Persentase Balita Dengan Gizi Kurang

Bab 3. Akuntabilitas Kinerja LKj IP Kota Dumai Tahun 2016 95 0,01 0,01 0,01 3 3 3 1 2 3 4 2014 2015 2016 Pencapaian Target tahun 2015, sudah ditemukan kasus balita dengan gizi buruk. Hal Ini berkat optimalisasi implementasi kegiatan perawatan kesehatan masyarakat perkesmas yang mulai diaktifkan kembali sejak tahun 2015, salah satunya melalui pelacakan kasus balita dengan gizi buruk. Pada tahun 2016 ditemukan 3 kasus balita dengan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Jaya. Dengan demikian persentase balita dengan gizi buruk di Kota Dumai pada tahun 2016 adalah 0,01. Bila dibandingkan dengan tahun 2015 dimana ditemukan kasus gizi buruk sebanyak 5 kasus, maka ada peningkatan kasus gizi buruk pada tahun 2016. Bila dibandingkan dengan target Kota Dumai Tahun 2016 yakni sebesar 3, maka pencapaian tersebut masih di bawah target. Grafik 3.16 Pencapaian Persentase Balita Dengan Gizi Buruk Kota Dumai dari Tahun 2014 sampai dengan 2016 Keseluruhan kasus gizi buruk sudah diintervasi dengan pemberian makanan tambahan pemulihan berupa susu selama 90 hari, sudah dilakukan pemantauan oleh TPG dengan melakukan pengukuran antropometri meliputi penimbangan BB setiap minggu, pengukuran TB setiap bulannya, pemeriksaan klinis oleh dokter puskesmas, dan pemberian konseling dan penyuluhan gizi kepada ibu atau pengasuhnya.

2. Persentase Balita Dengan Gizi Kurang

Gizi Kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun. Kasus balita dengan gizi kurang di Kota Dumai masih sering ditemukan dan jumlahnya cenderung mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh tingginya mobilitas warga pendatang dari luar Kota Dumai, dimana warga pendatang ini pada umumnya masih kurang berperilaku hidup bersih dan sehat Bab 3. Akuntabilitas Kinerja LKj IP Kota Dumai Tahun 2016 96 0,31 0,41 0,41 7 7 7 2 4 6 8 2014 2015 2016 Pencapaian Target PHBS dan jarang mau datang ke sarana kesehatan posyandu, poskeskel dan puskesmas untuk memeriksakan kesehatan balitanya. Selama tahun 2016 kasus balita dengan gizi kurang yang ditemukan di Kota Dumai sebanyak 152 kasus dari 37.247 balita yang ditimbang, sehingga persentase balita dengan gizi kurang di Kota Dumai adalah sebesar 0,41. Bila dibandingkan dengan tahun 2015 dimana kasus balita dengan gizi kurang yang ditemukan di Kota Dumai sebanyak 126 kasus dengan persentase balita dengan gizi kurang sebesar 0,41, terlihat ada peningkatan kasus balita dengan gizi kurang. Bila dibandingkan dengan target Kota Dumai Tahun 2016 yakni sebesar 7, maka pencapaian tersebut masih di bawah target. Grafik 3.17 Pencapaian Persentase Balita Dengan Gizi Kurang Kota Dumai dari Tahun 2014 sampai dengan 2016 Melalui pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat perkesmas yakni pelacakan kasus balita dengan gizi kurang selama tahun 2016 ditemukan 207 kasus balita gizi kurang dan balita BGM. Setelah dilakukan intervensi berupa pemberian PMT pemulihan berupa susu yaitu sebanyak 80 gram selama 90 hari dan pemantauan setiap minggunya dengan cara melakukan pengukuran antropometri yaitu menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan balita, pada akhir tahun 2016 jumlah kasus balita gizi kurang dan balita BGM berkurang menjadi 38 kasus balita gizi kurang. Melalui pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan secara terus menerus setiap bulannya di posyandu terutama pada balita BGM Bawah Garis Merah oleh petugas kesehatan, pengadaan PMT Pemberian Makanan Tambahan, pemberian vitamin balita dan penyuluhan gizi kepada masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki balita, maka kejadian gizi kurang pada balita diharapkan dapat segera diantisipasi. Bab 3. Akuntabilitas Kinerja LKj IP Kota Dumai Tahun 2016 97 Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan rujukan Sasaran strategis 10 ini merupakan salah satu upaya untuk mencapai tujuan “Mewujudkan pembangunan kesehatan yang menjangkau semua lapisan masyarakat”. Sasaran ini didukung SKPD secara terpadu yaitu Rumah Sakit Umum Daerah RSUD. Untuk mengukur sasaran misi kedua ini terdapat 6 enam indikator sasaran. Berikut ditampilkan capaian kinerja sasaran yang tersaji pada tabel 3.25 berikut di bawah ini : Tabel 3.25. Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Strategis 10 No Indikator Kinerja Sasaran Satuan Tahun 2016 Target Realisasi Capaian 1 Persentasi Pemakaian Tempat Tidur Di RSUD BOR