Pemanfaatan Danau daya tampung beban pencemaran rawa pening

sampai 2010 tercatat 2.520.740.439 KWh atau rata-rata per tahun 93.360.757 KWh yang sangat vital untuk memenuhi kebutuhan listrik di Jawa Tengah. Pola operasi PLTA Jelog sesuai dengan pengaturan air dari PSDA, jika curah hujan banyak maka produksi banyak. Jadi, sangat bergantung pada kondisi Danau Rawapening Sutarwi, 2008. Air Danau Rawapening juga dimanfaatkan sebagai PDAM di Kanal Tuntang untuk mensuplai air bagi rumah tangga, kantor, dan industri yang dapat ditingkatkan dari 250 liter detik menjadi 1.100 liter detik. Selain PDAM, air dari kanal Tuntang juga dimanfaatkan sebagai sumber air kemasan yang diambil langsung dari mata air Muncul dan untuk industri Apac I nti Karangjati sebesar 100 liter per detik Bappeda, 2005. Pemanfaatan Rawapening sebagai salah satu obyek wisata Jawa Tengah berkaitan dengan potensi yang dimilikinya, yaitu wisata alam dan wisata budaya. Wisata alam merupakan bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan keindahan alam yang sangat mempesona dalam menghayati kehidupan di alam. Sedangkan wisata budaya, yaitu pendukung kegiatan wisata alam dalam menampilkan berbagai jenis atraksi dan obyek yang menarik. Aspek lain yang mendukung tercapai pemanfaatan Rawapening sebagai salah satu obyek wisata adalah kawasan Rawapening sudah lama dikenal dengan berbagai atraksi wisata alam maupun buatan manusia, seperti wisata alam dengan iklim yang sejuk dan pemandangan yang indah, potensi pengembangan wisata sejarah dan budaya maupun wisata yang kesehatan olah raga sebenarnya cukup tersedia Retnaningsih, 2001. Keberadaan Kawasan Rawapening di tengah triangle Yogya-Semarang-Solo membuat kawasan ini memiliki kekuatan strategis dan potensial untuk dikembangkan melalui kegiatan pariwisata. Pada Tahun 2001 Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah mencanangkan Kawasan Rawapening sebagai kawasan wisata air. Pemilihan Kawasan Rawapening untuk dikembangkan sebagai kawasan dengan atraksi wisata air didukung dengan kondisi kawasan yang berupa danau dengan pemandangan alam dan kurang tersedianya obyek wisata dengan atraksi wisata air di Jawa Tengah. Kebergantungan petani dan nelayan pada keberadaan Rawapening sangat besar sekali. Jumlah nelayan dan petani ikan di sekitar Danau Rawapening, yakni 2.196 jiwa. Nelayan Rawapening berasal dari sepuluh desa, yakni Desa Asinan, Bejalen, Banyubiru, Kebondowo, Rowoboni, Rowosari, Sraten, Kesongo, Lopait, dan Desa Tuntang. Kesepuluh desa itu tersebar di empat kecamatan yakni Kecamatan Banyubiru, Bawen, Ambarawa, dan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Perikanan yang telah dikelola masyarakat dalam bentuk usaha budidaya penyediaan benih ikan, penangkapan ikan, dan usaha pengepul ikan. Sistem budi daya ikan di Danau Rawapening ada dua macam, yaitu keramba tancap gorobog bambu di Desa Rowoboni, dan Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru, dan keramba jaring apung KJA di Desa Ngasinan, Desa Sumurup Kecamatan Bawen, serta kelurahan Tambakboyo Kecamatan Ambarawa. Penangkapan ikan dilakukan dengan bantuan alat tangkap berupa seser, kere, jala arang, jala sogok, jala kalar, jala kerep, pancing kalar, susuk, branjang, dan anco. Hasil tangkapan ikan per hari tahun 1970 rata-rata mencapai 50-100 kg. Hingga tahun 2009 hasil produksi ikan dari danau dan sungai sekitar Rawapening mencapai 1.150,1 ton. Jenis ikan lele dan nila hitam masih mendominasi produksi ikan pada tahun 2009. Usaha pengepul ikan terdiri atas pemasaran hasil tangkapan dan usaha pengolahan hasil tangkapan. Jenis-jenis ikan yang terdapat di Rawapening adalah ikan mas, gurami, tawes, kutuk, nila, mujaher, belut, lele, patin, bawal, dan cethol BPS Kabupaten Semarang, 2010. Potensi lain dari Danau Rawapening adalah telur ikan nilem yang biasa ada hanya disekitar Rawapening pada akhir November – awal Desember. Pada musim ikan Rawapening bertelur, ikan naik ke sungai kemudian masuk sawah untuk bertelur, biasanya bulan November minggu ke 3 – 4, sampai desember minggu 1. Telur ikan yang melimpah adalah telur ikan nilem atau telur wader ijo, karena ikan inilah banyak yang ditangkap nelayan Rawapening pada akhir November. Terdapat fluktuasi produksi perikanan Danau Rawapening. Pengaruh perikanan di Danau Rawapening terlihat sangat nyata terhadap kualitas air danau karena penempatan karamba baik tancap maupun jaring apung yang hanya terkumpul pada lokasi tertentu seperti Tuntang, Asinan, Kejalen dan Bukit Cinta. Arahan Pemerintah Kabupaten Semarang, kultur jaring apung ikan di Danau Rawapening terletak pada zona pemancingan 3 ha di sub zona Puteran Banyubiru dan 1,5 serta 3 ha di dekat sub zona Cobening Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Semarang, 2007. Sampai tahun 2009 jumlah keramba yang berada di Danau Rawapening sejumlah 752 unit, sedangkan usaha perikanan darat minapadi mencapai luas 2,5 ha ikut menyumbang produksi perikanan darat BPS Kabupaten Semarang, 2010.

3.3 Kualitas Air dan Status Trofik

Di bawah ini akan dijelaskan kualitas air sungai dan Danau Rawapening serta status trofik Danau Rawapening.

3.3.1 Kualitas Air Sungai dan Danau A.

Kualitas Air Sungai Kualitas air sungai yang masuk Danau Rawapening berdasarkan pemantauan BPLHD Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 Germadan Danau Rawapening, KLH 2011 adalah sebagai berikut : a Kualitas air Sungai Galeh yang masuk danau adalah BOD 11,9 mg l, COD 54,48 mg l danTotal P 0,28 mg l; b Kualitas air Sungai Tuntang yang keluar dari danau adalah BOD 12,9 mg l, COD 82,09 mg l danTotal P 0,21 mg l; c Kualitas air Danau Rawapening adalah BOD 12,9 mg l, COD 82,09 mg l danTotal P 0,21 mg l. Data kualitas air berfluktuasi, antara lain karena perubahan curah hujan dan debit sungai yang menyebabkan pengenceran kadar parameter kualitas air. Namun demikian data kualitas air hulu dan hilir sungai yang masuk danau memang menunjukkan gejala peningkatan kadar pencemar oleh limbah, sehingga menaikkan kadar BOD dan COD yang mengakibatkan penurunan kadar DO Tabel 3.1. Tabel 3.1. Kualitas Air Sungai yang Masuk ke Danau Rawapening No. Sungai DO BOD COD Hulu Hilir Hulu Hilir Hulu Hilir 1. Rengas 7,53 2,88 1.456 2.458 47,08 33,31 2. Panjang 7,91 4,65 2.766 3.456 28,09 32,55 3. Torong 7,3 5,07 2.842 4.658 17,46 59,98 4. Galeh 7,6 6,34 3.494 3.917 25,06 30,37 5. Legi 7,49 6,99 3.143 2.419 48,6 44,8 6. Parat 6,99 6,72 3.092 2.496 31,89 69,86 7. Sraten 6,95 7,96 1.882 3.418 16,71 11,36 8. Ringis 5,03 7,03 4.147 6.259 37,85 25,36 9. Kedung Ringin 6,95 6,8 2.381 4.147 27,25 51,48 Sumber : BLH Provinsi Jawa Tengah, 2008 Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening u ir ir ir Data tersebut menunjukkan kondisi perairan danau tercemar sumber limbah organik yang berasal dari daratan dan perairan. Kondisi tersebut jauh lebih buruk dari kondisinya pada tahun 1992 Puslitbang Sumber Daya Air, 1992, yaitu pada saat kualitas air danau masih baik : BOD 0,5 mg l, COD 18 mg l dan Total P 0,0 mg l.

B. Kualitas Air Danau

Untuk mendapatkan data kualitas air danau Rawapening yang terbaru, maka dilakukan pengambilan contoh air. Pelaksanaan pengambilan dan pengukuran contoh air Rawapening dilakukan pada bulan September 2011. Lokasi pengukuran kualitas air danau sebanyak 9 titik. Pengambilan contoh 9 titik ini dimaksudkan untuk mengkaji perbedaan kualitas air pada berbagai lokasi danau tersebut. Beberapa parameter kualitas air yang cepat berubah, dilakukan pengukuran di lapangan yaitu suhu, kekerahan, derajat keasaman pH, Oksigen terlarut DO, Daya Hantar Listrik dan Biological Oksigen Demand BOD. Sedangkan untuk paramereter lainnya dilakukan di laboratorium. Hasil pengukuran lapangan kualitas air tersebut tercantum pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Profil Kualitas Air Danau Rawapening Pemantauan 18 September 2011 No. GPS Koordinat Trans- paransi m pH DHL umho cm DO mgl BOD mgl NH 3 - N mgl NO2- N mgl NO 3 - N mgl PO 4 -P mgl 1. 7 18 17,6, 110 25 25,3 0,5 6,8 291 3,0 5 0,25 0,05 2,0 0,30 2. 7 17 50,6 110 25 36,7 0,6 6,8 261 6,8 2,9 0,26 0,01 1,2 0,22 3. 110 25 27,8 0,4 6,8 257 7,7 3,0 0,39 0,01 0,01 0,11 4. 7 16 51,1 110 25 34,7 0.2 6,8 257 7,7 2,8 0,17 0,14 0,01 0,11 5. 7 16 24,5 110 25 54,1 0,2 6,8 258 7,3 3,4 0,13 0,17 1,5 0,12