mental yang diperoleh secara alami melalui kehidupan sosial atau pengalaman dan sering kali dipertukarkan di antara sejumlah individu.
Secara epistemologis, paradigma konstruktivis bersifat transaksional dan subjektivis. Peneliti dan objek penelitian diasumsikan terhubung secara interaktif
sehingga temuan dari penelitian tersebut tercipta seiring berlangsungnya penelitian.
Sedangkan secara metodologis, paradigma konstruktivis bersifat hermeneutical dan dialectical. Variabel dan sifat personal dari konstruksi sosial
menyebabkan konstruksi individual hanya diperoleh melalui interaksi antara peneliti dan responden.
Teori konstruktivisme berpegang bahwa individu membentuk makna melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat intrinsik terhadap apa pun
Ardianto, 2010: 154. Oleh sebab itu, teori ini memiliki tiga tema besar antara lain a pentingnya makna bagi perilaku manusia, b pentingnya konsep
mengenai diri, dan c hubungan antara individu dan masyarakat.
II.2 Komunikasi Massa
Komunikasi massa pada dasarnya ialah komunikasi melalui media massa cetak dan elektronik. Awalnya, komunikasi massa berasal dari pengembangan
kata media of mass communication media komunikasi massa. Media massa yang dimaksud ialah saluran yang dihasilkan oleh teknologi modern. Jadi, media massa
menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalan komunikasi massa Nurudin, 2007: 4. Sekata dengannya, Mulyana 2005: 75 memaparkan,
komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak surat kabar, majalah atau elektronik radio, televisi, yang dikelola oleh
suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-
pesannya bersifat umum, disampaikan secara tepat, serentak dan selintas khususnya media elektronik.
Secara umum, teori-teori komunikasi dapat dibagi ke dalam dua kelompok. Pembagian ini berdasar metode penjelasan sekaligus cakupan objek
pengamatan. Kelompok pertama adalah kelompok ‘teori-teori umum’ atau general
theories, kelompok kedua ialah kelompok ‘teori-teori kontekstual’ atau contextual theories. Komunikasi massa termasuk dalam teori kontekstual, selain itu terdapat
pula komunikasi antarpribadi, komunikasi intra pribadi, komunikasi organisasi dan komunikasi kelompok. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang besar. Umumnya, teori komunikasi massa memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang menyangkut
struktur media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak atau hasil komunikasi massa terhadap individu Bungin, 2006: 252.
Intinya, proses komunikasi yang terjadi dapat membawa pesan yang banyak yang ditujukan pada khalayak luas. Dari hal tersebut, dapat disarikan
unsur-unsur penting dari komunikasi massa ialah komunikator, pesan untuk massa, media massa, gatekeeper, khalayak dan umpan balik.
Komunikator dalam komunikasi massa adalah pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika modern, serta berperan sebagai sumber
pemberitaan yang bersifat mencari keuntungan dari penyebaran informasi. Pemberi pesan ini juga mencoba berbagi informasi, ide, wawasan dan solusi
kepada massa khalayak. Unsur berikutnya adalah pesan yang ditujukan untuk massa publik, sehingga pesan tersebut haruslah ditujukan kepada orang banyak
tidak bersifat pribadi Bungin, 2006: 72. Poin selanjutnya adalah media massa, media massa adalah media
komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi dan dapat diakses secara massal. Media massa mempunyai kekuatan dalam menyebarkan
informasi kepada publik, karena merupakan suatu organisasi yang terdiri dari susunan yang sangat kompleks dan lembaga sosial yang penting dalam
masyarakat. Media massa seringkali berperan sebagai wahana pengembangan budaya, bukan saja dalam pengertian bentuk seni dan simbol. Hadirnya media
massa, membuat setiap pesaninformasi yang akan disampaikan harus melalui gatekeeper atau penyeleksi informasi. Gatekeeper bertugas memilah informasi
yang bisa atau tidak bisa disiarkan. Menurut Tubbs dan Moss 2005: 90, ada tujuh variabel yang
mempengaruhi keputusan gatekeeper dalam menyeleksi informasi; yaitu ekonomi,
pembatasan legal, batas waktu, etika, kompetisi, nilai berita dan reaksi terhadap umpan balik.
Khalayak selaku komunikan menempati posisi berikutnya. Khalayak adalah orang-orang atau masyarakat pengguna media massa yang menerima
informasi. Konsep massa ini pun memiliki ciri-ciri seperti jumlah yang besar, lokasi tersebar, sulit dibedakan, sebagian besar skeptis dan bersifat negatif, sukar
diorganisir dan menjadi refleksi kehidupan sosial secara luas. Lalu, ada umpan balik yang sifatnya tertunda. Namun dengan majunya teknologi, sebagian besar
media massa memfasilitasi ruang interaktif antara khalayak dan komunikator. Lebih jelasnya, ciri-ciri utama komunikasi massa menurut Denis Mc Quail
yaitu; sumbernya adalah organisasi formal dan pengirimnya adalah professional, pesan beragam serta dapat diperkirakan, pesan melalui proses yang menggunakan
standar, pesan memiliki nilai jual dan makna simbolik, hubungan anatara komunikan dan komunikator seringnya bersifat satu arah, bersifat impersonal,
non-moral dan kalkulatif. Proses komunikasi yang terjadi pada model komunikasi ini, lebih rumit dan kompleks dari komunikasi tatap muka. Berikut penjelasan
beberapa efek komunikasi massa Bungin, 2006: 277: 1.
Stimulus-Respons. Mc Quail menjabarkan tiga elemen utama dalam teori ini, yaitu pesan sebagai stimulus, seorang penerima atau receiver
manusia dan efek respons. Secara sederhana, teori ini menjelaskan bahwa tanggapan yang diterima merupakan reaksi terhadap stimulus
tertentu. Berdasar pada teori jarum hipodermik, stimulus-respons berasumsi bahwa pesan yang sudah dipersiapkan oleh media akan
didistribusikan secara sistematis dalam skala yang luas. Pesan ini ditujukan kepada masyarakat luas, yang mana sejumlah besar individu akan
memberikan respon. Diharapkan, majunya teknologi memudahkan pengiriman pesan, memaksimalkan jumlah khalayak penerima serta
meningkatkan respon balik. 2.
Difusi-Inovasi. Menurut Bungin 2006: 279, persoalan empiris komunikasi massa adalah berkaitan dengan proses adopsi inovasi.
Kebutuhan akan informasi-informasi baru berjalan terus-menerus dalam perubahan keadaan sosial dan tenologi, yang mana hal ini terjadi pada
masyarakat yang sedang berfkembang maupun yang sudah maju. Masih dalam buku yang sama, Bungin mengutip Everett M. Rogers yang
merumuskan lima tahap dalam suatu proses difusi inovasi yaitu; pengetahuan, persuasi, keputusan, pelaksanaan dan konfirmasi.
3. Agenda Setting. Agenda setting pertama kali diperkenalkan oleh McCombs
dan DL Shaw pada 1972. Asumsi dasar pada teori ini ialah, apa yang ditampilkan secara terus-menerus oleh media dapat mempengaruhi
masyarakat untuk menganggap hal tersebut, penting untuk diketahui. Dapat dilihat, selama bulan Agustus 2013 berita mengenai honor Ustaz
Soleh Mahmud yang lebih dikenal dengan nama Solmed masih ditampilkan di berbagai media nasional. Berbagai media tersebut, seperti
elektronik, cetak dan online terus memperbaharui informasi tentang batalnya kegiatan berdakwah Ustaz Solmed di Hong Kong mulai 12
Agustus hingga 28 Agustus sumber www.liputan6.com. Rekaman wawancara Ustaz Solmed, tanggapan dari berbagai pihak termasuk ustaz,
perwakilan Majelis Ulama Indonesia MUI, sanggahan pihak penyelenggara acara ditampilkan nyaris berulang-ulang pada selang
waktu tersebut. 4.
Uses and Gratifications, ialah penggunaan isi media untuk memenuhi kebutuhan seseorang. Pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz pada 1959
sebagai tanggapan atas pernyataan Bernard Berelson pada tahun yang sama, bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Katz
menegaskan bahwa bidang kajian yang tengah sekarat saat itu ialah studi komunikasi sebagai persuasi. Uses and gratifications ialah mengenai
media memenuhi kebutuhan khalayak. Bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus
Effendy, 2000: 290. Tidak hanya berperan sebagai corong penyampai pesan, media massa
memiliki paradigma. Sebagai intitusi pelopor perubahan, dalam menjalankan cara pandangnya, media massa berperan sebagai media edukasi, media informasi dan
media hiburan. Selaku media edukasi, media massa dapat mendidik masyarakat agar menjadi maju dengan pikiran yang cerdas dan terbuka. Selain itu, perannya
sebagai media informasi dapat diwujudkan dengan memberikan informasi- informasi yang terbaru, terbuka dan jujur. Melalui perannya yang terakhir, sebagai
media hiburan, media massa berusaha mengimbangi jumlah informasi berbentuk artikel atau berita yang cenderung berat dengan menghadirkan cerita bergambar,
comic strip, sudoku, atau berita yang bersifat human interest. Lebih lengkap lagi, fungsi media massa secara umum terbagi dua, yaitu
fungsi nyata manifest function adalah fungsi yang diinginkan dan latent function ialah fungsi tidak nyata atau tersembunyi, yaitu fungsi yang tidak diinginkan
Bungin, 2008: 78. Sebagai contoh, dalam komik Detective Conan ada cara membuka pintu yang terkunci dengan perkakas yang mudah didapat. Informasi ini
bisa digunakan untuk membantu seseorang yang terkunci atau bisa dijadikan ‘ilmu’ untuk melakukan tindak kriminal. Berikut paparan kelima fungsi media
massa secara khusus Bungin, 2008: 79-80: 1.
Fungsi Pengawasan. Aktivitas masyarakat dapat diawasi secara umum melalui media massa sebagai salurannya. Bentuknya berupa pengawasan
dan kontrol sosial serta kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dilakukan sebagai tindakan pencegahan hal-hal yang tidak diinginkan.
Seperti bahaya penggunaan kosmetik berbahan merkuri atau zat pewarna pada makanan. Sedangkan kegiatan persuasif ialah sebagai upaya
pemberian reward dan punishment sesuai hal yang dilakukan oleh masyarakat.
2. Fungsi Social Learning. Fungsi ini biasa disebut sebagai fungsi utama dari
media massa, yaitu sebagai media pendidikan sosial. Melalui media massa, diharapkan proses pendidikan dapat tersebar secara efektif dan efisien di
khalayak ramai. 3.
Fungsi Penyampaian Informasi. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersamapaikan kepada masyarakat secara
luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informatif tecapai dalam waktu cepat dan singkat Bungin, 2008: 80.
4. Fungsi Transformasi Budaya. Semakin berkembangnya teknologi, tidak
dapat dipungkiri nilai-nilai budaya kemudian menjadi perhatian utama oleh banyak orang. Perubahan-perubahan budaya tersebut penting
ditransmisikan melalui media massa sebab menyangkut bidang lainnya seperti politik, agama, hukum dan sebagainya.
5. Hiburan. Sejalan dengan keempat fungsi sebelumnya, fungsi hiburan
bertujuan menyampaikan pesan yang bersifat informatif secara ‘ringan’ dengan maksud melemaskan ketegangan pikiran setelah dihidangi berita
dan artikel yang berat-berat Effendy, 2000: 94. Dewasa ini, masyarakat terus bergerak maju. Perangkat teknologi jadi
semakin modern, sehingga tantangan pun semakin berkembang. Dalam masalah berkomunikasi, terlihat pergeseran yang mencolok. Komunikasi tatap muka yang
dulu paling diandalkan dapat digantikan dengan alat komunikasi yang lebih canggih. Ketergantungan masyarakat terhadap media massa meningkat, yang
menjadikan media sebagai alat yang ikut membentuk apa dan bagaimana masyarakat nantinya. Media massa telah menjadi budaya. Ia diciptakan manusia,
tetapi akhirnya media membentuk masyarakat itu sendiri. Media mampu mengarahkan masyarakat untuk mencapai suatu perubahan tertentu Nurudin,
2007: 36.
II.3 Semiotika