Permasalahan Kelembagaan Permasalahan Danau

Gambar 3.3. Permasalahan Danau Rawapening Sumber BLH Kab Semarang, 2011

3.2 Pemanfaatan Danau

Berdasarkan hasil studi KLH, 2011, maka pemanfaatan air Danau Rawapening adalah sebagai berikut Gambar 3.4: a I rigasi Pengairan: luas sawah irigasi yang diairi 19.814 Ha, intensitas tanam 250 , produksi beras 3-4 ton ha; b Pembangkit Listrik: kapasitas produksi terpasang 25.000 KW; c Usaha Perikanan: luas budidaya ikan 5000 Ha, produksi ikan 700 ton tahun; d Air Minum: kapasitas produksi air baku 750 lt dt; e Pariwisata: kunjungan wisata sebesar 219.070 wisatawan; f Usaha penambangan gambut: produksi per harinya 50 ton; g Usaha pengamblan enceng gondok: produksi per harinya 10 ton. Gambar 3.4 Pemanfaatan Sumber Daya Air Danau Rawapening Sumber : BPLH Provinsi Jawa Tengah, 2009 Hasil studi karakteristik Rawapening BalitBang Prov Jateng, 2003 menggambarkan kebergantungan kegiatan ekonomi masyarakat yang signifikan pada keberadaan Danau Rawapening. Kebergantungan tersebut dalam wujud memanfaatkan Danau Rawapening dalam berbagai sektor, yaitu sektor pertanian, irigasi, pariwisata, PDAM, PLTA, perikanan, pengendali daya rusak air, serta habitat air dan fauna. Kegiatan sektor pertanian yang dilakukan oleh masyarakat sekitar berupa penggunaan lahan pasang surut seluas 822 ha yang berkaitan dengan pengaturan operasi air danau. Air Danau Rawapening yang dipergunakan untuk irigasi sawah seluas 39.277 Ha di Kabupaten Semarang, Demak dan Grobogan. Daerah irigasi Glapan Barat seluas 8.896 Ha. Pengoperasian PLTA Jelok yang dibangun pada tahun 1938 dan PLTA Timo yang dibangun pada tahun 1962 dengan kapasitas maksimum 24.500 Kwh sangat bergantung pada ketersediaan air danau. Produksi listrik PLTA Jelog dari tahun 1984 sampai 2010 tercatat 2.520.740.439 KWh atau rata-rata per tahun 93.360.757 KWh yang sangat vital untuk memenuhi kebutuhan listrik di Jawa Tengah. Pola operasi PLTA Jelog sesuai dengan pengaturan air dari PSDA, jika curah hujan banyak maka produksi banyak. Jadi, sangat bergantung pada kondisi Danau Rawapening Sutarwi, 2008. Air Danau Rawapening juga dimanfaatkan sebagai PDAM di Kanal Tuntang untuk mensuplai air bagi rumah tangga, kantor, dan industri yang dapat ditingkatkan dari 250 liter detik menjadi 1.100 liter detik. Selain PDAM, air dari kanal Tuntang juga dimanfaatkan sebagai sumber air kemasan yang diambil langsung dari mata air Muncul dan untuk industri Apac I nti Karangjati sebesar 100 liter per detik Bappeda, 2005. Pemanfaatan Rawapening sebagai salah satu obyek wisata Jawa Tengah berkaitan dengan potensi yang dimilikinya, yaitu wisata alam dan wisata budaya. Wisata alam merupakan bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan keindahan alam yang sangat mempesona dalam menghayati kehidupan di alam. Sedangkan wisata budaya, yaitu pendukung kegiatan wisata alam dalam menampilkan berbagai jenis atraksi dan obyek yang menarik. Aspek lain yang mendukung tercapai pemanfaatan Rawapening sebagai salah satu obyek wisata adalah kawasan Rawapening sudah lama dikenal dengan berbagai atraksi wisata alam maupun buatan manusia, seperti wisata alam dengan iklim yang sejuk dan pemandangan yang indah, potensi pengembangan wisata sejarah dan budaya maupun wisata yang kesehatan olah raga sebenarnya cukup tersedia Retnaningsih, 2001. Keberadaan Kawasan Rawapening di tengah triangle Yogya-Semarang-Solo membuat kawasan ini memiliki kekuatan strategis dan potensial untuk dikembangkan melalui kegiatan pariwisata. Pada Tahun 2001 Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah mencanangkan Kawasan Rawapening sebagai kawasan wisata air. Pemilihan Kawasan Rawapening untuk dikembangkan sebagai kawasan dengan atraksi wisata air didukung dengan kondisi kawasan yang berupa danau dengan pemandangan alam dan kurang tersedianya obyek wisata dengan atraksi wisata air di Jawa Tengah. Kebergantungan petani dan nelayan pada keberadaan Rawapening sangat besar sekali. Jumlah nelayan dan petani ikan di sekitar Danau Rawapening, yakni 2.196 jiwa. Nelayan Rawapening berasal dari sepuluh desa, yakni Desa Asinan, Bejalen, Banyubiru, Kebondowo, Rowoboni, Rowosari, Sraten, Kesongo, Lopait, dan Desa Tuntang. Kesepuluh desa itu tersebar di empat kecamatan yakni Kecamatan Banyubiru, Bawen, Ambarawa, dan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Perikanan yang telah dikelola masyarakat dalam bentuk usaha budidaya penyediaan benih ikan, penangkapan ikan, dan usaha pengepul ikan. Sistem budi daya ikan di Danau Rawapening ada dua macam, yaitu keramba tancap gorobog bambu di Desa Rowoboni, dan Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru, dan keramba jaring apung KJA di Desa Ngasinan, Desa Sumurup Kecamatan Bawen, serta kelurahan Tambakboyo Kecamatan Ambarawa. Penangkapan ikan dilakukan dengan bantuan alat tangkap berupa seser, kere, jala arang, jala sogok, jala kalar, jala kerep, pancing kalar, susuk, branjang, dan anco. Hasil tangkapan ikan per hari tahun 1970 rata-rata mencapai 50-100 kg. Hingga tahun 2009 hasil produksi ikan dari danau dan sungai sekitar Rawapening mencapai 1.150,1 ton. Jenis ikan lele dan nila hitam masih mendominasi produksi ikan pada tahun 2009. Usaha pengepul ikan terdiri atas pemasaran hasil tangkapan dan usaha pengolahan hasil tangkapan. Jenis-jenis ikan yang terdapat di Rawapening adalah ikan mas, gurami, tawes, kutuk, nila, mujaher, belut, lele, patin, bawal, dan cethol BPS Kabupaten Semarang, 2010. Potensi lain dari Danau Rawapening adalah telur ikan nilem yang biasa ada hanya disekitar Rawapening pada akhir November – awal Desember. Pada musim ikan Rawapening bertelur, ikan naik ke sungai kemudian masuk sawah untuk bertelur, biasanya bulan November minggu ke 3 – 4, sampai desember minggu 1. Telur ikan yang melimpah adalah telur ikan nilem atau telur wader ijo, karena ikan inilah banyak yang ditangkap nelayan Rawapening pada akhir November. Terdapat fluktuasi produksi perikanan Danau Rawapening. Pengaruh perikanan di Danau Rawapening terlihat sangat nyata terhadap kualitas air danau karena penempatan karamba baik tancap maupun jaring apung yang hanya terkumpul pada lokasi tertentu seperti Tuntang, Asinan, Kejalen dan Bukit Cinta. Arahan Pemerintah Kabupaten Semarang, kultur jaring apung ikan di Danau Rawapening terletak pada zona pemancingan 3 ha di sub zona Puteran Banyubiru dan 1,5 serta 3 ha di dekat sub zona Cobening Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Semarang, 2007. Sampai tahun 2009 jumlah keramba yang berada di Danau Rawapening sejumlah 752 unit, sedangkan usaha perikanan darat minapadi mencapai luas 2,5 ha ikut menyumbang produksi perikanan darat BPS Kabupaten Semarang, 2010.

3.3 Kualitas Air dan Status Trofik

Di bawah ini akan dijelaskan kualitas air sungai dan Danau Rawapening serta status trofik Danau Rawapening.