terbentang di depan Ciblon sebagai bentuk sikap protektif. Ciblon yang sedih dengan kekalahan Koming, bersandar pada Pailul.
Namun kecurangan Ariakendor dibalas oleh hukum alam sehingga sebuah kelapa jatuh menimpa kepalanya. Badannya menjadi
kerdil merupakan stereotip bagi dirinya yang melakukan tindakan tercela. Koming yang sempat sedih karena kekalahannya, diajak untuk bangkit lagi
oleh Pailul. Akhirnya, perlombaan yang memakan waktu hingga malam ini disimpulkan oleh Pailul, “Hukum di negeri ini bisa hancur gara-gara para
pokrol hitam.” Hukum di negeri mereka bisa hancur karena perbuatan para pengacara yang kelakuannya seperti Ariakendor yang berbaju hitam. Hal
in ditanggapi oleh Pailul, “Yang putih tetap lurus biar selamat.”
3. Simbolik :
• Warna hitam dan putih masih dipercaya sebagai simbol kejahatan dan kebajikan. Sejalan dengan konsep ini, Masyarakat Tionghoa memiliki
simbol Yin-Yang, sebuah simbol keseimbangan yang bermakna, dalam sebuah kebaikan pasti ada setitik keburukan dan berlaku sebaliknya. Di
sini, konsep itu digunakan dan ditunjukkan bahwa dalam kehidupan ada dua hal yang berjalan sejajar, baik dan buruk.
• Perempuan dinilai sebagai sosok yang lemah sehingga perlu dilindungi oleh pria, walau ceking sekalipun bingkai 4. Seakn kesedihan seorang
perempuan membuatnya harus bertumpu pada pria agar dapat menghadapinya.
• Hukum alam pasti berlaku, hukum alam atau karma. Yaitu konsep apa yang kita tanam itulah yang dituai sangat merasuk ke dalam kehidupan
orang Jawa. Setiap perbuatan, baik atau buruk pasti akan mendapat balasan, cepata tau lambat. Hal ini menjadi falsafah kehidupan orang Jawa
yang ditampilkan Dwi Koen sebagai buah kelapa yang menghantam kepala Ariakendor sehingga ia menjadi kerdil.
• Kerdil bisa dimaknai secara fisik atau sifat. Badan yang kerdil sama dengan badan yang pendek, kecil atau aneh. Sifat yang kerdil bermakna
negatif, bisa dikaitkan dengan sifat pengecut atau tidak ada keberanian.
Sedang manusia kerdil dalam dongeng biasanya bersifat culas, jahat dan kejam.
• Pada bingkai 8, ada kata ‘pokrol’ yang bermakna pengacara. Kata pokrol sendiri diserap dari Bahasa Belanda dan digunakan masyarakat Jawa untuk
berkomunikasi sehari-hari. Ada juga pesan untuk selalu mengerjakan kebajikan agar selamat.
4. Kultural :
Seperti cerita-cerita sebelumnya, kebudayaan patriarki memang diterapkan oleh orang Jawa. Kaum pria banyak mengambil andil
dalam setiap lini kehidupan. Seperti perlombaan antara baik dan buruk, diwakilkan oleh pria yang dianggap berbadan lebih kuat tubuh
Ariakendor dan Koming yang berisi. Segala hambatan dalam kehidupan yang dialami oleh Koming menjadi representasi kuatnya pria
menghadapi itu semua. Setelah tertabrak, masih bisa jalan lagi. Setelah jatuh, masih dapat bangkit kembali dan setelah kalah harus bangkit lagi.
Selain itu, penyemangat dari setiap kesusahan itu ialah seorang pria yang tidak lain adalah sahabat Koming. Padahal, ada Ciblon, perempuan
sekaligus kekasih Koming yang juga menyayangi Koming. Ciblon digambarkan lemah tidak berdaya saat Koming kalah,
tanpa ada usaha menyemangati Koming. Buruknya, ketika Denmas Ariakendor lewat, Ciblon malah bersembunyi di balik Pailul yang kurus
dan nampak ringkih. Sebutan Pailul kepada Ariakendor menunjukkan tingkat sosial
Ariakendor yang tinggi, sehingga rakyat biasa hanya boleh memanggil gelarnya saja Denmas.
Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan secara turun-temurun telah menjadi suatu kebudayaan tersendiri. Dalam hal ini, para pemangku
jabatan terlihat selalu lancar dalam pekerjaannya karena melakukan tindakan-tindakan yang melenceng curang untuk memuluskan usahanya
lihat bingkai 4. Kecurangan yang dilakukan menjadi budaya yang biasa dilakukan para pengacara untuk memuluskan pekerjaannya.
5. Semik :