negeri ini maju,” tutur Mbah. Koming terkikik melihatnya, sedang Pailul heran.
Seketika wajah Koming menjadi malu dengan adanya garis bayangan yang menutupi seluruh wajahnya. Pupil Pailul mengecil,
tandanya ia sedang kaget sebab melihat calon berikutnya yang membawa parang dengan marah. “Nah itu dia calon yang preman,” kata Mbah.
Lalu muncul abdi perempuan. Rambutnya disanggul rapi, berdandan cantik dan berpakaian lengkap dengan hiasannya. Ia berdiri
malu-malu sambil menggenggam erat kipasnya dengan kedua tangan, menurut Mbah, “Dia dikuatirkan setelah duduk di kursinya ,
menyeleweng meninggalkan keluarganya.” Koming mengalihkan
pandangannya kepada Pailul yang mengamati perempuan tersebut. Sebagai penutup cerita, Mbah mengatakan hasil ramalannya,
“Sulit sekali mencari pemimpin yang pandai, memancarkan keyakinan tinggi, tulus, berjiwa besar dan berani ambil resiko, memancarkan capaian
baru yang membuat rakyat bersemangat hidup.” Koming yang kaget dengan asap dari tungku Mbah menumpukan badannya pada Pailul yang
berdiri di belakangnya. Di atas kepala Mbah ada tulisan, “Wess... Capai ngomong.”
2. Proairetik :
Badan Mbah yang ditegapkan menunjukkan kedongkolannya terhadap para calon pemimpin, “Sepertinya orang-orang sudah kebelet
duduk di kursi kepemimpinan..,” katanya di bingkai 1. Koming dan Pailul yang duduk dan menundukkan kepalanya memperlihatkan keputusasaan
mereka dan mencoba mengamati para calon. “Kita amati biar tidak salah pilih,” usul Pailul.
Pada bingkai kedua, abdi yang ditunjukkan menyilangkan tangan di depan dada dan berdagu lebih panjang ke depan dari mulutnya
yang bermakna congkak, sombong dan mau menang sendiri. Wajahnya pun digambarkan sedang tersenyum licik. Sesuai dengan deskripsi Mbah.
Bingkai ketiga menampilkan abdi dengan gigi ‘mancung’ tersenyum konyol dan melambai kepada masyarakat. Badannya yang lebih besar dari
kakinya berarti ia seorang yang tamak. Bingkai selanjutnya dihiasi tiga orang abdi yang saling
berlomba. Posturnya bermacam-macam, tetapi sama rakusnya, “Yaah, mereka sih calon yang rakus. Belum-belum sudah saling mendahului.”
Untuk berjalan di atas panggung saja, mereka berusaha saling mengalahkan, apalagi ketika memimpin nanti?
Berikutnya, abdi tambun lainnya yang menurut Mbah lari di tempat, salah satu kakinya terangkat dan tidak menjejak tanah. Lari di
tempat berarti jalannya pemerintahan di bawah kepemimpinannya akan mandek, tidak mengalami perubahan apa-apa. Dilanjut oleh abdi yang
seperti preman, membawa benda tajam dan tampak sangat emosional. Kakinya yang diangkat serta tangan erkepal berarti ia sangat marah dan
ingin menghajar sesesorang, amarah pun nampak dari wajahnya. Matanya melotot, giginya ditampakkan.
Abdi terakhir ialah perempuan cantik dan suka berdandan, ditunjukkan dari wajahnya yang dipoles, dan hiasan yang digunakan.
Perempuan ini dikhawatirkan menyeleweng ketika menjabat karena kecantikannya, “..,menyeleweng meninggalkan keluarganya”
Pada bingkai terakhir, Mbah menyimpulkan kriteria pemimpin yang baik menurutnya, yang masih susah dicari di negerinya. Hal tersebut
yang membuat Koming tersentak. Sementara Pailul keliahatan biasa saja.
3. Simbolik :