Letak Geografis daya tampung beban pencemaran rawa pening

Gambar 2.1 Lokasi Danau Rawapening

2.3 Karakteristik Danau

Danau Rawapening secara astronomis terletak pada 110 o 23’23” – 110 o 28’21’ Bujur Timur dan 7 o 15’25” – 7 o 20’15” Lintang Selatan. Luas genangan maksimum Danau Rawapening 2.700 ha, volume air maksimum ± 65.106 m 3 dan luas minimum antara 1.300 – 650 ha dengan volume ± 15.106 m 3 . Fluktuasi kedalaman air maksimum dan minimum ± 2,40 m dengan tingkat evaporasi rata-rata harian sebesar 5,9 mm hari. Secara fisiografi Danau Rawapening dan dataran alluvial di sekitarnya terbentuk karena adanya amblesan subsident Gunung Api Suropati Tua, yang menyebabkan kaki gunungapi di bagian utara bergeser lebih ke utara yang menimbulkan struktur sesar naik. Cekungan basin Rawapening terjadi karena adanya pembendungan oleh lahar gunung api Ungaran Tua yang bersifat basalitis menutup aliran Sungai Tuntang. Pembentukan ini diperkirakan terjadi pada kala Holoceen hingga Pleicene. Litologi yang dijumpai di sebelah utara Rawapening adalah breksi volkanik, aliran lahar dengan 23’23” – 28’21’ 15’25” – 20’15” Lintang Selatan. Luas genangan maksimum – sisipan aliran lava dan tufa halus sampai kasar dari Formasi Notopuro yang diendapkan pada kala Pleistocene hingga Pleiocene. Bantuan vulkanik hasil kegiatan dari Gunung Ungaran Purba dan Gunung Merbabu yang diendapkan pada kala Holocene hingga Pleiocene dijumpai di bagian selatan dan barat laut. Air Danau Rawapening bersumber dari mata air dan sungai-sungai yang alirannya masuk ke danau ini. Mata air yang dijumpai di sekitar danau ini antara lain adalah mata air Muncul, Rawapening, Tonjong, Petet dan Parat. Sungai-sungai yang alirannya masuk ke Rawapening adalah sungai Legi, Mulungan, Muncul, Kedung Ringin, Parat, Nagan, Cengkar, Torang dan Geleh. Outlet Danau Rawapening terletak pada bagian Kali Tuntang yang mengalami pembendungan secara alami, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Pada lokasi O utlet ini dibangun pintu air untuk mengendalikan debit air yang keluar danau, hal ini dilakukan karena air Danau Rawapening antara lain dimanfaatkan untuk sumber pembangkit listrik tenaga air di PLTA Jelok 20.000 KWH dan PLTA Trimo 12.000 KWH, serta sumber air irigasi sawah seluas ± 40.000 ha.

2.4 Kondisi Fisik Danau

2.4.1 Geologi, Topografi dan Penggunaan Lahan

Secara alami, Danau Rawapening terbentuk melalui proses letusan vulkanik yang mengalirkan lava basalt dan menyumbat aliran Kali Pening di daerah Tuntang. Sebagai akibatnya lembah Kali Pening menjadi terendam air dan kemudian menjadi reservoir alami yang keberadaannya sangat penting bagi sistem ekologi Sebagai akibatnya lembah Pening yang berhutan tropik menjadi rawa, sehingga Danau Rawapening termasuk tipe ”mangkok”. Topografi Danau Rawapening berbentuk tanah datar dan merupakan lembah yang dikelilingi oleh daerah yang tinggi pegunungan dan perbukitan serta terbendung di Kali Tuntang. Untuk daerah dataran tinggi daerah hulu mempunyai bentuk topografi bervariasi yaitu datar, agak bergelombang, bergelombang, berbukit, berbukit terjal, sampai pegunungan, karena berada di kaki gunung. Di Kecamatan Getasan, sebagai salah kecamatan dalam kawasan Sub DAS Rawapening, dimana desa-desanya termasuk dalam kawasan berbagai sub DAS Parat dan Sub DAS Sraten, mempunyai karakteristik topografi bervariasi yaitu datar, agak bergelombang, bergelombang, berbukit, berbukit terjal, sampai pegunungan. Daerah topografi datar dengan kelerengan antara 0 -2 , berada di sekitar muara Sub-sub DAS Parat berlokasi di sekitar Danau Rawapening. Kelerengan antara 8 - 25 terdapat di kaki Gunung Merbabu, kelerengan terjal yaitu lebih dari 45 terdapat di sekitar Gunung Gajah Mungkur. Sub-sub DAS Sraten mempunyai bentuk topografi yang relatif datar, dengan kelerengan antara 0 -15 . Kondisi tanah datar dengan kelerengan antara – 8 berada di sekitar danau Rawapening. Kelerengan antara 8 - 15 terdapat di kaki Gunung Merbabu. Berdasarkan pengolahan data oleh Tim Kajian dan Peta Rupa Bumi I ndonesia dari Bakosurtanal, luas lahan di Sub DAS Rawapening berjumlah 27345,98 Hektar lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1, luas penggunaan lahan perkebunan 10295,33 Ha 37,6 , pemukiman 5280,66 Ha 19,3 , sawah teknis dan sawah tadah hujan berturut-turut seluas 3512,60 Ha 12,8 dan 3228,44 Ha 11,8 sedangkan luas penggunaan lahan danau 1520,00 HA 5,6 . Tabel 2.1. Luas Penggunaan Lahan di Sub DAS Rawapening No Nama Luas Ha 1 Permukiman 5280.66 19.3 2 Kebun 10295.33 37.6 3 Sawah Tadah Hujan 3228.44 11.8 4 Sawah Teknis 3512.60 12.8 5 Tegalan 2927.19 10.7 6 Belukar 372.01 1.4 7 Rumput Alang-alang 209.75 0.8 8 Danau 1520.00 5.6 Jumlah 27345.98 100 Sumber : Peta Rupa Bumi I ndonesia BAKOSURTANAL Tahun 2000 dan revisi 2009 Berdasarkan Tabel 2.1. pemanfaatan lahan terbesar di sub DAS Rawapening adalah perkebunan sebesar 37 , yang menyebar di seluruh wilayah. Permukiman dengan luas 19,3 menyebar di seluruh wilayah sub DAS, sedangkan sawah tadah hujan 11,8 maupun sawah teknis dengan luas 12,8 umumnya menyebar terkonsentrasi pada keliling danau karena aspek pengairan sangat menentukan efektifitas budidaya dan produksi. – No Gambar 2.2. Peta Penggunaan Lahan Sub DAS Danau Rawapening