c. Daya tampung parameter P total per satuan luas danau atau waduk yaitu L
ikan
, merupakan fungsi dari kedalaman rata-rata danau waduk yaitu
Ž
, laju penggantian air danau yaitu
ρ
dan kadar parameter yang terbawa lumpur dan mengendap ke dasar danau. L
ikan
dihitung dengan Rumus 5, Rumus 6 dan Rumus 7.
d. Jumlah daya tampung parameter P total pada perairan danau yaitu La
ikan
, yang merupakan fungsi L
ikan
dan luas perairan danau atau A. La
ikan
dihitung berdasarkan Rumus 8.
Jumlah limbah Phosphor sebagai parameter P total dari sisa pakan dan limbah metabolisme ikan
yaitu P
LP,
adalah jumlah kadar P total dalam pakan ikan selama ikan tersebut dibudidayakan sampai dipanen dikurangi jumlah P total dalam ikan yang
dipanen. Perhitungannya tercantum pada Rumus 9.
Sedangkan jumlah pakan ikan dinyatakan dengan niliai FCR
feed consumption ratio
, yaitu jumlah berat pakan ikan selama periode budidaya atau pertumbuhan ikan dibagi dengan berat ikan saat dipanen. Nilai FCR sangat bervariasi 1,5-3,0 ton
pakan ton ikan, tergantung pada komposisi pakan, jenis ikan yang dibudidayakan dan teknik budidaya KJA 1 tingkat atau 2 tingkat. Kadar P total dalam pakan ikan dan
dalam produksi ikan diperoleh dari hasil analisis di laboratorium. Perhitungan jumlah produksi ikan budidaya KJA dan jumlah pakannya sesuai
dengan daya tampung beban pencemaran air danau atau waduk adalah sebagai berikut:
a. DTBPA limbah pakan ikan adalah La
ikan
yang juga merupakan fungsi morfometri danau dan waduk serta alokasi beban pencemaran P
d
Rumus 9 dan 10. b.
P-total yang masuk danau dari limbah ikan atau P
LP
adalah fungsi jumlal konsumsi
pakan atau FCR, kadar P-total dalam pakan atau P
pakan ,
dan kadar P-total dalam ikan atau P
ikan
. Perhitungannya menggunakan Rumus 11. c.
Jumlah Produksi I kan KJA agar memenuhi daya tampung beban pencemaran air atau LI adalah fungsi La
ikan
dan P
LP,
sesuai dengan Rumus 12. d.
Jumlah Pakan I kan KJA atau LP agar memenuhi daya tampung beban pencemaran air adalah fungsi FCR dan LI , sesuai dengan perhitungan pada Rumus
13.
Ž ρ
Tabel 1.3. Model Rumus Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Dtbpa Danau Serta Daya Dukung Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung Kja
Morfometri danau Ž = 100 x V A
1
Ž : Kedalaman rata-rata danau a m V : Volume air danau juta m
3
A : Luas perairan danau Ha
ρ = Q
o
V 2
ρ : Laju penggantian air danau per tahun Q
: Jumlah debit air keluar danau juta m
3
tahun
Alokasi beban pencemaran parameter P P
std
= P
i
+ P
das
+ P
d
3
P
d
= P
std
- P
i
- P
das
4
P
std
: syarat kadar parameter P maksimal sesuai Baku Mutu Air atau Kelas Air dan status trofiknya mg m
3
P
i
: kadar parameter P hasil pemantauan danau mgm
3
P
das
: jumlah alokasi beban P dari daerah aliran sungai DAS atau daerah tangkapan air DTA, mgm
3
P
d
: alokasi beban P limbah kegiatan pada peraian danau, terutama KJA mg m
3
Daya tampung beban pencemaran air DTBPA L = P
std
Ž ρ 1- R
5
R = x + [1-xR] 6
R = 1 1 + 0,747 ρ
0,507
7
La = L x A 8
L : daya tampung parameter P per satuan luas danau gr Pm2 . tahun La : jumlah daya tampung parameter P pada perairan danau gr Ptahun
R : Parameter parameter P yang tinggal bersama sedimen atau mengendap R
i
: Proporsi parameter P-total yang larut ke sedimen setelah ada KJA x : proporsi total P-total yang secara permanen masuk ke dasar, 45-55.
DTBPA beban pencemaran sisa pakan dan limbah budidaya ikan KJA L
ikan
= P
d
Ž ρ 1- R 9 La
ikan
= L
ikan
x A 10
Jumlah KJA untuk budidaya ikan P
LP
= FCR x P
pakan
- P
ikan
11 P
LP
: P-total yang masuk danau dari limbah ikan Kg Pton ikan
FCR : Feed Conversion Ratio ton pakan ton ikan
P
pakan
: Kadar P-total dalam pakan Kg Pton pakan P
ikan
: Kadar P-total dalam ikan Kg Pton ikan
LI = La
ikan
P
LP
12
LP = LI x FCR 13
LI : Jumlah Produksi Ikan KJA ton ikantahun LP : Jumlah Pakan Ikan KJA ton pakantahun
1.4.2. Penyusunan Zonasi Pemanfaatan Perairan Danau
Penilaian identifikasi zonasi perairan danau didasarkan kepada kriteria pendekatan ekologi dan pendekatan pengelolaan.
1.4.2.1 Kriteria Zonasi Perairan Danau A.
Pendekatan Ekologi Kriteria Morfometry dan Bathymetry Danau
Pengukuran morfometri dan pembuatan peta bathymetry mutlak dilakukan karena merupakan informasi mendasar tentang pola keruangan atau karakteristik fisik
dari suatu danau. Melalui peta bathymetri dan informasi morfometri dapat diketahui lokasi-lokasi mana saja di dalam danau yang akan telah tengah mengalami
pendangkalan, lokasi inlet dan outlet air yang menuju ke dan keluar dari danau, tutupan permukaaan danau oleh pulau-pulau kecil maupun keberadaan tanaman air.
Lebih lanjut dari informasi Morfometry dan Bathymetry ditentukan daerah rawan
bencana yaitu daerah yang memiliki potensi peluang menyebabkan terjadi perubahan drastis kondisi biofisik danau akibat aktivitas hidrologis seperti banjir, geologis
peristiwa vulkanik, misalnya untuk Danau Toba, longsoran pada Danau Maninjau, biologi serbuan oleh invasif spesies, misalnya enceng gondok, eutrofikasi
algal blooming
yang menyebabkan kematian massal ikan-ikan, dan arus balik misalnya terjadi di Danau Maninjau.
Kriteria Biologi, Fisika dan Kimia Perairan Informasi aspek biologi atau keanekaragaman hayati
I nformasi biologi atau keanekaragaman hayati suatu perairan danau maupun biota yang memanfaatkan perairan danau penting diketahui guna :
Menentukan zona tersebut perlu dilindungi tanpa adanya pemanfaatan ataupun pemanfaatan terbatas mengingat fungsinya sebagai habitat untuk mendukung
kehidupan bagi suatu spesies tertentu yang dilindungi; Menyajikan informasi ada tidaknya endemik species dan status perlindungan jenis
dari organisme yang ditemukan; Menginformasikan adanya organisme invasif
invasive species
terkait dengan pengelolaan, jenis-jenis biota aquatik yang merupakan invasif spesies serta
peluang ancaman yang akan ditimbulkan; Menginformasikan adanya ikan katadromus dan anadromus dan jalur migrasinya.
Informasi fisika dan kimiawi perairan kualitas air
Mencakup informasi terkini dan catatan periodik kualitas air baik secara vertikal maupun horizontal dan status kesuburan pencemaran air danau. Sebaran kualitas air
danau secara vertikal, akan memberikan informasi tentang adanya pelapisan masa air
water stratification
danau baik ditinjau dari suhu air dan kelarutan gas-gas di dalam air sehingga dapat diantisipasi dampak yang dapat ditimbulkan jika terjadi
pengadukan
over turn
air danau contoh: air dekat dasar danau yang miskin oksigen dan kaya gas beracun seperti H
2
S, jika terangkat ke lapisan atas danau, saat terjadinya pengadukan, dapat mematikan berbagai kehidupan di air termasuk ikan-ikan di dalam
karamba jaring apung. Parameter kualitas air danau yang diukur dapat mengacu pada Peraturan
Pemerintah RI Nomor 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang mencakup berbagai persyaratan untuk
pemanfaatan air yaitu peruntukan air baku air minum; prasarana sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman; dan atau
peruntukkan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Dalam rangka menentukan status tropik danau, telah ditetapkan suatu kebijakan
melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang Tentang Daya tampung beban pencemaran air danau dan atau waduk Tabel 1.1.
B. Pendekatan Pengelolaan
Status hukum dan Kebijakan formal berkaitan dengan status keberadaan pengelola danau
Danau yang berada di kawasan konservasi memiliki fungsi utama sebagai kawasan lindung. Beberapa danau yang berada dalam kawasan konservasi adalah tiga
danau di Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan yaitu Danau Matano, Towuti dan Mahalona yang berada di dalam Taman Wisata Alam
, Danau Lindu di Sulawesi Tengah dan Danau Sentarum di Kalimantan Barat berada dalam kawasan Taman Nasional.
Status danau yang berada di luar kawasan konservasi mempunyai fungsi lindung dan budidaya. Fungsi lindung ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
ekosistem danau yang mencakup komponen biotik dan abiotik. Sedangkan fungsi budidaya ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Danau Rawapening termasuk danau yang berada di luar kawasan konservasi.
I nformasi Rencana Tata Ruang perlu diketahui agar zonasi danau yang akan dibuat selaras dengan arah kebijakan pemanfaatan ruang di daerah tersebut. Selain
itu dilakukan juga identifikasi jenis-jenis pemanfaatan danau yang telah ada untuk menilai pemanfaatan prioritas suatu danau. Perlu diingat bahwa pada umumnya
daerah sempadan danau di I ndonesia telah terokupasi perebutan lahan
enroachment
sehingga sempadan danau berstatus hak milik. I nformasi aktivitas sektor bisnis di danau dan sekitarnya restauran, keramba jaring apung, tambang,
peternakan, perkebunan perlu dilakukan karena dari sisi ekonomi memberikan pendapatan namun dari sisi lingkungan berpotensi besar menimbulkan pencemaran.
Kriteria Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Sekitar Danau
I nformasi sosial budaya masyarakat yang tinggal di sekitar danau serta yang telah menikmati manfaat atas keberadaan danau baik secara langsung maupun tidak
langsung perlu diketahui guna mengetahui persepsi mereka terkait rencana zonasi danau, serta perkiraan dampak sosial budaya yang ditimbulkan dengan adanya zonasi.
Beberapa kriteria yang perlu diidentifikasi meliputi : Dukungan masyarakat serta potensi konflik kepentingan; kriteria ini digunakan
untuk menilai dukungan masyarakat terhadap kegiatan zonasi serta impelementasi zonasi dapat berjalan dengan baik;
Kearifan lokal dan adat istiadat; kriteria ini digunakan untuk melihat ada pengetahuan lokal pengetahuan tradisional ataupun adat dan kebiasaan
masyarakat yang dapat membantu kelestarian sumberdaya alam. Metode yang dapat dilakukan untuk menggali informasi sosial budaya dengan
orientasi langsung di lapangan dan wawancara dengan perwakilan masyarakat dari berbagai profesi dan tingkat kepentingan.
Kriteria Ekonomi
Kriteria ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui nilai ekonomi suatu sumberdaya danau baik bagi masyarakat di sekitar danau maupun nilai ekonomi dalam
skala besar bagi pendapatan daerah. Kriteria yang dapat diidentifikasi meliputi:
Nilai penting perikanan; kriteria ini digunakan untuk melihat nilai penting sektor perikanan dalam suatu wilayah danau mencakup jumlah produksi baik perikanan
tangkap maupun budidaya; Estetika, potensi rekreasi dan pariwisata; kriteria ini digunakan untuk melihat
keindahan alamiah dari suatu perairan dan atau biota yang memiliki daya tarik tertentu dan apakah memiliki potensi dalam rekreasi dan pariwisata;
Kemudahan mencapai lokasi; kriteria ini memperhatikan ketersediaan akses dan kemudahan dalam mencapai lokasi kawasan dari berbagai daerah mencakup juga
ketersediaan fasilitas trasnportasi air; Potensi danau sebagai PLTA
dan sumber air baku pemanfaatan abstraksi.
Berdasarkan kriteria-kriteria identifikasi tersebut di atas, selanjutnya ditentukan jenis zona perairan danau baik untuk fungsi lindung maupun fungsi budidaya. Adapun
pembagian zona untuk fungsi lindung mencakup : zona suaka perikanan, zona sempadan danau, zona religi dan sosial budaya, dan zona restorasi- rawan bencana.
Sedangkan untuk fungsi budidaya mencakup : Zona Perikanan Tangkap, Zona Perikanan Budidaya, Zona Wisata Air, Zona Alur Transportasi dan Zona PLTA, zona
sumber air baku dan mata Air. Kriteria-kriteria di bawah ini dapat berkembang sesuai kebutuhan di daerah dengan tujuan untuk melestarikan keberlanjutan fungsi danau.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.4 di bawah ini.
Tabel 1.4 Kriteria Zonasi Danau Jenis zona
Tujuan Pengelolaan Kriteria
Fungsi Lindung
zona suaka perikanan
Suaka perikanan adalah kawasan perairan tertentu
dengan kondisi dan ciri tertentu sebagai tempat
berlindung berkembang biak jenis sumber daya ikan
tertentu, yang berfungsi sebagai daerah perlindungan
a. Tempat hidup dan
berkembangbiak satu atau lebih jenis ikan tertentu yang
perlu dilindungi dan dilestarikan;
b. Mempunyai satu atau beberapa
tipe ekosistem sebagai habitat jenis ikan tertentu yang relatif
masih alami; c.
Mempunyai luas yang cukup