Beban Pencemaran Daerah Tangkapan Air

sepanjang saluran serta sungai yang masuk danau. Selain itu pada daerah permukiman sumber limbah penduduk sebagian terolah dengan septic tank, sedangkan limbah ternak sebagian terolah dengan proses kompos. Namun demikian tidak diperoleh informasi jumlah sarana tersebut. Tabel 5.2. Jumlah Potensi Beban Pencemaran pada Daerah Tangkapan Air Danau Rawapening No. Sumber BOD kghari Total N kghari Total P kghari 1. Penduduk 16031 6866 1149 2. Ternak 64756 20793 3773 3. Sawah 5563 450 225 4. Kebun 2108 195 97 Jumlah 88458 28303 5244 Gambar 5.1. Jumlah Potensi Beban Pencemaran pada Daerah Tangkapan Air Danau Rawapening 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 Penduduk Ternak Sawah Kebun SUMBER PENCEMARAN P O T E NS I BE BAN P E NCE M ARAN BODkghari Total N kghari Total P kghari 1 6 9 6 3 3 3 5 8 5 7 8 3 244 5.4 Program Pengendalian Pencemaran Air Program kegiatan pengendalian pencemaran air Danau Rawapening perlu dilaksanakan untuk berbagai sektor dan para pihak . Tabel berikut menyajikan program pengendalian Pencemaran Air Danau Rawapening Tabel 5.3. Selain pengolahan limbah, program tersebut juga mencakup penataan, penegakan hukum dan peran serta masyarakat. Selain itu diperlukan juga program peningkatan Daya Tampung Beban Pencemaran Air DTBPA sungai dan anak-anak sungai, beserta konservasi DAS dan konservasi sumber daya air. Tabel 5.3 Program Pengendalian Pencemaran Air Danau Rawapening Sektor Program Kegiatan 1. Limbah Domestik a. Sosialisasi dan bantuan teknis aplikasi pembangunan septictank pada perumahan penduduk b. Pembuatan septic tank komunal atau MCK plus-plus pada daerah pemukiman padat dan pemukiman sepanjang sungai dan pembuatan jaringan air limbah domestik dari rumah-rumah penduduk. c. Pembuatan I PLT pada kota-kota kecamatan dan prasarana penyedotan dan angkutan tinja d. Daur ulang limbah penduduk untuk persawahan: Perlu dibuat pilot plant integrasi saluran limbah penduduk black water dan grey water dengan jaringan irigasi persawahan, serta pembangunan instalasi pengolahan air limbah sangat sederhana I PAL-SS.

2. Sampah Limbah Rumah Tangga

a. Pengelolaan timbunan sampah pada sempadan sungai Rawapening agar tidak terbuang masuk sungai. Pembangunan sarana kebersihan tempat sampah sementara dilengkapi dengan sarana pembuatan kompos oleh masyarakat b. Sosialisasi Program 3 R dan Pengomposan sampah kepada masyarakat c. Pengomposan sampah organik atau mengolahan sampah organik menjadi produk bioetanol dari sampah pasar sampah buah Sektor Program Kegiatan d. Jaring sampah dan pemilahan sampah sungai, dapat digunakan untuk usaha masyarakat pemulung sampah

3. Limbah Peternakan

a. Pembinaan dan percontohan pengelolaan limbah peternakan : pengomposan, pembuatan I nstalasi biogas

5. Limbah Industri

a. Peningkatan fungsi I PAL industri yang tidak memenuhi BMAL b. Peningkatan fungsi I PAL industri jika pengoperasiaannya masih dibawah kapasitas, serta peningkatan perawatan instalasi c. Penerapan daur ulang air limbah untuk jenis industri dengan debit air limbah lebih dari 50 l detik, antara lain industri kertas dan tekstil d. Bantuan teknis pengelolaan air limbah industri kecil

6. Konservasi DAS

a. Pembangunan bangunan pengendali erosi dan sedimentasi DAS b. Perbaikan drainase permukaan c. Rehabilitasi lahan dan hutan d. Perlindungan hutan konservasi e. Pembuatan hutan rakyat f. Pembuatan hutan kota dan ruang terbuka hijau di sepanjang DAS

7. Sumber Daya Air

a. Peningkatan daya dukung lingkungan dan DTBPA

8. Tata Ruang

a. Penataan kawasan b. Penertiban I MB

9. Penegakan Hukum

a. PROPER dan SUPERKASI H b. Pemeriksaan kualitas air dan kuantitas air limbah

10. Peningkatan Peran

Masyarakat a. Pelatihan keterampilan pengelolaan lingkungan b. Pilot proyek percontohan dan demplot pengelolaan sanitasi masyarakat ri AS ir

BAB VI ZONASI PEMANFAATAN PERAIRAN

DANAU RAWAPENING

6.1 Zonasi Danau Rawapening Berdasarkan Studi yang Ada

Berdasarkan studi yang ada dari instansi perikanan, maka Zonasi Danau Rawapening menghasilkan perencanaan sebagai berikut: 1. Zona Bahaya, zona bahaya terletak pada dua lokasi yaitu di Desa Bejalen Kecamatan Ambarawa, dan Desa Rowoboni di Kecamatan Banyubiru; 2. Zona Budidaya, terletak pada Desa Rowo Boni Kecamatan Banyubiru, Desa Bejalen Kecamatan Ambarawa, Desa Semurup Kecamatan Bawen dan Desa Kesongo Kecamatan Tuntang; 3. Zona Suaka, yaitu terletak di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru, Desa Rowoboni Kecamatan Banyubiru, Desa Kesongo Kecamatan Tuntang; 4. Zona Penangkapan, terletak pada dua lokasi yaitu di sekitar Desa Banyubiru, Desa Kebondowo, dan Desa Sraten, Desa Kesongo. Dengan demikian bahwa dalam studi yang dilakukan oleh instansi perikanan, terdapat empat pembagian zona untuk pemanfaatan Danau Rawapening Gambar 6.1. Gambar 6.1 Peta Zonasi Danau Rawapening 6.2 Usulan Zonasi Perairan Danau Rawapening Alternatif Satu Garis Pantai Danau dengan Tanggul Konsep pemanfaatan perairan danau terutama pada garis pantai adalah dengan membangun bangunan atau tanggul yang mencakup keliling danau sehingga berfungsi sebagai bangunan pengaman danau, selain itu juga berfungsi untuk konservasi danau. Fungsi bangunan tanggul ini adalah agar perubahan garis pantai di dalam sempadan danau tidak terganggu oleh kegiatan penduduk. Kenyataan saat ini dinamika masyarakat di Sekitar Danau Rawapening memberikan pengaruh terhadap kondisi Danau Rawapening selain dipengaruhi juga oleh faktor alam. Apabila tidak dilakukan langkah penanggulangan, maka pemanfaatan perairan yang tidak sesuai dengan peraturan atau ketentuan akan terjadi, sehingga akibatnya keberadaan Danau Rawapening makin terancam keberadaannya. Bangunan tanggul dapat berfungsi melindungi sempadan danau, selain itu dapat menjaga keutuhan morfologi danau secara fisik, sehingga mampu mengurangi pengaruh perubahan morfologi akibat perubahan alam dan kegiatan manusia Gambar 6.2. Gambar 6.2 Zonasi Pemanfaatan Perairan Alternatif Satu Dengan Zona Tanggul

6.2.1 Zonasi Enceng Gondok

Gulma air aquatic weeds adalah tumbuhan air yang pada suatu keadaan tertentu dianggap menimbulkan kerugian bagi manusia, atau tumbuhan air yang tidak diinginkan tumbuh, salah satu gulma air adalah enceng gondok. Tumbuhan tersebut dianggap sebagai pengganggu karena menimbulkan dampak negatif berupa gangguan terhadap pemanfaatan perairan secara optimal, misalnya mempercepat pendangkalan, menyumbat saluran irigasi, memperbesar kehilangan air melalui proses evapoptranspirasi proses hilangnya air melalui permukaan air dan tumbuhan, mempersulit transportasi perairan, menurunkan hasil perikanan, ataupun berupa gangguan langsung dan tidak langsung lainnya terhadap kesehatan menusia serta tempat berlindung dari kejaran predator dan tempat bertelur ikan, selain itu sebagai bahan makanan manusia. Tanggu l