoh oleh Pengawas Sekolah.”
Sri Abast, 29 tahun: Guru Tidak Tetap Program Sangihe Mengajar di Pulau Selengkere
“Pada  awal  saya  bertugas,  masyarakat  kurang  menerima  saya  karena  mereka  idak percaya. Setelah mereka sering menginip sewaktu saya sedang mengajar di kelas dan
anak-anak diajari Bahasa Ingris, maka mereka mulai menerima saya. Sekarang anak-anak menjadi semangat sekali bersekolah. Dulu biasa datang jam 9 karena malamnya pergi
mengail ikan dengan orang tuanya, sekarang jam 7 pagi mereka sudah datang semua.”
Kontak Detail
27
4.1.2  Program  Basekolah:  Kerjasama  Mulipihak    dalam Penanganan      Pendidikan  Anak  Putus  Sekolah  di  Kota
Bitung, Sulawesi Utara.
Pada  tahun  2011,  sebuah  media  lokal  Kota  Bitung  melansir  berita  bahwa ditemukan 1.830 anak putus sekolah pendidikan dasar di Kota Bitung. Reaksi
keraspun kemudian bermunculan dari sejumlah anggota DPRD dan Pemerintah Daerah  Kota  Bitung.  Walikota  Bitung  memerintahkan  jajaran  di  SKPD  terkait
untuk mengecek kebenaran data tersebut sekaligus  melakukan upaya untuk mengatasi  permasalahan  putus  sekolah  pendidikan  dasar  di  Kota  Bitung.
Melalui  kerjasama  mulipihak  dan  dengan  dukungan  Proyek  BASICS,  lahirlah Program Basekolah.
Program  ini  merupakan  sebuah  kerjasama  mulipihak  antara  pemerintah daerah, khususnya beberapa SKPD terkait  urusan pendidikan dan penanganan
kemiskinan, pemerintah kecamatan dan kelurahan, organisasi masyarakat sipil, organisasi  profesi  pendidikan,  kelompok  kepemudaan,  kelompok  perempuan,
dan mendapatkan dukungan penuh DPRD Kota Bitung.
A.  Masalah dan Peluang