Hermeneutika: Proairetik : Analisis Semiotika Comic Strip Panji Koming edisi 12 Mei 2013 Tabel 6

mendorong gerobak kayu berisi tumpukan kayu. Keduanya terlihat susah, cipratan keringat mereka digambar tepat di atas kepala kuli kedua. 8 Seorang preman, pria yang membawa parang dengan wajah garang menghentikan perjalanan kuli Denmas. Muka kuli pertama ketakutan, semakin banyakkeringat yang keluar dari tubuhnya. Sedang Denmas bersembunyi juga karena takut dibalik tumpukan kayu. 9 Siluet Koming dan Pailul hadir kembali menyanyikan “Mau untung malah buntung.” 10 Koming dan Pailul menutup cerita dengan lagu “Dengan berbudaya..,” terdapat kata ‘Dang Ketuplak Dang Dut’ di atas kepala Pailul. Signifikasi Tahap Kedua Tataran Konotatif

1. Hermeneutika:

Koming: “Kita terus berdendang” Pailul: “Dan berkendang” Koming: “Untuk pencerahan jiwa” Pailul: “Berbudaya mencerdaskan kehidupan” Koming dan Pailul saling bersahutan menyanyikan lagu yang mereka ciptakan sendiri dengan tujuan mencerahkan jiwa dan mencerdaskan kehidupan. Lalu Denmas ditampilkan di bingkai berikutnya, ia dengan sigap melancarkan rencana liciknya, “Ingsun punya jalan pintas berebut kuasa.” Ternyata ia berencana merebut kursi dari seorang abdi yang lebih tua darinya. Ia lanjut berkata, “Musuh jadi teman. Teman jadi musuh,” saat berebut kursi dengan abdi lainnya. Siluet Koming dan Pailul pun lanjut menyanyi dengan kalimat ‘politik acakadut’. Dan dilanjut dengan nyanyian “Kita terus berdendang,” “Dan berkendang.” Setelah gagal merebut kursi, Denmas Ariakendor berusaha menjadi pedagang kayu gelondong, “Gagal berebut kursi masih bisa berdagang. Semua bisa diperjual-belikan.” Ia memimpin kuli-kulinya yang membawa segerobak kayu. Sayangnya, di tengah jalan mereka dihentikan oleh seorang preman yang memberi pilihan; nyawa mereka atau kayu yang akan dijual, “Berhenti Serahkan kayu-kayu itu atau nyawamu.” Walaupun berbadan besar, kuli tersebut tetap takut dengan pria yang membawa golok. Denmas malah bersembunyi dibalik barang dagangannya. Lalu siluet Koming dan Pailul bernyanyi ‘mau untung malah buntung’, dan nyanyian terakhirnya diibaratkan ‘obat’ untuk kesembuhan negeri ini. “Dengan berbudaya kita akan mencari jalan keluar menghadapi krisis peradaban,” lalu ditutup dengan kata ‘dang ketuplak dang dut’ di atas kepala Pailul.

2. Proairetik :

Nyanyian sesuka hati Koming dan Pailul menjadi pembuka cerita ini. Mereka menganggap jiwa masyarakat tengah mendung dan kehidupan masyaraka sedang berada di titik kebodohan. Nyanyian dan alat musik yang dimainkan Koming dan Pailul merupakan media mereka untuk mengingatkan para pemimpin mengenai krisis peradaban yang sedang terjadi. Persoalan dan nyanyian mereka ditampilkan secara bergantian. Denmas Ariakendor telah menyiapkan rencana licik untuk melengserkan pemimpin dengan merebut kursi kekuasaan lama, namun tidak berhasil. Pemimpin sebelumnya yang merupakan temannya, malah menjadi musuh. Sedang musuhnya dahulu berubah menjadi teman, demi memuaskan kebutuhannya. Kemudian ia menjual kayu gelondongan secara ilegal yang ditegaskan oleh kalimat “..Semua bisa diperjual-belikan.” Sifat licik Ariakendor terlihat jelas dari senyumnya dan perutnya yang buncit. Ini menandakan sifatnya yang tidak pernah puas gagal menjadi pemimpin, lalu mencoba usaha lain. Kuli yang ia gunakan tampak kesusahan mengangkut kayu yang banyak dan berat. Sayangnya, penjualan kayu secara ilegal pun mengalami kerugian sebab masih ada praktik premanisme, “Serahkan kayu-kayu itu atau nyawamu” seperti kata preman yang digambarkan secara garang dengan membawa parang dan berkumis tebal. Kuli-kuli Ariakendor yang berbadan besar ketakutan, sedang Ariakendor bersembunyi di balik kayu dagangannya. Akhirnya, Koming dan Pailul memberikan solusi dalam menghadapi krisis peradaban melalui nyanyian. Nyanyian mereka menggunakan musik dangdut khas Indonesia sesuai kata yang dicetak di atas Pailul.

3. Simbolik :

Dokumen yang terkait

PEMILU 2009 DALAM KARTUN PANJI KOMING “Studi Analisis Semiotika dalam kartun Panji Koming pada Surat Kabar Harian Kompas Terkait Pelaksanaan Pemilu tahun 2009

0 17 94

Analisis Semiotika Komik Strip Panji Koming dengan Tema Renovasi Gedung Badan Anggaran DPR di Surat Kabar Harian Kompas Periode 29 Januari 2012.

0 4 10

Analisis Semiotika Komik Strip Panji Koming dengan Tema ANALISIS SEMIOTIKA KOMIK STRIP PANJI KOMING DENGAN TEMA RENOVASI GEDUNG BADAN ANGGARAN DPR DI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS PERIODE 29 JANUARI 2012.

0 4 14

PENDAHULUAN ANALISIS SEMIOTIKA KOMIK STRIP PANJI KOMING DENGAN TEMA RENOVASI GEDUNG BADAN ANGGARAN DPR DI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS PERIODE 29 JANUARI 2012.

0 4 36

KESIMPULAN ANALISIS SEMIOTIKA KOMIK STRIP PANJI KOMING DENGAN TEMA RENOVASI GEDUNG BADAN ANGGARAN DPR DI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS PERIODE 29 JANUARI 2012.

0 4 10

AN IMPLICATURE ANALYSIS ON “OH, BROTHER!” COMIC STRIP SERIALS An Implicature Analysis On “Oh, Brother!” Comic Strip Serials.

0 2 11

AN IMPLICATURE ANALYSIS ON “OH, BROTHER!” COMIC STRIP SERIALS An Implicature Analysis On “Oh, Brother!” Comic Strip Serials.

0 1 13

ANALISIS SEMIOTIK DALAM KOMIK STRIP KONPOPILAN TERBITAN HARIAN KOMPAS TAHUN 2016

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah - Konsep Kepemimpinan dalam Budaya Jawa di Comic Strip (analisis semiotika konsep kepemimpinan dalam Budaya Jawa di Comic Strip Panji Koming di Harian Kompas periode April-Mei 2013)

0 0 7

Konsep Kepemimpinan dalam Budaya Jawa di Comic Strip (analisis semiotika konsep kepemimpinan dalam Budaya Jawa di Comic Strip Panji Koming di Harian Kompas periode April-Mei 2013)

0 0 10