Klimatologi dan Sistem Hidrologi DAS

7 Sub-DAS Rengas, terdiri dari Sungai Rengas dan Sungai Tukmodin Sub DAS Rengas hanya melewati daerah di Kecamatan Ambarawa dan Bandungan meliputi kelurahan Tambakboyo, Kelurahan Kupang dan Desa Mlilir. Berdasarkan letaknya sub DAS Rengas berada di sebelah utara Danau Rawapening, dengan luas wilayah 1.751 ha; 8 Sub-DAS Kedung Ringin, yaitu Sungai Kedung Ringin Sub DAS Kedungringin melewati daerah Kecamatan Tuntang Desa Kesongo, Lopait dan Desa Tuntang. Sub DAS Kedungringin berada di sebelah timur Danau Rawapening, dengan luas catchment area 774,86 ha. Di sub-sub DAS Kedungringin mengalir sungai Ngreco, Ndogbacin dan sungai Praguman, yang ketiganya bermuara di Danau Rawapening. Sub DAS Kedungringin merupakan sub DAS yang paling kecil, dengan mata air di sekitar Gunung Kendil; 9 Sub-DAS Ringis, yaitu Sungai Ringis Sub DAS Ringis melewati daerah Kecamatan Tuntang tepatnya di Desa Jombor, Kesongo dan Desa Candirejo serta Kecamatan Sidorejo Kelurahan Sidorejo, Blotongan, dan Kecamatan Argomulyo Kelurahan Pulutan dan Mangunsari Kota Salatiga. Sub DAS Ringis berada di sebelah timur Danau Rawapening luas catchment area 1.584,84 ha yang terdiri dari 7 desa kelurahan dan 3 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, Sidomukti dan Sidorejo Kota Salatiga. Di sub- sub DAS Ringis mengalir Sungai Tengah dan Sungai Tapen, yang keduanya bermuara didanau Rawapening. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini. Adapun nama sub DAS dan luasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2. Gambar 2.3 Peta Administrasi Wilayah Sub DAS Rawapening Tabel 2.2. Sungai yang Mengalir ke Danau Rawapening No. Sub DAS Luas Ha Sungai Kecamatan Kabupaten Kota 1. Galeh 6.121 Galeh, Klegung Banyubiru, Jambu Kab.Semarang 2. Torong 2.687 Torong Ambarawa, Bandungan Kab.Semarang 3. Panjang 4.893 Panjang, Kupang Ambarawa, Bandungan Kab.Semarang 4. Legi --- Legi Banyubiru Kab.Semarang 5. Parat 4.638 Parat, Muncul Banyubiru,Tuntang, Getasan Kab.Semarang 6. Sraten --- Getasan Kab.Semarang 7. Rengas 1.751 Rengas, Tukmodin Ambarawa Kab.Semarang 8. Kedungringin 775 Kedungringin, Ngreco, Ndogbacin dan Praguman Tuntang, Kab.Semarang 9. Ringis 1.585 Ringis Tuntang, Kab.Semarang Sidorejo, Argomulyo Kota Salatiga Gambar 2.4. Peta Sistem Hidrologi Sub-DAS Rawapening P4N UGM, 2000

2.4.3 Morfometri Perairan Danau

Danau Rawapening mempunyai dasar tanggul + 462,05 m 3 dengan volume tampung + 48.10 6 m 3 , dengan kedalaman minimum antara 65 – 110 cm dan maksimum 550 cm. Elevasi maksimum Danau Rawapening adalah + 462,30 m 3 dan elevasi minimumnya + 462,05 m 3 dengan volume tampung maksimum + 65 juta m 3 dan minimum + 25 juta m 3 dengan luas genangan maksimum + 2.770 Ha dan minimum 1.760 Ha.

2.5 Kependudukan, Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat

Jumlah penduduk di Kabupaten Semarang sampai dengan tahun 1997 mencapai 673.390 jiwa, dengan mata pencaharian sebagian besar adalah petani. Selama kurun waktu 1995-1998 pertumbuhan penduduk di Kawasan Rawapening cukup rendah, yakni rata-rata 0,79 per tahun, namun pada tahun 1998 mulai mengalami peningkatan menjadi 939,33 jiwa per km 3 . Hal ini berabrti bahwa tekanan penduduk pada lahan pertanian semakin meningkat P4N UGM, 2000. Data pada tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Semarang adalah 917.745 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang ada di sekiatar Danau Rawapening adalah 207.438 jiwa BPS Kabupaten Semarang, 2010. Terjadi peningkatan pertumbuhan penduduk, jika dilihat data pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 yaitu sebesar 0,93 Pemerintah Kabupaten Semarang, 2000. Tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Semarang per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000 – 2010 sebesar 1,02 BPS Kabupaten Semarang, 2010. Data pada tahun 2010 jumlah penduduk di sekitar wilayah Danau Rawapening sebanyak 46.076.016 petani, 27.378.715 orang buruh tani, 25.426.583 orang buruh industri, 11.022.052 orang buruh bangunan, 2.205 orang nelayan, 3.745.874 orang pengusaha, 2.239 orang peternak perikanan BPS Kabupaten Semarang, 2010, Bappeda Kota Salatiga, 2009. Jenis usaha yang berkembang di Kawasan Rawapening adalah industri pengolahan, pertanian, perikanan, serta pariwisata. Jenis usaha sektor industri pengolahan di Kawasan Rawapening didominasi oleh industri kecil, sampai tahun 1999 jumlah industri kecil di Kawasan Rawapening mencapai 7.111 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja terserap 19.646 orang dan nilai produksi yang dihasilkan Rp.23.587.022.000,-. I ndustri eceng gondok tidak termasuk ke dalam industri unggulan, meskipun bahan baku industri eceng gondok cukup tersedia di perairan Danau Rawapening P4N UGM, 2000. Perkembangan usaha perikanan terutama produksi ikan di Kawasan Rawapening dari tahun ke tahun mengalami peningkatan 50,14 . Lokasi kegiatan usaha sektor perikanan di Kawasan Rawapening terdapat di Kecamatan Tuntang, Banyubiru, Ambarawa, dan Bawen dengan produksi ikan air tawar. Usaha pariwisata yang berada di Kawasan Rawapening sangat berkaitan erat dengan potensi alam, historis, budaya yang dimiliki seperti Candi Gedong Songo, Palagan Ambarawa, Bukit Cinta, Pemandian Muncul, Museum Kerata Api, Bandungan – I ndah, Waduk Umbul Songo, Pemandian Kopeng, Agrowisata Tlogo, Asinan di Kecamatan Bawen, dan Benteng Pendem. Jumlah wisatawan yang berkunjung di obyek wisata Kawasan Rawapening masih didominasi oleh wisatawan nusantara sekitar 98.91 , sisanya adalah wisatawan mancanegara Pusat Penelitian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2000. Selama tahun 2009 jumlah wisatawan domestik yang berkunjung di Kawasan Rawapening sejumlah 50.520, sedangkan wisatawan mancanegara mencapai 148 orang BPS, 2010. Sampai dengan saat ini baru terdapat tiga orang pengrajin sekaligus pengusaha kerajinan eceng gondok yang memanfaatkan eceng gondok dari Danau Rawapening. Ketiga pengrajin tersebut memiliki spesialisasi produksi yang berbeda, yang pertama sepatu dan sandal, kedua kerajinan tas, nampan, tempat kue, tempat tissue serta keranjang, yang ketiga khusus meja dan kursi. Kerajinan eceng gondok ini merupakan kerajinan yang unik, karena selama ini eceng gondok dianggap sebagai sampah dan hama diperairan, namun ternyata dapat berubah menjadi komoditi usaha yang menjanjikan jika diolah menjadi berbagai jenis kerajinan yang menarik, berseni, dan berdaya jual tinggi. Enceng gondok dari Danau Rawapening sebagai bahan baku kerajinan juga dikirim ke Yogjakarta. Pemasok memperoleh enceng gondok dari hasil tanaman liar dan bukan dari pembudidayaan. Penduduk di sekitar Danau Rawapening hanya tinggal mengambil tanaman yang tumbuh liar dan memenuhi hamparan permukaan danau. Pengolah tidak perlu memikirkan ketersediaan bahan baku tanaman enceng gondok untuk pemanenan berikutnya, karena jumlah yang tersedia sangat banyak. Mereka tinggal menunggu atau berpindah ke area lain dimana tanaman sudah cukup besar untuk diambil tangkai daunnya. Perkembangbiakan dan pertumbuhan tanaman enceng gondok memang sangat cepat. Usaha industri pemanfaatan enceng gondok di Kawasan Rawapening masih terbatas. Bagian tanaman enceng gondok yang diambil untuk hiasan adalah bagian tangkai daunnya saja. Enceng gondok tidak memiliki batang, jadi hanya terdiri dari daun, tangkai daun, bonggol akar dan akar itu sendiri. Dengan demikian setelah diambil bagian tangkainya, akan menghasilkan limbah berupa bagian sisa tanaman yang tidak diolah lebih lanjut. Selain sebagai bahan dasar untuk kerajinan tangan, tanah gambut yang merupakan sisa-sisa tanaman dan gulma yang mati dan mengendap di dasar danau, diambil dan dimanfaatkan sebagai pupuk atau media untuk bertanam sayur dan jamur.