7 Satu-satunya abdi perempuan ditampilkan, gayanya kemayu seakan
malu-malu. Abdi ini seorang pesolek, alisnya dibentuk, perhiasannya pun banyak tusuk konde, anting dan kalung, tidak lupa kipas dipegang
erat dengan kedua tangannya. Koming menoleh kepada Pailul yang memperhatikan abdi tersebut dengan seksama.
8 Asap dari tungku Mbah semakin membumbung, badan Mbah sedikit
mundur dari posisi sebelumnya, tangannya mengarah ke tungku dan ke Koming. Posisi Pailul berubah, ia setengah berdiri sambil bertumpu
pada kedua lututnya, memperhatikan Mbah. Koming nampak kaget dan menjauhi asap.
Signifikasi Tahap Kedua Kode Pembacaan
1. Hermeneutika:
“Sepertinya orang-orang sudah kebelet duduk di kursi kepemimpinan negeri ini,” kata Mbah dengan tidak suka kepada Koming
dan Pailul. Mereka yang duduk dengan tenang di depan Mbah mengatakan “Kita amati biar tidak salah pilih.”
Calon pertama ialah Denmas Ariakendor, menurut Mbah, “Yang ini hanya pura-pura mau menjadi wakil kita padahal mau cari
penghasilan besar.” Koming tertawa kecil, sedang Pailul terlihat waspada. Calon berikutnya juga berjalan di atas panggung, senyumnya yang lebar
malah mempertegas sifatnya yang serakah. “Wah itu tampak serakah. Lihat dia pamer gigi, “ lanjut Mbah. Koming dan Pailul yang
memperhatikan, berbisik dengan geli pada Koming yang sedang berpikir. Ketiga calon selanjutnya nampak tergesa-gesa meninggalkan panggung.
Dua di antaranya terlihat gemuk, sedang abdi berkumis tampak tinggi walau badannya tertutup abdi lainnya. “Yaah, mereka sih calon yang
rakus, belum-belum sudah saling mendahului,” tambah Mbah. Mata Koming dan Pailul mengikuti mereka.
Di bingkai keempat, seorang abdi tambun tengah melompat di tempat, “Kalau dia bisanya lari di tempat. Mana mungkin bisa membuat
negeri ini maju,” tutur Mbah. Koming terkikik melihatnya, sedang Pailul heran.
Seketika wajah Koming menjadi malu dengan adanya garis bayangan yang menutupi seluruh wajahnya. Pupil Pailul mengecil,
tandanya ia sedang kaget sebab melihat calon berikutnya yang membawa parang dengan marah. “Nah itu dia calon yang preman,” kata Mbah.
Lalu muncul abdi perempuan. Rambutnya disanggul rapi, berdandan cantik dan berpakaian lengkap dengan hiasannya. Ia berdiri
malu-malu sambil menggenggam erat kipasnya dengan kedua tangan, menurut Mbah, “Dia dikuatirkan setelah duduk di kursinya ,
menyeleweng meninggalkan keluarganya.” Koming mengalihkan
pandangannya kepada Pailul yang mengamati perempuan tersebut. Sebagai penutup cerita, Mbah mengatakan hasil ramalannya,
“Sulit sekali mencari pemimpin yang pandai, memancarkan keyakinan tinggi, tulus, berjiwa besar dan berani ambil resiko, memancarkan capaian
baru yang membuat rakyat bersemangat hidup.” Koming yang kaget dengan asap dari tungku Mbah menumpukan badannya pada Pailul yang
berdiri di belakangnya. Di atas kepala Mbah ada tulisan, “Wess... Capai ngomong.”
2. Proairetik :