Selain itu, analogi undur-undur dan kambing hitam merupakan suatu bentuk kosmologi orang Jawa, di mana mereka harus menyelaraskan
kehidupan manusia, alam dan Tuhan. Hewan tidak hanya dianggap sebagai makhluk biasa, tapi sebagai pembawa pesan dari Tuhan untuk diambil
hikmahnya. Penggunaan unsur alam dan hewan menjadi ciri khas Panji Koming dan masarakat Jawa. Konsep itu dipertegas dengan nasihat Mbah
di bingkai 6, “mengakui kesalahan, buka hati, dengarkan kebijakan alam
sekitar.”
5. Semik :
Kali ini, tokoh dibuat lebih beragam. Ada Pailul, sebagai perwakilan pengkritik kebijakan, Mbah selaku penyeimbang, Bujel
Trinil yang mewakili masyarakat dan seorang pemangku jabatan, Denmas Rakryan.
Edisi ini mengangkat tema Ujian Nasional yang selalu menjadi polemik setiap tahunnya bagi rakyat Indonesia. Digambarkan, Pailul
mengkritik jalannya pemerintahan dan menyamakannya dengan undur- undur yang jalannya mundur. Menurutnya, Denmas Rakryan Pendidikan
atau Menteri Pendidikan di Indonesia yang seharusnya mengundurkan diri, malah semakin menurunkan kualitas pendidikan dengan berjalan
mundur. Denmas Rakryan telah mengakui kekacauan yang ia buat di seluruh negeri tetapi tidak memperbaiki kesalahan yang ada, malah
memperburuk keadaan dengan mengorbankan rakyat kecil bingkai 3 dan melimpahkan kesalahan pada rakyat bingkai 4.
Keputusan yang ia buat dianalogikan dengan langkah mundur yang ia ambil. Langkah tersebut telah merugikan masyarakat dan siswa
yang akan ujian pada khususnya. Setelah itu, siswa-siwa tesebut disalahkan sebab tidak mampu mengikuti ujian nasional yang menjadi
kebijakannya. Mbah yang mewakili orang pintar atau orang bijak di negeri
menasihati para pejabat untuk mengambil langkah bijaksana dalam mempersiapkan penerus negeri siswa, yang terpenting ialah memiliki
‘jiwa’. Jiwa yang dimaksud di sini ialah jiwa kesatria yang dipahami oleh masyarakat Jawa yaitu mau mengakui kesalahan, membuka hati dan
medengarkan pesan-pesan dari sekitar, tersurat maupun tersirat. Bukan hanya siswa anak bangsa yang masih muda, pesan Mbah ini pun
ditujukan kepada seluruh masyarakat yang diwakili oleh Pailul. Penekanan pada bingkai terakhir “Mbah Undur-undurnya
pakai mahkota” memperjelas bahwa para pemangku jabatan, khususnya pengguna mahkota hanya berjalan mundur selama ini. Seperti yang
dipaparkan di atas, berjalan mundur bermakna turunnya kualitas kepemimpinan yang dimiliki para pemimpin dan tercermin dari kebijakan
dan keputusan yang mereka buat.
IV.2.4 Analisis Semiotika Comic Strip Panji Koming edisi 28 April 2013 Tabel 4