Masalah dan Peluang Sampai dengan Tahun 2010, Kota Baubau belum memiliki data anak putus

43 4.1.4 Pengelolaan PKBM Mandiri dan Berkualitas Dalam Mengatasi Putus Sekolah dan Buta Aksara, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara Ironis, sebuah kota tempat tujuan belajar dari berbagai kabupaten sekitarnya, justru ditemukan cukup banyak anak idak sekolah dan buta aksara diantara warganya sendiri. Fakta ini terjadi di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Temuan survei rumah tangga yang dilakukan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Dikmudora Kota Baubau bersama PKBM pada awal Tahun 2011 menyebutkan bahwa: 1.801 anak putus SDMI, 42 perempuan. Selain itu ditemukan juga 818 anak putus sekolah SMPMTs 41 perempuan. Hampir semua anak putus sekolah tersebut disebabkan faktor ekonomi. Mereka putus sekolah untuk membantu ekonomi keluarga. Survei dan temuan Dikmudora yang didukung Proyek BASICS menjadi dasar pijak bagi inisiaif yang dikembangkan dalam mengentaskan anak putus sekolah dan buta aksara di Kota Baubau selama periode tahun 2011-2013 melalui peningkatan kapasitas PKBM yang mandiri dan berkualitas.

A. Masalah dan Peluang Sampai dengan Tahun 2010, Kota Baubau belum memiliki data anak putus

sekolah dan buta aksara. Data yang dimiliki hanya merupakan data proyeksi pemerintah kota atau data-data yang bersumber laporan sekolah. Arinya, anak- 44 anak yang idak pernah sekolah, buta aksara idak termuat didalamnya. Hal ini juga mengakibatkan idak adanya alokasi anggaran program bidang pendidikan luar sekolah di Dinas Pendidikan. Keiadaan data anak putus sekolah dan buta aksara menyebabkan Pemerintah Kota Baubau belum menyusun strategi khusus dalam menangani pengentasan anak putus sekolah dan buta aksara. Peta sebaran kantong-kantong anak putus sekolah dan buta aksara belum diketahui secara spesiik. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM di Kota Baubau cukup banyak dan belum berfungsi opimal. Faktanya tercatat ada 14 PKBM yang tersebar di 8 kecamatan Kota Baubau. Keberadaan PKBM tersebut belum ditunjang kebijakan program dan anggaran pemerintah daerah. Proses pembelajaran di PKBM dilakukan secara sukarela, belum dilakukan secara profesional. Umumnya tutor mengajar berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya masing-masing, idak ada pedoman atau kurikulum. Demikian pula proses administrasi bagi warga belajar dan guru mengajar belum dikelola dengan baik dan didokumentasikan oleh Dikmudora. Terdapat beberapa peluang yang dapat diopimalkan, diantaranya: 1 PKBM dan Dikmudora dapat bekerjasama melakukan pendataan anak putus sekolah, buta huruf dan buta aksara; 2 PKBM dapat berkontribusi memberikan proses pembelajaran sekaligus menjawab satu faktor penyebab anak putus sekolah tekanan ekonomi keluarga; 3 PKBM dan sekolah dapat saling bekerjasama dan mendukung proses pembelajaran dan juga transformasi metode pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, kehadiran guru sekolah untuk mengajar di PKBM menjaga kualitas kurikulum pembelajaran bagi warga belajar di PKBM. Pada sisi lain guru tersebut mendapatkan jam mengajar yang lebih serta memiliki keterampilan teknis lain yang idak dimiliki selama mengajar di sekolah, misalnya: pembuatan anyaman rotan, grabah, dll.

B. Langkah-langkah Pelaksanaan